Seperti biasa, vote dulu yaa 🥺
Mata siapa nih?
Berat rasanya bagi Kiya untuk membuka kedua matanya, badannya pun terasa pegal-pegal.
Cewek itu kini terduduk lesu di tepi kasur, ia menghela napas panjang sebelum akhirnya memakai sandal rumah berbentuk Hippo miliknya di bawah sana.
Dengan langkah gontai Kiya berjalan menuju nakas di sebelah ranjang, tangannya lalu terulur meraih benda berbentuk persegi pipih dari atas sana.
Matanya segera memicing begitu melihat notifikasi pesan yang muncul dari layar ponselnya.
Chat
orang ini ingin kusantet 🔪 :
cantik udah bangun?
buburnya ada di Hendra
sebelum makan basmalah dulu yaSakiya buru-buru menuju dapur untuk menemui Hendra setelah membaca pesan singkat tersebut.
Prana memang pintar sekali mengambil hati Kiya, dengan sebungkus bubur saja sudah berhasil membuat Kiya lupa kalau seharusnya dirinya masih marah dengan cowok itu.
“Hen, ada titipan dari Prana nggak?” tanya Kiya segera begitu melihat Hendra berdiri di sebelah kompor di dalam dapur itu.
Hendra yang baru selesai menyiapkan bekal untuk Kiya, kini berjalan menghampiri sepupunya yang terlihat duduk menghadap meja makan sambil celingukan mencari-cari sesuatu itu.
“Ada, tadi pagi banget Prana ke sini nganter bubur buat lo,” jelas Hendra.
Tangannya membuka tudung saji di atas meja lalu menyodorkan sekotak bubur yang masih hangat itu ke arah Kiya.
Sakiya menerima uluran tersebut dan segera membuka bungkusnya, kedua matanya langsung berbinar begitu menatap bubur lezat di hadapannya itu.
“Makasih, Hendra!” ucapnya girang.
Hendra menarik kursi lalu duduk, ia menaikkan sebelah alisnya menatap Kiya. “Makasih-nya ke Prana, bukan ke gue,” koreksinya.
Kiya cuma bisa cengengesan menanggapi kalimat Hendra tersebut.
Tak mau membuang waktu, ia segera melahap buburnya, sementara Hendra justru terlihat asyik memperhatikannya.
Tangan cowok itu terulur menjumput beberapa helai rambut Kiya ke belakang lalu memasangkan jepit rambut berbentuk Hippo di sana supaya tidak mengganggu.
“Diiket dulu kenapa, sih?” tegur Hendra.
Kiya mendongakkan kepala menatap Hendra lalu mengulas senyum jahilnya. “Perhatian, cie!”
Hendra menghela napas pelan. “Gue, kan sepupu lo, masa gak boleh perhatian?”
“Sepupu apa sepupu, nih?” goda Kiya sekali lagi.
YOU ARE READING
Favorite Wound
Teen Fiction• 𝘔𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘧𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵𝘬𝘶 • ―ꦱꦏꦶꦪ [TAHAP REVISI, SABAR] ⚠️DILARANG KERAS MEMPLAGIAT KARYA INI DALAM BENTUK APAPUN!!!⚠️ ----------------------------------------------------------- Setelah sekian lama terom...