Kiya meremas ponselnya begitu membaca isi obrolan grup dari hasil screenshot yang dikirim oleh temannya dari sekolah lain itu.
Prana yang menyadari kegelisahan pada diri Kiya, perlahan meraih tangan cewek itu lalu memberi tiupan pelan pada ibu jarinya.
Upaya itu biasa dilakukannya supaya Kiya merasa lebih tenang.
Kiya menarik tangannya dari genggaman Prana, ia berusaha mengontrol diri mengingat kantin bukanlah tempat yang tepat untuk melampiaskan amarahnya.
“Kenapa, hm?” tanya Prana berusaha mencari tahu apa yang membuat Kiya gelisah.
Kiya menghela napas panjang. “Kalya edit muka aku dijadiin foto naked terus disebar ke sekolah lain.”
Prana mengerutkan dahi menatap cewek itu. “Foto naked? Kalya ngelakuin itu ke kamu?”
“Aku mau kasih pemahaman ke dia,” kata Kiya lalu pergi begitu saja meninggalkan kantin.
Prana hanya diam sambil menatap punggung cewek itu yang semakin lama menghilang ditelan jarak.
Cowok itu tak akan melarangnya, bahkan kalau saja Kalya bukan perempuan, dia sudah pasti akan habis di tangannya.
Dika yang tiba-tiba muncul dan duduk begitu saja di hadapan Prana itu menatap temannya penuh selidik.
“Pra? Bayarin makan gue,” suruhnya enteng.
Prana segera menoleh pada Dika sambil mengerutkan keningnya.
Cowok yang sering dijuluki sebagai ‘manusia es’ oleh teman-temannya itu menghela napas sebelum akhirnya merogoh saku lalu mengambil selembar kertas dari dalam sana.
Prana mengulurkan kertas tersebut pada Dika. “Nih,” todongnya.
Bukan uang yang diberikan olehnya, melainkan hanya selembar kertas kosong biasa yang tidak ada nilainya.
Cowok itu lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Dika yang masih menatapnya tak percaya.
“Bajingan!”
YOU ARE READING
Favorite Wound
Teen Fiction• 𝘔𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘧𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵𝘬𝘶 • ―ꦱꦏꦶꦪ [TAHAP REVISI, SABAR] ⚠️DILARANG KERAS MEMPLAGIAT KARYA INI DALAM BENTUK APAPUN!!!⚠️ ----------------------------------------------------------- Setelah sekian lama terom...