1. Gadis Bermata Elang

1.2K 190 68
                                    

"Darkness can't drive out darkness: only light can do that. Hate can't drive out hate: only love can do that."
-Martin Luther King-

×~~~×

Visual : Narsha Francois


Bangunan itu bukan katedral Notre Dame meski desain arsitekturnya mirip. Bukan pula bangunan gothic bersejarah yang banyak tersebar seantero Prancis. Bangunan megah itu perpaduan antara warna cokelat susu, cream, ditambah kombinasi warna emas, didominasi oleh pilar-pilar pualam besar kokoh. Langit-langitnya meruncing di ujung model piramida. Lain dari dalaman katedral yang banyak menyimpan sejarah, bangunan itu memiliki muatannya sendiri: ribuan pakaian dan sumber daya untuk membuatnya.

Pemiliknya sangat mengagumi katedral, khususnya Notre Dame. Karenanya, tempat kerja itu sangat mirip dengan bangunan gothic itu, tetapi didesain lebih minimalis dan terkesan nyaman dihuni. Pada sisi barat bangunan, dinding pembatas depan terbuat dari kaca tembus pandang yang memamerkan deretan koleksi pakaian tren musim terkini.

Terdapat layar raksasa yang memamerkan koleksi pakaian rancangan si pemilik bangunan megah. Tulisan 'FM' terpampang dalam huruf timbul sebesar manusia di depan plaza—dibuat sesuai gaya tulisan yang banyak tersemat di belakang kerah pakaian-pakaian di departement store ternama.

"Aku ingin bahan denim yang lebih lentur. Kau bisa membayangkan orang-orang mengenakan dress sekaku ini di musim panas tahun depan? Apa terlihat bagus menurutmu?" Seorang gadis ber-stiletto 10 cm memandang datar pada karyawannya yang menunduk takut-takut.

Gadis dua puluh enam tahun itu memang terdengar marah, tetapi gerak-geriknya sungguh santai. Ia menyentuh bahan denim yang dikenakan maneken dengan penuh penghayatan, lalu memandang sang karyawan dengan tatapan memojokkan. Wajahnya tak memerlihatkan banyak ekspresi, tetapi mata hitamnya yang menyiratkan ketegasan tak terbantahkan mustahil ditolak. Bentuk mata dan caranya menatap lawan bicara mirip seekor elang.

"Louis, aku ingin kau mengganti bahannya," ucap gadis itu dengan suara lebih terkendali namun tegas. "Kurasa sebelumnya aku sudah memintamu menggunakan denim yang lebih elastis."

Louis tersenyum kikuk. "Maaf, Madame. Sebenarnya pesan itu terlambat sampai padaku. Kalau saja Jane memberitahu sejak awal—"

"Cukup! Jangan menyalahkan orang lain atas pekerjaanmu! Gunakan denim yang kumaksud! Kau bisa menyelesaikannya dalam dua hari?"

Loius mengangguk cepat-cepat. "Tentu, Madame. Aku akan menyelesaikannya dua hari. Tak akan terlambat."

"Bagus," puji gadis itu tanpa senyum. "Aku akan melihatmu lagi besok malam. Jangan merasa terbebani. Aku melakukan ini demi kebaikan FM. Paris Fashion Week satu minggu lagi. Kita masih harus menyempurnakan beberapa desain."

Louis mengangguk patuh. Gadis bermata elang itu menoleh ke asisten berambut cokelat menyala yang berdiri di belakangnya. Gadis Prancis yang biasa membuntutinya kemana pun itu melangkah ke depan, membuka buku agenda di tangannya dan berkata, "Setelah ini kau ada janji makan malam dengan Madame Francois, Narsha."

Narsha memiringkan kepala sejenak. "Di mana?"

"Madame Francois memesan meja khusus di Le Meurice," jawab asistennya. "Dia mengatakan ingin membahas tentang fashion show mendatang denganmu."

Bibir Narsha yang dipoles warna tea rose tersenyum sedikit. "Tak bisakah dia berhenti khawatir urusan pekerjaan? Aku CEO FM sekarang. Dia harusnya memikirkan kesehatannya saja."

"Aku setuju," timpal asistennya sambil menutup agenda. "Tapi apa boleh buat? Tak ada salahnya menemui ibumu dan mengatakan semuanya lancar-lancar saja. Jadi, silakan lewat sini, Narsha Francois. Aku akan mengantarmu."

PariseouloveWhere stories live. Discover now