Part 35

8.6K 839 49
                                    

Novan mengetahui hal yang sebenarnya, itu membuatku jadi gelisah tak keruan tidak bisa tidur. Apalagi pesan dari Novan yang mengatakan bahwa aku harus datang ke kafe Sabtu sore.

Cowok itu bukan jenis cowok yang akan mengajak cewek ke kafe, aku sendiri saja tidak yakin dia pernah ke sana dengan temannya atau sendirian. Aku lebih bisa membayangkan Novan duduk di warkop atau tukang bubur, sambil merokok dan sesekali menyeruput kopi hitamnya.

Kafe dan Novan, sesuatu yang tidak bisa aku bayangkan sama sekali. Jujur aku sekarang takut, mana cowok itu mengancam akan membocorkannya ke ayah mereka.

Gawat, tidak ada pilihan lain aku harus menemui cowok itu. Mungkin ini karma karena aku yang membuatnya tersiksa, padahal bukankah lebih baik dia ketahuan merokok dan membuat dirinya jauh dari benda itu.

"Doain gue menang yak?" kata Arya menebarkan senyum.

Aku mengangguk pelan. Sejak tadi pagi aku tak bisa konsentrasi, banyak pikiran yang membuatku jadi seperti mayat hidup yang melamun sambil berjalan.

"Gitu doang? Kasih kata-kata apa kek gitu," ucapnya lagi karena tak senang reaksiku begitu standar.

"Ck, kata-kata apa? Iya, Arya, semangat ya!"

Dia mengalihkan pandangan ke arah lain, dia melambaikan tangan dan tersenyum pada Sera yang duduknya tak jauh dariku.

Aku buang muka sebal. Tidak boleh cemburu. Kan tidak suka.

Begitu aturan yang pernah kami buat. Pahaku terasa bersentuhan dengan benda keras, saat menoleh aku mendapati Gibran tersenyum lebar -memakai seragam olahraganya.

Kami jadi canggung, oke aku saja sih karena tampaknya Gibran senang sekali. Eh?

"Hai, lo kebagian ngawas lomba apaan?" tanya Gibran sok basa-basi.

"Puzzle, lo apaan?"

"Badminton sama puzzle. Eh, kita ketemu dong besok? Asyik semangat kalo ada lo-nya deh!" ucap Gibran.

Aku mendengus samar, takut kepergok sama dirinya. "Masa? Bukannya gue sama Ramon doang?"

"Gue tambahan aja sih, abis katanya panitia di puzzle sepi. Gue masuk dong, nggak nyangka ada lo. kita emang jodoh, Sas."

Jodoh ya, jodoh....

Aku terkekeh menutupi kegugupanku.

Gibran memberiku sebatang permen lolipop susu rasa buah, aku tersenyum senang menerima pemberiannya. Kami berdua makan permen gagang bersama, Arya ternyata sudah memberiku tatapan tak mengenakkan.

Bodo amat!

Aku melemparkan senyuman ke arah Gibran, cowok itu asyik ngemut permennya. Kami berdua tertawa sambil senggol-senggolan.

Tiba-tiba saja tempat yang aku duduki jadi sempit, di sebelahku Arya duduk dengan sedikit mendorong hingga kini posisiku terjepit.

Sialan, Arya dendam atau apa sih?

"Gibs, geseran dong!" cetusku sinis.

Si pemilik pantat besar-Gibran-menggeser bokongnya ke samping, aku mengikuti pergerakan Gibran tak mengacuhkan Arya. Aku tak mau menatapnya, karena masih kesal. Kasihan Gibran dijadikan kambing hitam.

Ternyata Arya ikut menggeser dan kembali membuat tubuhku terhimpit lebih kencang lagi.

Maksud Arya apa sih?

Aku melotot ke arahnya sebal sambil mengemut permen gagang rasa melon itu. Tangan Arya terulur menyabut paksa permen tersebut dari mulutku lalu memakannya tanpa ada rasa jijik.

SashiWhere stories live. Discover now