34

12.2K 1.4K 411
                                    

"Naya, temenin gue yuk."

"Kemana?" Tanya Naya, tanpa melepas pandanganya dari layar TV. Yura, sama Ara lagi masak di dapur, bukanya Naya ga mau bantuin. Tapi waktu dia ngebantuin, masakanya jadi amburadul belum lagi Naya kebanyakan nyicipiin dari pada ngebantuin. Akhirnya, dia di usir dari dapur dan mengungsi ke ruang tengah dengan sepiring mie goreng di tanganya.

"Ke kamar Seulgi."

Naya melotot menatap Jimin tidak percaya, dengan mulutnya yang masih penuh dengan mie.

"Pagi-pagi jangan makan mie. Ga bagus." Ucap Jimin. Lalu ia menghapus bekas bumbu mie di sudut bibir Naya dengan ibu jarinya. "Celemotan."

Naya memalingkan wajahnya ke arah lain. Sudah bisa di pastikan, mukanya udah merah sekatang "N-ngapain?"

"Jengukin, gue pengen tau kondisi dia."

Sekarang, Naya malah berbalik dan menatap tajam Jimin. "Jangan salah paham dulu. Gue cuman pengen tau kondisi dia doang kok, ga lebih."

Naya tidak merespon. Ia lebih memilih menyantap mie gorengnya lagi, sambil nonton sepongbob.

"Naya cemburu ya, ciaaaa..."

"Engga. Sendiri aja sana! ngapain ajak-ajak gue."

"Nih, gue sama Seulgi di kamar berdua. Nanti kalau gue hilaf gimana? makanya gue butuh orang ketiga."

"Ga mau ah! Kalo cowo sama cewe berduaan yang ketiganyakan setan. Jadi lo ngangep gue setan!?"

"Iya setan. Setaniasa cantik di mataku."

"Senantiasa, gebleg."

"Kuy?" Ajak Jimin, sambil menarik tangan Naya.

"Ntar dulu, ini masih ada. Aduh, keselek uhuk..."

Jimin duduk lagi, memberikan Naya segelas air yang terletak di atas meja. "Pelan-pelan."

"Lo yang bikin gue keselek!" Naya protes, tanpa menolak gelas yang di sodorkan Jimin.

"Iya, sorry. Kakanda salah."

"Idih. Lo ngomong kakanda sekali lagi gue colok mata lo pake garpu!"

"Alamak, galak kali kau rupanya. Jadi makin cinta abang nih, dek. " Ledek Jimin, dengan logat medan yang di buat-buat. 

Naya mendelik, lalu menghabiskan mie gorengnya sampai tandas. Sebelum akhirnya ia di tarik lagi sama Jimin.

Memang, dia antara keduanya tidak ada kata sepakat untuk balikan. Tapi kalo di liat-liat, hubungan mereka lebih baik dari pada sebelumnya.

Sesampainya di kamar Seulgi, Jimin bisa melihat bagaimana ekspresi cewe itu. Yang awalnya senang karena melihatnya, lalu berubah saat ia melihat Naya di belakang Jimin. Dan jangan lupakan, tangan mereka yang terpaut. Naya menjauhkan tanganya dari tangan Jimin, ia merasa risih dengan Seulgi yang terus memperhatikan hal itu.

"Gimana keadaan lo. Baikan?"

"Naya, gue belum minum obat." Bukanya menjawab pertanyaan Jimin, ia malah mengajukan pernyataan pada Naya.

"Ya, terus?"

"Ambilin gue bubur dong, gue ga bisa minum obat kalau ga makan dulu."

Ambil sendiri lah, sat! emang gua pembantu lo! Naya pengen banget ngomong gitu, kalo aja dia lupa kalo  Seulgi lagi sakit.

Naya menarik nafas lalu menghembuskanya kasar "Iya, gue ambilin! kurang baik apa gua!"

Jimin yang melihat itu hanya diam. Jika ia mengajukan diri untukbmengambil bubur nanti yang ada Naya marah. Kalau dia nyuruh Seulgi buat ngambil sendiri mana bisa, dia kan lagi sakit.

Struggle;Pjm✔Where stories live. Discover now