15th Wound

150 18 15
                                    

“𝘈𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘭𝘰 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 ‘𝘣𝘰𝘥𝘰 𝘢𝘮𝘢𝘵’ 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘰𝘮𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘴𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢.”

ѕαкιуα

Kiya turun dari motor Prana lalu mengulurkan helmnya pada cowok itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kiya turun dari motor Prana lalu mengulurkan helmnya pada cowok itu. “Makasih,” ucapnya.

Namun Prana justru diam saja dengan pandangan kosong mengarah ke rumah besar di hadapannya.

“Prana?” panggil Kiya.

Cowok itu tersadar dan segera mengambil alih helm dari tangan Kiya sebelum akhirnya kembali menatap hampa rumah megah tersebut.

“Aku rindu Mama,” gumamnya tidak begitu jelas, namun masih tertangkap dengan baik oleh telinga Kiya.

Cewek itu mengusap lengan Prana. “Kamu pasti kangen banget ya sama mama kamu?”

Prana tidak menjawab, namun dari sorotan matanya jelas memperlihatkan kerinduannya yang teramat untuk ibunya itu.

Kiya tersenyum tipis. “Mama kamu udah tenang, udah gak ngerasain sakit lagi, dia di sana pasti bahagia banget kalau lihat kamu juga bahagia.”

Perlahan tatapan Prana beralih pada Kiya, dadanya seketika mencelos mendengar ucapan cewek itu.

‘Gimana kalau misal kamu tahu yang sebenernya, Kiya?’ batinnya.

Mita terlihat berjalan ke luar rumah lantas menghampiri kedua remaja tersebut.

Senyum tipis terukir indah di bibir wanita itu. “Anak ganteng gimana kabarnya?”

Suara Mita dengan segera membuat Prana terkesiap.

“Baik ....”

“Tante,” jawabnya ragu.

Mita tersenyum sebelum akhirnya menatap Kiya dengan bingung. “Kiya gak berangkat ke sekolah, Nak?”

Putrinya itu menggeleng pelan. “Kiya lagi agak gak enak badan, Ma.”

Mita menempelkan punggung tangannya pada dahi lalu leher Kiya. “Kenapa, Sayang? Pusing? Atau demam, hm?”

Wanita itu terlihat begitu khawatir terhadap putrinya, entah mengapa melihat itu justru membuat perasaan Prana menjadi semakin kacau.

“Prana duluan, Tante, Kiya,” pamitnya segera karena tak ingin berlama-lama berada di sana.

Kiya mengulas senyumnya. “Hati-hati, Pra, makasih udah mau nganter pulang,” ucapnya.

Favorite WoundWhere stories live. Discover now