12th Wound

1.2K 60 51
                                    

Vote sebelum baca, Cantik/Ganteng 😍

“PULANG!” Prana menarik pergelangan tangan Dea begitu melihat adiknya itu dikelilingi oleh beberapa laki-laki yang juga mabuk.

Dea melingkarkan kedua tangannya pada leher Prana lalu menariknya mendekat. “Gue cinta lo, Kak,” bisiknya.

Hanya tersisa beberapa senti saja jarak di antara bibir keduanya sebelum benar-benar menempel.

Prana segera mendorong bahu cewek itu. “GILA YA LO! GUE KAKAK LO, DEA!”

“Tapi gue sayang banget sama lo, Kak, gue rela kasih semuanya buat lo.” Dea mengusap lembut pipi kakaknya itu.

Plak!

Dengan entengnya Prana menampar pipi Dea karena hanya cara itulah yang bisa dilakukannya untuk membuat adiknya itu segera sadar.

“Pulang sekarang!” Prana menyeret adiknya secara paksa keluar dari tempat club.

Dea yang hampir sepenuhnya kehilangan kesadaran karena terlalu banyak mengonsumsi alkohol itu akhirnya hanya bisa menurut.

Entah bagaimana ia bisa sampai salah pergaulan seperti itu, padahal Prana dan Wira─kedua kakaknya itu selalu mengarahkannya ke hal-hal yang baik.

“Bangsat!” umpat Prana begitu penglihatannya menangkap sosok Kiya sedang diseret paksa oleh seorang lelaki di sisi trotoar sana.

Ia segera menuntun Dea masuk ke dalam mobil lalu menghampiri kedua manusia itu.

“ANJING LO!” Satu pukulan telak berhasil mengenai lelaki itu.

Dengan cekatan Prana menarik lengan Kiya supaya mendekat padanya.

Cowok itu menatap Kiya sejenak sebelum akhirnya tatapannya kembali mengarah pada lelaki yang kini tersungkur di bawah sana.

“Awas lo!” ucap Prana lantas masuk ke dalam mobil bersama Kiya.

Dengan telaten tangan Prana mengobati luka di sudut bibir Kiya, keduanya saat ini sedang berada di dalam rumah Gama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan telaten tangan Prana mengobati luka di sudut bibir Kiya, keduanya saat ini sedang berada di dalam rumah Gama.

Prana memang sengaja mengajaknya ke sana karena kebetulan malam ini ayahnya sedang menginap di rumah neneknya.

Kalau membawa Kiya ke rumahnya sendiri, takutnya orang-orang nanti akan membicarakan yang tidak-tidak tentang mereka.

“Sekali aja nurut gak bisa ya? Aku capek kalau disuruh terus-terusan ngingetin kamu.”

“Kalau mau keluar malem harus sama aku, Kiya,” ketus Prana sambil matanya menatap tajam cewek di hadapannya itu.

Kiya duduk di tepi ranjang, sementara Prana duduk berjongkok di lantai sambil fokus membersihkan luka di bibir cewek itu.

Kiya menghela napas pelan. “Katanya kamu mau cewek yang mandiri, pas aku udah coba buat mandiri kamu malah ngomel mulu.”

“Emang selalu serba salah ya aku, Pra.”

Favorite WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang