09

20.8K 2.5K 650
                                    

Setelah menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit, akhirnya Jimin dan Naya sampai di tempat tujuan. Naya langsung turun dan masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan apa-apa, sedangkan Jimin sudah biasa dengan sifat Naya yang kelewat masa bodo.

Yeonhwa keluar dari rumah, membuat Jimin ikut keluar dari mobil , untuk sekedar menyapa sang calon mertua.

"Eh tante, mau kemana? kok, cantik banget" Tanya Jimin, menghampirinya.

"Mana bubur sama gerobaknya Jim?" Yeonhwa balik bertanya. Ia masih ingat dengan kata-kata Jimin tempo hari.

Yang di tanya malah berkedip beberapa kali, ia tidak menyangka mamahnya Naya, memiliki daya ingat yang luar biasa. "Kok masih inget aja sih tan, hehe."

"Janji adalah utang, inget! harus di bayar." Jawab Yeonhwa. "Oh iya, mumpung ada kamu! tante nitip rumah sama Naya ya, ga apa-apa kan? tante mau pergi dulu sebentar."

"Oke sip, beres itu mah." Bukanya merasa terbebani, tapi Jimin malah kesenengan.

"Yaudah, tante pergi dulu ya! jangan di apa-apain anak gue! awas lo!" Ucapnya, lalu berjalan menuju mobil.

"Oh iya, bubur sama gerobaknya jangan lupa!" Kata Yeonhwa lagi, membuat Jimin menelan air liurnya tanpa sadar.

"Kalau mau makan ambil aja di dapur, anggep aja rumah sendiri." Lanjutnya.

"Siap tante."

"Nayaaaa, main yukk!" Jimin berteriak sambil masuk ke dalam rumah, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya, ia memutuskan untuk duduk di ruang tengah, sambil menyaksikan acara kartun favoritnya, si kembar tak berambut. Untungnya, di hadapanya saat ini banyak toples berisi snack, jadi dia ga usah repot-repot pergi ke dapur.

Saye Upin, ini ade saya Ipin,

"Dan saye Imin, cogan yang baik hati dan gemar menabung." Timpal Jimin.

ini cerita kami semue.

"Kapan gue ketemu sama kalian secara langsung, gue fanboy kalian tau ga!" Jimin ngomong sendiri. "Apa gue cosplay Upin Ipin aja ya sama Naya, kan so sweet, couple-couple gituh."

"Lo ngapain di sini?" Tanya Naya yang tiba-tiba sudah ada di sana tanpa sepengetahuan Jimin.

"Naya udah mandi ya, pantes wangi banget." Jawaban Jimin, tidak nyambung dengan pertanyaan Naya.

"Ngapain di sini?"

"Tadi, emak lo nyuruh gue buat jagain lo, makanya gue di sini."

"Ih, apa banget deh!" Kesal Naya, ia melangkahkan kakinya kembali ke dalam kamar, yang kali ini di ikuti Jimin.

Merasa ada yang mengikuti, Naya membalikan badan, saat sampai di ambang pintu "Mau ngapain?"

"Ikut. Masa iya gue sendirian sih, jahat lo mah." Jimin memelas.

Naya memutar bola matanya jengah "Gue mau ngerjain PR, Jim."

"Kerjainnya di luar aja ya, ya."

"Ga mau, mau di kamar!"

"Yaudah. Nanti kalau gue hilaf, jangan minta tanggung jawab ya."

"Apaan dah! ngaco!"

"Iya, gue emang ngangenin, makanya ngerjainya di luar aja ya."

"Hemm." Naya hanya berdehem tidak mau berdebat. Setelah itu, ia masuk ke dalam kamar dan keluar dengan beberapa buku di tanganya.

"Matiin tipinya." Pinta Naya, Jimin cemberut sambil meraih remot, karena acara favoritnya itu belum selesai.

Struggle;Pjm✔Where stories live. Discover now