Part 34

9.3K 933 70
                                    

Hari yang ditunggu oleh anak SMA Esa Unggul khususnya 11 IPS 5 akhirnya tiba juga. Sebelum Porseni resmi dibuka diadakan upacara pemotongan pita terlebih dahulu agar acara berjalan lancar.

Saat upacara anak murid masih memakai seragam setelahnya bisa mengganti dengan pakaian olahraga. Pembukaan Porseni begitu riuh diiringi tepuk tangan seluruh siswa, suara lagu mulai berputar dari sebuah speaker berbentuk kotak yang ada di pinggir lapangan.

"Sas, siap-siap estafet!" Suara Bambang teman satu OSIS-ku membuyarkan lamunanku. 

Aku mengangguk pelan, cowok itu memutar tubuhnya pergi menuju tangga. Aku masuk ke dalam kelas memanggil teman-teman cewek yang siap berlomba estafet. Kami semua kompak memakai seragam olahraga dan rambut dikucir satu. Rambut Mala yang biasanya mengembang jadi rapi. Dia digoda anak cowok kelasku karena rambutnya jadi rapi dan teratur.

Di bawah kami diabsen agar kelas 11 IPS 5 tidak gugur karena dikira tidak jadi ikutan. Aku merenggangkan otot pemanasan di pinggir lapangan. Giliran kelasku nanti akan bersaing lari dengan kelas 11 IPS 4 di sesi ke 9.

"Pelari pertama Kiyna, Wendy, Sera, Mala, Putri dan terakhir Sashi ya?" Bambang yang duduk di meja panitia memberi tahu.

"Oke!" Aku mengacungkan jempol. 

Kami dikejutkan oleh suara ramai-ramai anak cowok persis suara wota idol grup Jepang yang menyuarakan fanchant-nya. Aku menahan senyum saat melihat anak cowok kelasku berjejer di pinggir lapangan sambil berteriak-teriak dengan suara nge-bassnya. Mengerikan.

"Sashi! Wendy! Kiyna! Mala! Sera! Putri! Yoooya!! Yoooyaaa!! Yaaaaaa!!!! Hoooo hoooo!!!!"

Memalukan tapi membuatku semangat. Aku jadi nyengir pada temanku yang lain, mereka malah sudah tertawa ngakak. Dasar cowok-cowok rame!

"Sashi, saranghae!!! Love you, muaccchhhh!!"

EH?

Aku memutar tubuhku lagi untuk mencari tahu siapa pemilik suara itu, sosok cowok tersenyum lebar melambaikan tangan dan melemparkan sebuah ciuman terbang. Kalau kami berada di TV mungkin ada love-love mengudara. Aku tersenyum malu-malu pada Arya yang sudah teriak-teriak dengan ucapan lebaynya.

"I love you, babe!"

Sial, ucapannya itu bisa jadi membuat orang jadi salah paham dan mengira gosip di antara kami benar adanya. Gawat! Wajahku merah padam digoda seperti itu. Malu.

Aku melotot ke arah Arya sambil meletakkan jari di ujung bibir, agar dia berhenti teriak-teriak seperti tadi.

"Cie, love you tuh katanya!" Putri menyenggol lenganku ikut menggoda centil.

Aku menepis lengannya. "Apaan si!"

"Arya, kata Sashi I love you too!" Wendy berteriak tidak kalah hebohnya, karena dia berdiri dekat Bambang yang memegang mikrofon suara Wendy jadi terdengar ke seluruh sekolah. 

Semua murid yang berada di sekitar lapangan jadi hening dan menatap ke arah kami. Sumpah, ini memalukan sekali.

"Apaan lagi? Siapa yang bilang?!" sahutku jutek, seperti sedia kala. Biar tidak mencurigakan.

Wendy, Kiyna, Putri bahkan Mala jadi cekikikan centil. Aku mendengus sebal, tidak sengaja aku melirik Sera yang menatapku tajam. Dia membuang muka tanpa turut ambil dalam adegan goda-godaan seperti ini.

💙💙💙

Kelas kami kalah.

Oke, tidak jadi masalah. Kalah sepertinya sudah menjadi bagian dari kami, masih untung bisa ikutan lomba. Kami ber-enam berjalan keluar dari lapangan sambil memasang wajah lesu, diiringi suara sorakan ceria dari para pendukung kelas lawan kami.

SashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang