10. La Proche

374 55 6
                                    

Visual : Choi Seo Joo

Cukup sulit menemukan tempat pertemuan yang dimaksud Ji Hoon pada kertas yang ditinggalkannya. Taksi yang Narsha tumpangi menukik ke sebuah jalan terjal yang sepi. Tak banyak penerangan antara bangunan kelabu suram di sepanjang jalan tersebut.

Tak lama setelah taksi meluncur di jalan yang entah apa namanya itu, Narsha melihat sebuah bangunan terang benderang, sangat mencolok dibanding bangunan-bangunan di sisi kanan-kirinya. Ia setengah terkejut ketika menyadari sopir taksi menghentikan mobilnya tepat di muka bangunan heboh itu.

Narsha menurunkan kaca mobil, melongok keluar. Aneka lampu warna-warni membentuk pola huruf bertuliskan La Proche. Serupa dengan nama yang tercetak pada alamat di kertas yang Narsha bawa.

"Apa Anda yakin ini tempatnya?" Meski sudah jelas, Narsha tetap bertanya pada sopir taksinya.

Sopir taksi di balik kemudi berdeham, sekilas menunjuk bangunan di luar dengan dagu. "La Proche," ujarnya mempertegas kilatan cahaya lampu di luar dengan wajah sok tahu.

Narsha mendecih dalam hati. Ia juga bisa membaca dengan sangat jelas nama kelab itu. Ia hanya heran dan tak yakin orang terkenal seperti Ji Hoon menjadikan kelab bebas seperti ini sebagai tempat pertemuan. Tidakkah ia khawatir tepergok paparazzi?

Tak ingin terlalu lama membuang waktu, Narsha segera membayar ongkos taksi dan melangkah keluar. Desir angin menyambutnya bersamaan dengan tatapan heran pria kekar yang berjaga di muka kelab. Narsha tak mengindahkan tatapan itu. Ia lebih peduli pada busana yang ia kenakan hari ini, warna peach.

Pikirannya masih sangat kacau tadi pagi hingga asal saja memilih pakaian. Terlebih ia tak pakai mantel. Dress selutut tanpa lengannya sama sekali tak cocok dipakai masuk ke kelab. Terlebih warnanya ... oh, ya ampun! Ia yakin akan menjadi pusat perhatian di dalam sana. Demi menyamarkan wajah, Narsha melepas jepit perak di rambutnya, membiarkan helaian hitam menutupi sebagian wajah. Setelah merasa aman, ia melangkah yakin ke pintu kelab.

Pria kekar di muka kelab heboh itu bersandar di dinding dengan satu tangan menggenggam gagang koper warna maroon. Kumis lebatnya melengkung sedikit ketika melihat Narsha berjalan mendekatinya.

Narsha melirik koper di tangan pria kekar. Sekilas melihat brand yang tersemat dan sadar bahwa itu koper mahal. Meski heran pria yang lebih mirip preman itu memiliki koper mahal, ia tak ambil pusing, melenggang masuk. Tak peduli pria tersebut memandanginya sampai menghilang di keremangan kelab.

Betapa aneh tempat yang dipilih Ji Hoon untuk pertemuan ini. Langkahnya tak surut sampai tubuhnya merasakan hawa tempat huru-hara yang lebih hangat dibanding cuaca di luar. Ia mengedarkan pandangan di antara pijar lampu disko. Dentuman musik mendominasi keremangan bercampur dengan gerakan menggila ratusan manusia. Tawa membahana. Pria dan wanita bercumbu seenaknya.

Narsha berusaha mencari sosok Ji Hoon di antara wajah-wajah yang berdesakkan. Karena sulit, ia melangkah ke area meja bar yang lebih tinggi agar leluasa memandang ke seluruh penjuru kelab. Tak banyak orang di meja marmer hitam tinggi yang mengelilingi para bartender itu.

Seorang bartender yang berdiri di balik meja tepat di hadapannya, tersenyum sedikit begitu melihatnya duduk.

"Sampanye?" tawarnya wajar. Tak ada tatapan nakal atau sikap kurang ajar yang semula Narsha pikir pasti ada di kelab macam ini. Ah ya, ini pertama kalinya Narsha mampir di kelab bebas tanpa pengawasan siapapun.

Dan satu poin untuk La Proche, bartendernya cukup sopan. Narsha mengangguk tanpa banyak bicara. Sepertinya ia harus menunggu. Duduk sendirian tanpa minuman akan membuatnya tampak aneh.

Bartender tadi menuangkan sampanye ke gelas perak, masih dengan senyum yang sama, meletakkan gelas tersebut di hadapan Narsha.

Mata cokelat milik bartender itu adalah mata terjernih dan paling indah yang pernah Narsha lihat. Ia pandai menilai penampilan seseorang karena terbiasa menentukan sendiri orang-orang untuk model peraga busananya. Dan sekali lihat, Narsha yakin bartender yang jelas bukan orang Prancis itu sangat cocok mengenakan jenis pakaian apa pun. Bahunya tegap, dadanya bidang dalam tuksedo sederhana yang harusnya tak menarik tetapi kini justru terkesan elegan. Tingginya sempurna, sedikit lebih tinggi dari rata-rata pria Prancis. Bibirnya penuh dan tak mengumbar senyum berlebihan. Cukup, elegan, sesuai seleranya.

PariseouloveWhere stories live. Discover now