Malam Terakhir - 4

783 21 0
                                    

Entah sejak kapan aku selalu menunggu kedatangan dua orang tamu spesial yang menjadi pengunjung setia hotelku.

Bukannya aku ingin ikut campur masalah mereka, hanya saja aku penasaran ada hubungan apa di antara mereka berdua, pasalnya sekarang aku sudah tahu siapa mereka.

Aku selalu tertarik dengan setiap perbincangan mereka, terkadang tentang pekerjaan mereka masing-masing, tentang lelucon gak jelas yang bisa membuatku ikut-ikutan senyum-senyum sendiri, lalu curhatan sedih sang wanita yang kadang membuatku terbawa emosi, hingga gombalan-gombalan sang pria yang kadang membuatku geregetan, bahkan pembicaraan lain yang ujung-ujungnya menjurus pada hal-hal untuk usia 18+ yang membuatku hhmm agak risih.

Hingga saat ini aku masih belum bisa mengerti hubungan diantara mereka, hanya sebatas teman atau sahabat kah, atau lebih jauh dari itu? Kalau pun mereka selingkuh, tapi demi apa?

Demi harta kekayaan?
Tapi, mereka masing-masing tidak bisa dibilang dari golongan ekonomi menengah ke bawah, jelas dari penampilan mereka, gadget mereka, mobil mereka.

Lalu demi jabatan?
Tentu saja tidak, mereka punya karir jabatan yang bagus, masing-masing juga punya usaha sendiri.

Lalu untuk apa?
Yup, untuk saling melengkapi kekurangan yang tidak mereka temukan di pasangan masing-masing, hhmm di sini aku mulai mengkhawatirkan kedekatan mereka meskipun ini sepenuhnya bukan urusanku.

Sungguh bukan urusanku!

***

Aku berjalan melewati parkiran menuju pintu masuk di samping lobby ketika seorang wanita dengan dress biru tua selutut berbalut cardigan biru muda yang lengan panjangnya sedikit tergulung, berjalan sambil berbicara melalui ponselnya, 'loungenya lagi dipake ada acara, jadinya gimana, mau ketemu di mana?' dengan suara dan raut wajah yang tidak bisa menyembunyikan kekecewaan. 'Oh oke, aku ke sana sekarang'.

Aku menatap kepergian wanita itu juga dengan hati kecewa, setelah lebih dari 2 minggu mereka tidak datang, akankah mereka kembali lagi?

Jujur saja, ada banyak hal yang bisa kupetik sebagai pelajaran dari mereka berdua, contohnya saja komentar blak-blakan sang wanita yang mengatakan bahwa mereka menyukai lounge hotelku hanya karena nyaman, luas dan tidak terlalu hingar bingar sehingga cocok untuk ngobrol santai meskipun makanannya tidak terlalu enak, biasa saja, mereka hampir mencicipi semua menu yang kami sajikan dan selalu ada komentar dari mereka, yang kujadikan dasar perbaikan di hotelku.

***

YES!!
Jeritku dalam hati ketika aku melihat pria berkacamata memasuki lobby hotel dan menuju lounge. Dengan sigap kuraih buku menu dan bersiap menghampirinya.

"Hadeuuh lihat tuh si Lani, masih kepo aja sama tamu kita yang satu itu, jangan-jangan naksir dia", sempat kudengar Sekar berkomentar ke Deni yang ada di sebelahnya, aku tidak peduli.

Setelah memastikan pesanan sang pria, dan menyampaikannya pada koki restoran, aku memastikan hal lain yang masih berfungsi dengan baik.

Ini memang tidak dibenarkan dan tidak baik, selama ini aku menguping pembicaraan mereka, kutempelkan alat penyadap di bawah meja. Aku tahu pasti mereka menyukai posisi sofa di sana, tidak pernah pindah dari sana, posisi nyaman yang tidak terlalu pojok tapi juga tidak terlalu terusik dari bagian yang lain.

Dan setelah sang wanita datang, barulah dimulai...

"Jadi apa oleh-oleh buat gue dari Singapore?"

"Nih, kaos aja ya!"

"Hah, kaos I love SG doank, yaelaah beliin gue apaan gitu kek yang branded"

"Jiaah kalo yang branded mah lo bisa beli sendiri kali, tinggal pergi ama suami lo atau temen-temen lo"

"Justru itu kalo yang branded gak susah gue narohnya di rumah, suami gue gak bakalan ngeh gue dapet dari mana..."

"Yaudah bulan depan gue ke sana lagi, ntar gue beliin deh"

"Beneran lho yaaa, eh btw mana coklat vodcanya?"

"Serius lo mau? Masih ada di mobil gue tuh masih utuh belom gue buka. Tapi beneran lo mau?"

"Nyoba doank"

"Kalo mau nyoba doank sekarang aja, gue pesenin nih!"

"Gak ah, ntar gue mabok aja teler di sini"

"Yaelaah, cuman seteguk gak bakalan bikin mabok, kalo mabok ya tinggal check in aja"

"Ih enak di lo gak enak di gue, ntar lo apa-apain gue lagi!"

"Hahaha gue gak type kayak gitu kali, gue gak bakalan maksa, gue tunggu aja sampe lo mau dengan sendirinya"

"Ih dasar! Lo udah mabok ya udah habis 3 botol gini, ntar gimana lo pulang?"

"Makanya, udah yuk check in aja"

"Hadeuh ogah! Udah deh, lo tuh jangan kebanyakan ngebir, banyakin minum air putih!"

"Gak tiap hari ini"

"Apaan gak tiap hari, di rumah lo juga nyetock kan? Belom lagi di kantor lo, tiap hari ketemu klien lo minum juga! Gue heran istri lo gak protes gitu lo nyetock bir di rumah?"

"Enggaklah, dia mah tau gue... Eh tadi lo mau cerita apaan?"

"Biasaaa, mertua gue, yaa gitu lo tau kan gue dah married hampir 6 tahun dan sampe sekarang gue belum juga punya anak, tiap hari tuh omongannya selalu nyinggung soal cucu.., pusing gue!"

"Hahaha kan udah gue bilang, makanya trial ayo sama gue, kalo berhasil kan terbukti suami lo yang gak bisa"

"Iyaaa trus kalo berhasil siap-siap aja gue angkat kaki dari sono!"

"Ya lo jangan bilanglah kalo itu trial sama gue, mereka taunya itu anak lo berdua"

"Trus kalo nanti ada apa-apa gimana, misalnya pas dicek golongan darahnya beda atau gak matching gitu, wuih bisa berabe, bisa langsung bikin tes DNA mereka!"

"Yaelaahh kebanyakan nonton drama lo! Kalo kejadian kayak gitu yaa lo bilang aja mungkin ketuker di rumah sakit"

"Mereka pasti telusurin itu rumah sakit, duit bukan masalah buat mereka, dan bisa gue pastiin pas lahiran nanti, penjagaan ketat untuk cucu pertama, dan gak akan ada kemungkinan ketuker. Udah deh lupain ide konyol lo itu!"

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang