Prolog: FW

4.8K 167 116
                                    

⚠️ BUAT PARA PLAGIATOR SILAKAN ANGKAT KAKI DARI SEKARANG!!! ⚠️

AWAS AJA KALAU KETAHUAN SAMA SAYA, SAYA TIDAK MAIN-MAIN!!!

AWAS AJA KALAU KETAHUAN SAMA SAYA, SAYA TIDAK MAIN-MAIN!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hi, Candies!

Aku panggil kalian Candies boleh ya? 😍
Candies itu, kan manis
Candies = Kalian
Kalian = Manis
Setuju?

Cuma dua pilihan, kalian boleh manggil aku Mumma atau Candy, okay?

Sebagian part akan diprivate, follow dulu baru bisa baca 😚

Sebagian part akan diprivate, follow dulu baru bisa baca 😚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lo tinggal pilih,
mau yang mana.

Kiya sekarat di tangan gue atau
Kiya sekarat di tangan lo.

°•°•°•°

"Kita gak akan bisa
nikmatin luka ini sama-sama."

"Karena di sini, nyatanya
aku yang terluka sendiri."

Berat rasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berat rasanya. Meninggalkan Kiya di keadaan seperti ini merupakan hal yang tak pernah Prana duga sebelumnya.

Namun, mau bagaimana pun ia harus kembali mengalah dengan takdir. Ya, ini semua demi kebaikan Kiya juga.

“Janji kamu bakal balik?” Kedua mata Kiya mulai tergenang air mata. Ia tidak tahan lagi dengan semua ini.

Rasa sakit di perutnya serta sesak di relung hatinya seakan menggerogoti tubuhnya secara perlahan.

“Janji kamu bakal ngajarin aku main gitar? Janji kamu bakal nyeritain roman-roman klasik lagi? Janji kamu bakal bikinin aku puding mangga?”

Prana bergeming. Semua perkataan Kiya sama sekali tidak terserap oleh otaknya karena hanya kesembuhan Kiya, lah satu-satunya hal yang ada di pikirannya saat ini.

“Pra─”

Kiya seketika terdiam begitu tangan hangat milik Prana menyentuh tangannya.

Kedua alisnya mengerut saat cowok itu meletakkan secarik kertas yang sebelumnya sempat diremas-remas di atas telapak tangannya.

“Setelah kamu sembuh, temui aku di alamat itu,” ujar Prana sembari perlahan menarik tangannya kembali.

“Kamu harus janji buat terus berjuang sampai operasi kamu berhasil nanti.”

Air mata itu semakin berjatuhan. Kiya takut. Sangat takut. Ia tak berharap untuk hidup lebih lama lagi, ia hanya ingin semua rasa sakit itu pergi secepatnya.

“Kamu bisa nemuin aku lagi di alamat itu. Semuanya udah aku tulis sedetail mungkin. Aku janji kamu gak akan kecewa ke sana.”

Prana lantas bangkit dari kursinya, ia sedikit menundukkan badan supaya bisa menjangkau kening Kiya, meninggalkan kecupan singkat di sana.

“Kenapa kamu harus sejahat ini, Pra? Aku butuh kamu di sini.” Kiya sama sekali tidak tahan dengan keadaan ini.

Mengapa cowok itu tidak mau mengerti kalau kini dirinya sudah benar-benar hancur?

Semuanya begitu menyakitkan, namun memang inilah saatnya. Prana harus pergi meski harus meninggalkan Kiya yang sedang sekarat di atas brankar rumah sakit.

Tangan lemah Prana terlihat berusaha mengusap puncak kepala cewek itu. Senyum getir pun masih sempat terukir di bibirnya.

“Jangan mati, Kiya.”

Chill out, ini masih awal buangettt!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chill out, ini masih awal buangettt!!!

Jangan nilai dari prolognya aja yaa

Yang baca prolog terus ditinggal, jangan sampai nyesel loh yaa ga baca kelanjutannya 😜

Siap buat menjelajahi kisah mereka?
Udah siap hati dan mental?

Siap buat menjelajahi kisah mereka?Udah siap hati dan mental?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Follow ya 😘

Vote jangan lupa 💛

Makasih, sampai ketemu lagi!

Favorite WoundWhere stories live. Discover now