Itu Adalah Palsu

108 14 0
                                    

"Apa?" Vicki terkejut mendengarnya. Ia tak percaya jika Desyca berbicara seperti itu padanya. Ia mencoba mencerna kata-kata yang di lontarkan Desyca tadi.

"Hm? Apanya yang apa? Jadi kau tidak bisa ya?"

"Bukan begitu... Kau bercanda kan? Jangan bicara seperti orang bodoh"

"Yahh kurasa memang aneh aku bicara sepeti itu... Maaf" Desyca tertawa hambar. Kemudian ia kembali memandang langit gelap yang di hiasi bintang-bintang.

"Hey Vicki... Boleh aku curhat?"

"Hm?! Tentu.. Ada masalah apa?"

"Tidak ada. Hanya... Aku ingin berbagi ceritaku di masa lalu.. Pertemuan pertamaku dengan Zaki." Desyca duduk di tepian kolam yang di sisul oleh Vicki. Desyca pun mulai menceritakan.

"Dulu saat masih SD...

---Desyca POV---

Waktu itu masih kelas 6. Aku satu sekolah dengan Erika juga. Saat upacara kelulusan, banyak sekali teman-temanku yang menangis karena akan berpisah. Hmm... Aku pun turut sedih.

Saat SMP aku tidak satu sekolah dengan Erika karena suatu pekerjaan orang tuanya. Yahh walau aku merasa sedikit kesepian. Tapi, ada seorang laki-laki yang datang menghampiriku. Ia bahkan mengucapkan 'selamat pagi' seakan dia itu akrab denganku.

"Namaku Yamazaki Kaeda, panggil saja Zaki. Salam kenal"

"Uuhh... Desyca... Desyca Feliciany. Salam kenal"

Kami pun berteman.. Aku pun juga tak ada masalah saat berbaur dengan yang lainnya. Aku dan dia semakin akrab hingga suatu saat..

"Hmph. Dasar si Desyca.. Dia bersikap sok imut pada siswa laki-laki"

"Dia lengket banget sama Zaki.. Bikin iri aja"

"Mereka pacaran ya?"

"Sepertinya sih tidak. Tapi lengket banget"

"Apasih maksudnya! Sok akrab dengan kita supaya dia dapat perhatian oleh siswa laki-laki!"

"Ssttt jangan teriak. Dia bisa dengar"

"Baguslah kalau dia dengar!"

"Ya ampun.. Bagaiamana bisa kita tergiur olehnya"

"Dasar.. Dia juga dapat perhatian lebih dari guru"

"Yang benar?"

"Emm. Cuma karena dia anak yang pintar jadi mengundang perhatian para guru"

"Astaga.. Apa guru sekolah kita ini buta? Buat apa Desyca di lebih-lebihkan sih"

"Bertingkah sok feminim supaya mendapat perhatian orang lain? Hmph. Murahan"

Banyak cemohan yang kudapatkan dari teman sebayaku. Celaan yang sangat menyakitkan. Hatiku terasa terkoyak. Harga diriku terasa diinjak-injak oleh mereka. Padahal merekalah yang kupercaya sebagai teman. Namun aku salah.

"Jangan dengarkan apa kata mereka. Mereka itu hanya iri karena kelebihanmu, itu saja" Zaki menenangkanku. Aku pun tak peduli apa kata mereka. Dan mulai saat itu, aku pun tak lagi bergaul dengan mereka. Aku tak ada niat untuk mencari teman lagi. Kurasa aku bisa mempercayai Zaki saja.

Saat pelajaran olahraga pun sama. Waktu itu aku tersandung saat lari jarak jauh. Cedera di bagian lutut yang tak terlalu parah. Sebagian besar murid laki-laki yang membopongku ke UKS.

Love StoryWhere stories live. Discover now