Mulai Menjauh

88 12 3
                                    

"Cukup mesra-mesraannya!"

Vicki menyipitkan matanya. Berusaha mengingat wajah gadis yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Kau.. Yang di toko buku pagi tadi itukan?"

Tanya Vicki. Desyca menoleh ke arah Vicki dengan cepat. Mereka saling mengenal? Atau hanya kebetulan bertemu saja?

"Iya.. Apa kau lupa siapa aku?"

Vicki memang lupa siapa gadis itu. Ia hanya merasa pernah bertemu sebelumnya. Tapi Vicki benar-benar kesulitan untuk mengingatnya.

"Biar ku bantu. Masih ingat saat SMP aku pernah menyatakan perasaanku padamu?"

Bukan Vicki yang tersentqk, tetapi malah Desyca yang tersentak. Vicki mulai ingat sekarang. Seorang gadis yang ia tolak dengan sikap dinginnya. Lalu, apa tujuan gadis itu datang kemari?

"I-irina?"

"Iya! Aku Irina Makoto!"

Setelah mendengar nama yang di sebutkan, Vicki langsung berdiri dari duduknya. Desyca pun juga ikut berdiri.

"Begitu tidak pentingnyakah aku, sampai kau melupakan diriku?"

"Ada perlu apa? Ternyata kau masih ingat aku?"

"Tentu aku ingat! Kau tau betapa sakitnya saat kau menolakku waktu itu?"

"Itu sudah berlalu. Tak perlu dibahas lagi"

"Kau pikir aku bisa semudah itu melupakannya? Dan kau pikir aku akan menyerah begitu saja?
Aku masih akan terus mengejarmu!"

"Bukannya kau di Nagasaki?"

"Iya aku memang tinggal di sana. Tapi, orang tuaku pindah ke sini dan secara tidak sengaja kita satu sekolah."

"Aku lega sekali kita satu sekolah. Aku ingin sekali berbicara padamu, tapi selalu saja tidak bisa. Hingga sekarang, akhirnya terwujud"

"Tapi kau tau? Cintaku tak bisa perpaling darimu." Ucap Irina dengan nada lirihnya. Ia mengucapkan kalimat itu dengan mimik wajah yang tulus.

"Maaf, tapi sebaiknya kau tak usah memilihku. Masih banyak laki-laki di luar sana yang lebih baik di banding dengan diriku"

"Apa? Kenapa?"

Irina menatap Desyca sinis. Lalu ia mengangkat tangan kanannya dan menunjuk-nunjuk Desyca menggunakan telunjuknya dengan kasar.

"Dia... Pasti karena diakan? Iyakan?!"

"Cukup! Apa yang kau lakukan? Itu tidak sopan!"

"Hmph! Kenapa kau mau dengannya Vicki? Dia hanya modal tampang saja! Lebih baik kau denganku dari pada dia!"

"Hentikan Irina. Memang kau tau apa soal dia?"

"Dia hanya mencari perhatian dengan tampangnya itu. Ia bertingkah sok feminin saja! Kalau seperti itu aku juga bisa."

Secara tiba-tiba dada Desyca terasa sesak. Terlintas di kepalanya saat SMP. Dimana saat ia mendapat celaan yang sama persis dengan yang sekarang.

"Cukup Irina!"

"Vicki kenapa kau memilih wanita penggoda seperti dia? Dia bertingkah sok fenimin agar dia dapat perhatian! Apa kau buta?"

Vicki tersentak mendengar Irina mencela Desyca, hingga es serut yang ia pegang terjatuh dan tumpah. Di tambah lagi dengan kalimat 'wanita penggoda' yang membuat Vicki sangat penuh dengan kepanikkan.

Vicki menatap Desyca dengan ekskpresi cemasnya. Desyca saat ini mungkin sedang menangis. Tapi, perkiraan Vicki salah. Ia malah menanggapinya dengan tersenyum. Tersenyum? Di saat seperti ini?

Love StoryWhere stories live. Discover now