5th Wound

1.5K 99 70
                                    

Vote dulu boleh? Terima kasih

Follow akun ini ya, Candies biar ga ketinggalan notif kalau cerita ini update 😚

RAMEIN YUKKK!

Dika─cowok dengan gaya maskulin itu melewati lorong koridor dengan tenang sebelum akhirnya seorang cewek tiba-tiba datang dan menghalangi jalannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dika─cowok dengan gaya maskulin itu melewati lorong koridor dengan tenang sebelum akhirnya seorang cewek tiba-tiba datang dan menghalangi jalannya.

BUGH!

"Aku mau kita putus!" ujar Kiya to the point setelah puas menonjok wajah cowok di hadapannya itu.

Dengan kasar tangan Dika mendorong bahu Kiya. "Apa-apaan, nih?!"

Kiya berdecak mendengar ucapan cowok itu.

"Jangan kamu pikir selama ini aku gak tahu kelakuan kamu di belakang aku, Kak."

Matanya terlihat merah membulat, jelas dirinya kini tengah dipenuhi rasa emosi.

Dika membuang muka ke arah lain, ia tidak ingin menghiraukan kalimat yang ditujukan cewek itu padanya.

Sakiya lalu mendengus geli. "Kamu sama Kalya, kan yang udah ngehasut anak satu sekolah buat percaya kalau aku pelacur?" telaknya langsung.

"Juga soal kamu yang selingkuh sama cewek lain, aku udah tahu semuanya!" tambahnya.

"Aku udah tahu dari lama, Kak! But I played dumb!"

"Kamu ada dendam apa sih sama aku? Sampai niat banget kayaknya mau ngefitnah sama nyakitin aku?"

Cewek itu menggelengkan kepala, heran.

"Apa gara-gara ayah kamu yang suka bandit uang perusahaan itu dilaporin sama mama aku, terus dipecat, terus kalian jatuh miskin? Iya?"

Tatapan tajamnya menghunus kedua mata Dika. "Otak kamu di mana sih, Kak?"

Lawan bicaranya itu hanya tersenyum miring sambil terus menatap cewek di hadapannya itu dengan tatapan meremehkan.

Kiya menghela napas panjang karena cowok itu masih belum mau buka suara.

"Gini deh, kalau misal kamu emang gak punya otak, minimal harusnya punya hati, lah ya."

Cewek itu memukul-mukul dada Dika sambil berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.

"Mana hati lo, sat?!" teriaknya kecewa.

Dika yang sudah tidak bisa mengontrol diri itu berhasil membuat tubuh Kiya terlempar ke tembok begitu saja dengan sekali tepisan.

"Siapa juga yang mau sama jalang kayak lo? Murahan!" tandasnya lantas beranjak dari hadapan Kiya.

Dengan mata berkaca-kaca, Kiya mengambil botol plastik dari dalam tempat sampah lalu melemparkannya tepat mengenai kepala Dika.

Favorite WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang