23

12.6K 1.5K 239
                                    

We don't talk anymore
We don't talk anymore

We don't talk anymore
Like we used to do

We don't love anymore
What was all of it for?

Oh, we don't talk anymore, like we used to do...

Lirik demi lirik dari lagu We Don't Talk Anymore terus mengalun, menemani para pengunjung cafe sore hari ini.

Namun, lagu itu seakaan mengambarkan dua orang yang sekarang sedang duduk berhadapan. Mereka saling mengenal, tapi tetap merasa canggung.

Sejak datang, keduanya hanya membahas apa yang mereka ingin pesan. Setelahnya, terjadi hening yang berkepanjangan.

Jin bingung harus mengawali percakapannya dari mana. Sedangkan Naya, hanya ingin tau apa alasan Jin pergi meninggalkanya dulu, dan tiba-tiba muncul lagi dengan uluran tanganya saat malam itu.

Omong-omong tentang malam itu, Naya sangat berterimakasih pada Seokjin. Jika tidak ada dia, mungkin Naya akaan menangis di depan rumah Jimin semalam.

"Apa kabar Nay?"

Mendengar pertanyaan itu, Naya berusaha menahan dirinya untuk tidak tersenyum miris. Gimana engga miris.

Dulu waktu Naya SMP dan Jin duduk di bangku kuliahan, mereka pernah pacaran. Sampai akhirnya, Jin menghilang bak di telan bumi, tanpa sepatah kata perpisahan.

"Baik kak."

Tanpa sengaja, mata Jin menangkap keberadaan Jimin yang sedang memperhatikan mereka, penuh selidik. Pikirnya, pasti ada sesuatu di antara Naya dan Jimin.

"Langsung aja ya Nay. Gue ngajak lo ketemuan, sebenernya mau ngasih ini." Katanya, sambil menyodorkan surat undangan berbentuk persegi empat dengan warna biru laut.

Happy Wedding adalah kalimat pertama yang Naya baca.

"Gue harap lo mau dateng Nay."

Naya ingin penjelasan, bukan ini.

Jin tidak tau, betapa sulitnya bagi Naya jika bertemu denganya lagi. Hal ini sama saja, seperti membuka luka lama.

Kalian tau, bagaimana rasanya di tinggalkan tanpa alasan? rasanya sakit bukan? apalagi, jika orang itu tiba-tiba muncul dan nunjukin ke kita, bahwa dia udah bahagia sama orang lain.

Tapi Naya juga udah bahagia kok, sama Jimin.

"Gue usahain ka."

--

"Seharusnya gue ga usah nemuin tu si Jin tomang. Heran, mahluk alus kok ganteng." Racau Naya, sambil menendang asal kerikil di sepanjang jalan.

Ponsel Naya berdering. Ia langsung mengambil benda itu dari tas selendangnya.

Saat ia melihat nama pemanggilnya adalah Jimin, ia jadi ragu untuk mengangkatnya. Naya merasa bersalah, karena ga jujur sama Jimin.

Halo Nay?

Iya, Jim?

Udah selesai belanja sama mamahnya?

Udah

Sekarang di mana?

Emmm di-di ru-mah

Oh yaudah. Hati-hati pulangnya, udah malem.

Mampus! pirasat gue ga enak. Batin Naya.

Naya langsung berjongkok. Berusaha menjadi kecil dan tak terlihat.

Jimin di mana?

"Di belakang Naya." Jawab Jimin, sambil menyampirkan jaket di pundak Naya. "Jalanya sepi Nay, kok engga telpon gue aja. Kalo lo di apa-apain orang gimana?"

Naya langsung bangkit dan berbalik badan menghadap Jimin. Di detik selanjutnya, ia malah nangis.

"Gue tadi ketemu Kak Seokjin Jim. Orang yang pergi gitu aja ninggalin gue, padahal ga ada angin, ga ada ujan, ga ada badai, ga ada tsunami, dia ngilang gitu aja. Dan dia ngajak ketemuan cuman mau ngasih ini, surat undangan. Dia mau nikah Jim. Kalo kaya gini, ngapain dia muncul lagi coba. Ngapain ngundang gue! Sakit tau ga!"

Tumpah. Naya menumpahkan apa yang ia tahan-tahan sejak tadi kepada Jimin, tanpa tau bagaimana perasaan laki-laki itu.
"Terus sekarang Naya mau apa? di peluk cogan?"

Naya tidak menjawab. Jimin sendiri yang mendekatinya, lalu menarik Naya ke dalam pelukanya.

"Lucu ya. Ternyata, kita sama-sama pernah di tinggalin pas lagi sayang-sayangnya."

"Seokjin itu sepupu gue Nay. Pasti dia punya alasan kenapa dia pergi. Mungkin dengan engga taunya lo, itu yang terbaik."

"Waktu gue ketemu Seulgi, jujur, gue pernah ragu sama perasaan gue. Tapi ternyata gue salah, yang gue sayang itu cuman lo."

"Tapi sekarang gue tau siapa yang ada di hati lo Nay, bukan gue. Semuanya, keliatan jelas dari mata lo."

Naya menggeleng, masih di dalam pelukan Jimin. Perasaan Sesak mulai menyelimuti prempuan itu, rasanya lebih sesak saat Jimin bilang begitu, di bandingkan mengetahui Seokjin akaan menikah.

"Engga apa-apa Nay. Kaya yang udah gue bilang. Gue beneran sayang sama lo. Makasih, karena udah nyumbangin cerita manis di kehidupan gue."

____

Ngerti ga, sama jalan ceritanya?

Bosenin ya?:(

Di next ga?

Maaf baru bisa UP huhuhu. Makasih, buat yang masih mau nungguin cerita absurd ini ehe.

Ku menemukan mail:(

Struggle;Pjm✔Where stories live. Discover now