17th Wound

112 13 9
                                    

Vote okay

Spam comment “🌹”

Dika mendorong tubuh Kiya hingga membuatnya terbentur ke tembok begitu sampai di dalam ruang laboratorium.

“Bangsat ya lo! Gara-gara kejadian di kantin kemarin gue jadi bahan omongan anak satu sekolah!” bentak cowok itu.

Kiya yang dibuat sangat geram oleh perlakuan Dika padanya itu sudah tidak bisa berdiam diri lagi.

Melihat penghapus papan tulis di atas meja dengan cekatan membuatnya bangkit lalu melemparkannya begitu saja ke arah Dika.

Cowok itu segera memegangi dahinya yang sakit sambil menatap tajam pada Kiya sebelum akhirnya melempar balik benda itu ke arahnya.

Beruntung, sasarannya itu ternyata meleset jauh dari target.

“Punya adab gak sih lo?! Gue senior lo anjing!”

Sakiya tertawa geli. “Dih, kalau gak gara-gara gue yang ngomong ke Pak Adi juga lo gak bakalan naik kelas kali, gak usah songong!”

Hh, nyesel gue belain lo yang waktu itu diancam gak naik kelas cuma gara-gara gak ikut ujian kenaikan.”

Dika berdecih kesal sebelum akhirnya melirik ke arah meja laboratorium lantas mengambil sebuah gelas beker dari sana.

Tangannya sudah terangkat bersiap melemparkan benda itu ke arah Kiya, namun ternyata Wira sudah lebih dulu menghalaunya.

“BAJINGAN!” Satu bogem mentah berhasil dilayangkan Wira, dengan cekatan ia meraih tangan Kiya lantas membawanya keluar.

Prang!

“KAK WIRA!”

Sebuah gelas beker melayang tepat mengenai leher Wira sebelum akhirnya tubuhnya ambruk begitu saja ke lantai.

Akh,” rintih cowok itu sambil memegangi leher belakangnya yang luar biasa sakit.

“Brengsek!” Kiya dengan cepat berjalan mendekati Dika lantas memberikan tendangan kuat pada perut cowok itu.

Tindakan itu dengan segera membuat tubuh Dika terbentur pada tembok sebelum akhirnya tumbang di bawah sana.

Cowok itu meringis sambil memegangi perutnya yang nyeri. “Shh, fuck.”

Kiya berdecih geram. “Najis lo!”

“Sakit, kan? Makanya gak usah kebanyakan gaya!” tandasnya sebelum akhirnya menuntun Wira keluar dan meninggalkan Dika yang terkapar tak berdaya di dalam sana.

“Sakit, kan? Makanya gak usah kebanyakan gaya!” tandasnya sebelum akhirnya menuntun Wira keluar dan meninggalkan Dika yang terkapar tak berdaya di dalam sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Diobatin dulu aja, Kak,” saran Kiya pada cowok yang kini berjalan di sebelahnya.

Lawan bicaranya itu menggeleng pelan sebagai jawaban. “Gue mau langsung pulang aja, gak papa kok, cuma sakit dikit.”

Favorite WoundWhere stories live. Discover now