38

11.5K 1.3K 331
                                    

Baca part 37 dulu baru ini, bikos qu double update(͡° ͜ʖ ͡°)

---------

Kalau abis hujan, biasanya Naya ngeliat pelangi tapi kali ini engga.

Soalnya, malem hehehe...

Aroma tanah bekas teguyur hujan langsung tercium ketika ia membuka jendela, rintik-rintik kecil masih membasahi sekitar. Udara sejuk yang jarang sekali ia dapatkan dan dinginya malam, membuat Naya sedikit melepaskan jenuh setelah bergelut dengan buku-buku tebal bertulisakan Biologi. 

Sebenarnya, ada yang ia tunggu.

Jimin.

Kalau ga ada ngangenin, giliran ada ngeselin.

Orang itu akhir-akhir ini selalu datang tepat saat jarum jam berhenti di angka tujuh malam. Kalau di tanya ngapain ke sini? jawabanya,

Selain karena gue kangen. Gue pengen ada di deket lo, gue ga pengen lo sendirian. Karena gue tau, lo masih suka nangis diem-diemkan?

Benar, rasa sedih karena kehilangan itu selalu membekas lama. Butuh waktu untuk sembuh, butuh waktu untu lupa, butuh waktu untuk meangangap semuanya baik-baik saja.

Dan itu wajar, tapi jangan sampai berlarut-larut. 

Malam ini, Naya belum melihat tanda-tanda Jimin akan muncul. Apa karena hujan, jadi dia tidak datang? Tapi kenapa perasannya Naya jadi tidak enak?

Naya menyipitkan matanya ketika melihat lampu motor menyala masuk melewati pagar. Dengan cepat ia turun dari kamarnya, ia keluar hingga berada di beranda rumah.

Orang itu membuka helmnya, lalu turun dari motor. Sesekali mengacak rambutnya yang agak basah. Jalanya terkesan buru-buru.

"Hoseok?"

"Nay, Jimin di rumah sakit jadi dia ga bisa ke sini."

Naya kaget, kemudian ia tersadar bahwa Hoseok pernah menipunya dalam hal yang sama seperti ini. Ia tidak akaan terperangkap jebakan cogan untuk ke dua kalinya.

"Lo ngibulin gua lagi pasti nih. Minta di smackdown bat lo!" 

"Gue serius kali ini. Jimin di rumah sakit! Jadi, sekarang ikut gue ke sana."

"Ga! Lo bohong!"

"Gue ga bohong. Jimin di rumah sakit nemenin Mark yang lagi keritis."

"Hah? Mark?" Naya bersyukur karena Jimin tidak apa-apa. Di lain sisi, iapun kaget mendengar keadaan Mark.

"Kok bisa? Gimana ceritanya."

"Dia kecelakan Nay."

"Yaudah, anterin gue ke sana sekarang."

------

Walaupun Mark tidak terlalu dekat denganya, tapi tetap saja ia merasa sedih sebagai teman.

Bagaimana bisa orang yang pernah memberi tebak-tebakan tentang "Merebus telor" pada Naya itu kini terbaring lemah di kamar UGD.

Naya belum siap di tinggal pergi lagi, oleh orang-orang terdekatnya.

Tepat saat, ia berbelok ke kanan dan berjalan di lorong yang cukup panjang. Suara isak tangis seseorang semakin terdengar. Matanya panas, saat ia melihat siapa dua orang yang sedang berpelukan seolah saling menguatkan.

Kakinya kelu, ia ingin berbalik pergi, namun diapun ingin melihat keadaan Mark. Harusnya Naya menyampingkan egonya untuk sekarang.

Rasanya sakit, saat ia melihat Jimin merengkuh Seulgi yang sedang menangis, Mengelus rambutnuya pelan, berusaha menenangkanya.

Struggle;Pjm✔Where stories live. Discover now