Irina

46 12 0
                                    

Seluruh murid berbaris dengan rapi sesuai kelas masing-masing. Pidato dari sang kepala sekolah telah usai. Usai dari pidato kepala sekolah, ketua OSIS lama berdiri di mimbar dan memulai pidatonya yang elegan.

Di satu sisi, Desyca tak menangkap pundak Irina dari seberang. Desyca berpikir mungkin Irina sedang berada di suatu tempat. Di samping Desyca, Vicki yang sedari tadi melirik ke arah Desyca merasa bingung mengapa Desyca menatap murid di kelas lain.

Beberapa menit telah berlalu, dan pelantikan telah berjalan lancar di lanjut dengan pembukaan liburan musim panas. Semua bertepuk tangan setelah kepala sekolah resmi membuka liburan semester ini.

Upacara selesai seluruh siswa bubar dari barisan menuju kelas masing-masing.

Di segerombol siswi yang sedang berdiri di depan pintu gedung sedang membicarakan sesuatu. Saat rombongan Desyca melalui mereka, Desyca mendengar nama irina dengan menjadi topik pembicaraan.

"Permisi, ada apa dengan Irina?" Tanya Desyca. Para rombongan siswi itu tak langsung menjawab. Mereka saling bertatap muka lalu salah satu di antara mereka menjawab.

"Irina sejak tadi belum kembali"

"Iya, kami khawatir terjadi sesuatu padanya."

"Ohh begitu, terima kasih informasinya" jawab Desyca langsung berlari menuju suatu tempat yang ada di pikirannya.

Namun, langkahnya terhenti saat namanya di sebut oleh Vicki dari belakang. Desyca membalikkan tubuhnya dan mendapati Vicki tengah berlari kecil menyusul dirinya.

"Kau mau kemana?"

"Aku ingin mencari Irina"

"Irina? Ada apa?"

"Entahlah, maaf aku buru-buru"

Baru ingin membuka mulut, Vicki mengurungkan niatnya saat Desyca meleset pergi.

***

Di sisi lain, Rendy menghampiri Irina yang berdiri bersandar di dinding gedung. Irina menyadari keberadaan Rendy yang menghampirinya.

Ia mendongak dan begitu cepatnya ia membuang muka. Ia mengerutkan keningnya dan menggigit bibir bawahnya.

"Begini caramu mendekati Vicki?"

Irina mengacuhkan Rendy. Rendy hanya mendengus kesal karena di acuhkan.

"Kalau kau ingin mendekatinya, jangan gunakan cara ini! Kau sudah membuat Desyca menderita"

Irina menoleh ke Rendy. Ia menatap Rendy sendu. Karena menahan emosi yang kian memuncak, ia mengepal tangannya sekuat tenaga.

"Lalu kenapa mereka melakukannya padaku? Dulu, bahkan sekarang" Ucap Irina dengan nada yang sedikit bergetar.

"Tapi tidakkah kau pikir bahwa cara itu melukai orang di sekitarnya?"

"Ha? Sejak kapan kau peduli tentang orang sekitar? Apa jangan-jangan kau... Menyukai Desyca?"

Pertanyaa Irina membuat Rendy bungkam sesaat. Irina melihat dengan jelas Rendy tampak menghela nafas yang panjang.

"Ya, aku menyukainya. Jadi tolong jangan gunakan caa seperti itu. Aku tak ingin Desyca menderi-"

"Hahaha..." Ucapan Rendy terpotong saat mendengar suara tawa hambar dari Irina. Yang bisa ditunjukkan Rendy saat ini adalah ekspresi bingung.

"Semuanya sama, tak ada yang peduli denganku..." Ucapnya lirih dengan kepala yang tertunduk.

***

Sesampainya di sana, Desyca tak melihat siapapun di sana. Kemudian ia beralih ke samping gedung. Dan ternyata ia menemukan sosok gadis yang duduk dengan menelungkup dan bersandar di dinding gedung.

Love StoryWhere stories live. Discover now