14th Wound

158 20 33
                                    

─yok vote dulu 😘

“Prana masih di dalem?” tanya Wira begitu sampai di depan kamar adiknya.

Kiya menoleh ke arah pintu kamar mandi yang ternyata masih tertutup rapat. “Iya nih, Kak, ada apa ya?”

“Bilangin ya, Ayah udah pulang, suruh cepetan dianya, nanti kita sarapan bareng,” ujar Wira yang langsung disambut anggukan kepala oleh Kiya.

Cowok itu sudah hampir pergi, namun tiba-tiba ia berbalik badan menghadap Kiya lagi.

“Lo cantik, jangan keseringan insecure,” ujarnya dengan ulasan senyum tulus menghiasi wajah tampannya.

Pujian itu membuat senyum tipis perlahan terbit di bibir Kiya, cowok itu sepertinya pintar sekali mengambil hatinya.

Namun dengan segera cewek itu menepuk keras pipinya. “Sadar, Kiya, dia kakaknya pacar lo.” Ia merutuki dirinya sendiri.

Cewek dengan seragam sekolah rapi membalut badannya itu lantas bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.

Ia merasa begitu bersemangat karena akhirnya bisa bertemu langsung dengan ayahnya Prana.

Momen ini memang sudah ditunggunya sejak lama, membayangkan sikap hangat ayah pacarnya saat mengobrol dengannya nanti membuatnya begitu antusias.

Kiya segera mengetuk pintu kamar mandi begitu sampai di depan ruangan tersebut.

“Prana masih lama nggak? Buruan ya? Om Gama udah pulang, tadi Kak Wira ke sini, katanya mau sarapan bareng," ujarnya setengah berteriak.

“Duluan aja, Kiya, nanti aku nyusul!” sahut Prana dari dalam sana.

Namun belum sempat Kiya beranjak, Prana sudah lebih dahulu keluar dengan selembar kain handuk melilit pinggangnya.

Cewek itu buru-buru berbalik badan sambil menutup rapat kedua telinganya. “PRANA IHH! DIBENERIN DULU NAPA?!”

Astaghfirullah, bukan salah Kiya ya Allah.”

“Kenapa, sih?” tanya Prana yang bingung oleh sikap cewek itu.

“Handuk kamu hampir melorot monyettt!”

Prana melirik ke bawah dan benar saja ternyata handuknya tidak terpasang dengan benar.

“Maaf, maaf, Kiya.”

“Prana goblok,” rutuknya pada dirinya sendiri lantas buru-buru membenarkan handuknya.

“Udah?” tanya Kiya memastikan.

“Udah.”

Cewek itu akhirnya kembali menghadap pada Prana dengan kedua tangan yang masih menutupi telinganya.

“Yang kamu tutupin apa?” tegur Prana.

Kedua mata Kiya seketika membulat lebar. “AAA MALUUU!”

 “AAA MALUUU!”

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Favorite WoundDove le storie prendono vita. Scoprilo ora