Siapa Dia?

97 14 0
                                    

"Ica kita perlu bicara"

Ucap Doni pada Desyca. Desyca pun keluar dari kamarnya lalu menuju ruang tamu. Di sana ibunya sudah menunggu sembari meminun teh. Desyca pun duduk berhadapan pada kedua orang tuanya.

"Ada apa?" Tanyanya. Idha dan Doni bertatapan kemudian mengangguk pelan.

"Begini... Ayah dan ibu akan pergi ke Amerika selama beberapa bulan" Jelas Doni yang membuat Desyca tersentak.

"Amerika? Tapi.. Kenapa mendadak begini ayah?" Tanya Desyca tak percaya.

"Ayah pun juga merasa kalau ini terlalu mendadak, tapi mau bagaimana lagi.. Ibumu kan sekretaris ayah, otomatis dia juga ikut" Jelas Doni lagi.

Desyca masih tak percaya. Ia pasti akan merasa kesepian. Bagaimana tidak, kedua orang tuanya selalu meninggalkannya karena pekerjaan. Itu yang selalu membuatnya murung setiap saat.

"Ibu khawatir.. Demi kesehatan kamu, gimana kalau kamu di rawat inap?" Tanya Idha yang sedikit ragu untuk menanyakan hal itu. Desyca membuang muka setiap membahas hal itu. Sudah jelas ia menolak. Ia tak ingin pergi ke tempat yang menurutnya seperti penjara itu.

"Ya sudah kalau kamu gak mau, kami gak maksa. Tapi kalau terjadi sesuatu, cepat beritau kami ya" Idha berusaha membujuk Desyca. Desyca hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kapan ayah dan ibu berangkat?"

"Besok pagi" Jawab Doni singkat. Desyca mengangguk mengerti. Ia pun beranjak dari sofa menuju kamarnya. Kedua orang tuanya menatap punggung putri tunggalnya itu penuh rasa iba.

Desyca langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia mengambil gantungan beruang yang ada di atas meja belajarnya itu lalu memandanginya.

"Hhhh... Aku kesepian lagi" Desyca memejamkan matanya hingga terlelap.

Pagi hari...

Vicki bangun dari tidurnya langsung menuju kamar mandi. Setelah selesai ia memakai seragam sekolahnya. Cuaca mulai panas. Ia memakai kemeja sekolahnya tanpa di lapisi apa-pun. Ia menuruni tangga lalu pamit pada kakaknya.

Seperti biasa, ia bertemu Desyca di perempatan kompleks. Tapi ia tak melihat wajah cerianya Desyca. Ia terlihat murung dan selalu berjalan menunduk. Sampai tak sengaja Desyca menabrak dada Vicki.

"Aw. Ssshhh *megang kening* Ohh... Vicki" Ucap Desyca dengan nada lesu.

"Makanya jalan jangan nunduk"

"Maaf" Desyca melanjutkan langkah kakinya dan mengabaikan Vicki. Jelas Vicki heran dengan sikapnya itu. Ia menyamakan langkahnya bersamaan dengan Desyca.

"Kamu sakit?" Vicki mulai panik.

"Ngga kok. Kenapa?"

"Kamu murung terus"

"Gak kok, aku gak papa" Jawab Desyca dingin.

Mereka sampai di sekolah. Desyca melipat kedua tangannya di atas meja dan meletakkan kepalanya di atas kedua tangannya itu. Vicki heran dengan Desyca hari ini. Baru ingin menanyakan ada apa, pelajaran pertama di mulai.

Desyca nampak baik-baik saja saat pelajaran berlangsung. Ia sangat fokus pada materi yang di jelaskan oleh guru biologi di depan. Vicki pun bisa sedikit tenang Desyca nampak baik-baik saja.

"Kelas bubar. Permisi.." Guru biologi itu pun keluar kelas dengan membawa barang-barangnya. Semua murid berhamburan membentuk kelompok mengobrol. Vicki menghampiri Desyca yang sedang murung itu.

"Hoi" Desyca terlonjak. Ia menatap Vicki kesal. Vicki pun duduk di bangku Hiyori, karena Hiyori yang sedang 'ngerumpi'.

"Kamu kenapa sih murung terus"

Love StoryWhere stories live. Discover now