24

12.2K 1.5K 194
                                    

Biasanya Jimin malas, bila bertemu dengan ayahnya. Tapi kali ini pengecualian. Jimin harus memastikannya sendiri, suatu hal yang selalu mengganggu pikiranya akhir-akhir ini.

Soal pertunanganya dengan Seulgi.

Maka saat sampai di rumah, ia langsung menuju ruang kerja ayahnya.

"Ayah ngejodohin Jimin sama Seulgi?" Tanya Jimin to the point, tanpa embel-embel ucapan salam atau menayakan kabar.

"Kamu kan udah tau, kalau kamu itu mau di jodohin." Jawab Park Hesung, sambil melepaskan kacamata bacanya.

"Tapi, kenapa harus Seulgi! dan dari awalpun Jimin ga setuju!"

"Kamu harus setuju!" Gertaknya.

"Jimin bilang engga ya engga!"

"Ini udah jadi perjanjian antara ayah sama om Firman. Kamu sama Seulgi harus tunangan. Ayah tau mana yang baik buat kamu."

"Mana bisa gua tunangan sama orang yang engga gua suka!"

"Suka menyukai itu, cuman masalah waktu."

"Jimin masih SMA! kalaupun Jimin harus tunangan, Jimin punya pilihan sendiri. Jimin lebih tau mana yang baik. Ayah ga berhak ngatur-ngatur hidup Jimin!"

"Kamu ngelawan ya, sama orang tua! ayah ga pernah ngajarin kamu kaya gitu!"

Jimin menarik salah satu sudut bibirnya, ia tersenyum kecut "Oh iya, ayahkan ga pernah ada waktu buat Jimin. Mana sempet ngajarin Jimin buat ngelawan sama orang tua. Ya ga?"

Perkataan Jimin terasa seperti belati yang menusuk, tepat ke hati ayahnya. Begitu menohok.

Namun ayahnya tetap memilih menjadi keras seperti batu.

"Kamu tunangan sama Seulgi, atau kamu pindah dan ngelanjutin kehidupan kamu di paris."

"Gila!"

"Kamu harus pilih salah satu! Kalo kamu ga mau di jodohin, kamu bisa pindah ke paris. Kamu kuliah di sana, kamu mulai menata masa depan kamu di sana."

"Jimin ga akaan tunangan sama Seulgi ataupun pindah ke paris!"

Keputusan Jimin sudah final. Meskipun begitu, Jimin sendiri tau bahwa keputusan ayahnya sulit untuk di tolak.

Pada akhirnya Jimin harus tetap memilih.

Blamm.

Pintu ruangan itu menjadi plampiasan Jimin untuk menumpahkan kekesalanya.

Perjodohan ini pasti menyangkut soal perusahan. Jimin tidak tertarik sama sekali soal bisnis ayahnya, kenapa juga ia harus di libatkan.

Motor Jimin melaju tak tentu arah, ia hanya ingin pergi sejauh mungkin. Jauh dari masalah ini. Masalah yang menuntutnya untuk memilih, di mana dari kedua pilihan itu, hanya akan membuatnya menjauh dari Naya.

Tinnnnnnn

Lampu merah ia terobos dengan kecepatan penuh, suara klakson mobil yang saling bersautan tak ia hiraukan. Kayanya dia udah ga peduli lagi sama keselamatan nyawanya sendiri.

Sialnya, dalam keadaan seperti ini, yang ada di pikiran Jimin cuman Naya.

Jimin pengen ketemu Naya. Mungkin dengan begitu, perasaanya akaan membaik.

Namun niat itu langsung ia urungkan. Karena hal itu, hanya akaan membuat Jimin semakin sulit untuk melepasnya.

--

"Jimin masuk ga?"

Tiga orang yang sedang nongkrong di pinggir koridor itupun langsung menengok ke sumber suara.

Mereka bertiga saling menatap untuk sesaat, hingga akhirnya menggelengkan kepala secara kompak, sebagai jawaban engga.

"Terus ke mana?" Tanya Naya.

"Bolos kali ke si Ibi." Jawab Hoseok sekenanya, ia kembali fokus pada permainan COCnya yang sudah sampai TH delapan.

"Kalau engga, paling pergi ke malaysia." Jawab Taehyung asal.

Naya mengernyit "Lah, ngapain?"


"Ikutan Fansign Upin Ipin."

"Si tai, gue serius! Soalnya, nomer Jimin ga aktif dari semalem."

"Tahan neng tahan. Kalo Jimin ga ada, kan masih ada aa Kuki." Canda Jungkook, di iringi kedipan mata genit.

"Anjir! ini nih, yang di sebut perusak pertemanan." Taehyung mulai geram dengan tingkah laku Jungkook "Naya sama gue dulu, baru sama lo!"

"Xianjeng! temen macam apa lo bedua!" Sambar Hoseok tak terima "Terus gua terakhir gitu!? enggak, engga bisa!"

Setelahnya, mereka bertiga menertawai candaan yang mereka buat sendiri.

Naya melongo, apa-apaan!? gue mau di gilir sama cogan nih woy.

Nanya sama mereka mah, malah bikin Naya nambah pusing. Jawabanya gaada yang bener.

Mending nanya ke kerang ajaib sekalian.

"Si Imin paling kesiangan, lo kaya engga tau dia aja. Udah ga usah di pikirin." Saran Hoseok. Dia geli, dengan kekhawatiran Naya yang berlebihan.

Naya juga berharap kaya gitu. Tapi tetep aja perasaanya ga enak. Pasti ada yang engga beres.

Perkataan Jimin kemarin malam, membuat Naya bertanya-tanya. Apa maksudnya?

Lagi-lagi Naya butuh penjelasan.

____

Cepetkan up nya ehe.
Sorry kalo pendek. Ga tau, lagi mood nulis yang pendek²😂

Ga ada lucu-lucuan dulu ya wjwj. Mari kita beriweh-riweh dulu di problem😂

Tau ga yg soal selja² gitu?

Kasian Imin😭

Tapi untungnya, akunya udh di sunspended ya.

Trs grgr itu katanya nanti yg nonton wings ga boleh bawa bangtan bomb dari rumah hrs beli di sana. Bnr ga?

Anjir kalo iya, kasiankan yg udah siap-siap. Tapi lebih kasian lagi yg engga nonton, senasib kek dd wjwj😂

Betewe, kembaraan gue ultha uhuy😂🎉🎂🎁🐤
#HappyIreneDay

Struggle;Pjm✔Where stories live. Discover now