Malam Terakhir - 3

646 25 0
                                    

Dua malam tidur di kamar bernuansa warna kuning dan hijau muda membuatku "mager" alias males gerak.

Aku masih betah di kamar ini, masih kangen dengan rumah.

Home sick melanda!

Tak ingin kembali ke kamar kosan yang--sebenarnya gak kalah nyaman dengan kamarku ini, hanya lebih kecil.

Aku masih betah di rumah.

Tapiii...

Pekerjaanku di hotel sudah menanti.

Aku harus kembali bekerja. Oia aku kan shift malam, bolehlah aku nambah tidur sebentaaar lagi. Kulirik jarum jam masih di angka 7.15.

Baru aku mau memejamkan mata setelah menyetel alarm di angka 8, terdengar ketukan di pintu kamar.

"Lan... kamu ke hotel jam berapa? Papi ada urgent nih mau minta tolong"

Mendengar kata urgent, aku tak bisa mengelak.

"Urgent apa Pi?" Kubuka pintu kamar.

"Papi baru inget, hari ini Papi harus anter perjanjian kontrak ke perusahaan rekan Papi sebelum jam 12, tapi Papi ada meeting penting dan harus buru-buru ke Bandung, tolong kamu anterin ya ke sana. Searah kok jadinya nanti kamu mampir bentar trus bisa langsung ke hotel"

Kulirik amplop tebal berwarna putih di tangan Papi, ada sebuah alamat tertulis di bagian depannya.

"Oke Pi, nanti Lani anter" jawabku sambil meraih amplop itu.

"Makasih ya sayang, Papi berangkat dulu, kamu hati-hati di jalan ya, minggu depan pulang lagi ya..." ucap Papi sambil melingkarkan tangannya di bahuku.

"Siap boss, Papi hati-hati juga ya di jalan"

***

"Siang Mbak, ini ada dokumen untuk Ibu Sari" kataku pada seorang resepsionis dengan bibir penuh berwarna merah.

"Oh iya, biar saya yang terima nanti saya sampaikan ke Bu Sari"

"Minta tolong segera disampaikan ya Mbak, soalnya urgent, harus sampai ke Ibu Sari sebelum jam 12" tambahku sambil melirik jam di dinding belakang resepsionis itu menunjuk pas di angka 11.

"Baik Mbak, Ibu Sarinya belum dateng, nanti begitu beliau dateng langsung saya sampaikan" jelasnya ramah.

Oh baiklah, ternyata Ibu Sari-nya belum datang.

"Ok, makasih Mbak" kuraih copy Tanda Terima yang sudah ditandatangani si Mbak Resepsionis yang bernama Mawar dan segera menuju lift.

TING!

Bersamaan dengan pintu lift terbuka, seorang wanita yang tampak anggun tapi arogan keluar dari lift diikuti seorang pria.

Di dalam lift sendirian, suara wanita yang berpapasan denganku tadi di depan lift masih terngiang di telingaku, "Sampai kapan kamu akan mempertahankan Keisha hah? Masih banyak perempuan lain yang lebih baik dari dia! Kamu satu-satunya anak Mami, permintaan Mami kali ini gak bisa kamu tolak! Mami sudah atur semuanya"

Ini jelas bukan urusanku, aku tidak mengenal mereka juga tidak tau siapa itu Keisha, tapii tunggu! Sepertinya aku pernah melihat sosok pria tadi tapi siapa, di mana?

Ah sudahlah suara wanita tadi segera terganti dengan bisingnya kemacetan kendaraan di jalan.

CERPENحيث تعيش القصص. اكتشف الآن