33

12.3K 1.5K 490
                                    

Sebelumnya, terimakasih untuk 105ribu read, 25,2 vote, dan 12,7 komentar. Qu sayang kaelean💃💃💃



———





Udah tengah malem, tapi Seulgi belum juga di temukan.

Jika ada apa-apa dengan prempuan itu, mungkin Jimin lah orang pertama yang merasa bersalah.

Ini salahnya, seharusnya Jimin tidak berkata kasar pada Seulgi sore tadi. Terlebih lagi, saat ia menerima pesan dari prempuan itu yang baru ia baca.

Seulgi
Jadi maksud lo. Lo milih Naya di bandingkan tunangan sama gue Jim?

Seulgi
Gue mau bunuh diri.

Perasaan bersalah, semakin menghantui Jimin.

Tangan Naya terulur menepuk bahunya beberapa kali, mengisyaratkan bahwa semuanya akaan baik-baik saja.

Jimin sudah hilang akal, ia tidak tau harus mencari kemana lagi. Sampai akhirnya Jimin ingat suatu tempat.

"Ada rumah pohon di dalem hutan, gue bakal ngecek ke sana. Lo balik aja ke vila atau cari anak-anak lain yang lagi nyari Seulgi."

Gelap, adalah kata yang muncul di pikiran Naya. Ia menelan salivanya, gugup "Engga, gue ikut."

"Tapikan lo takut gelap Nay."

Naya menggeleng "Gue lebih takut kalo dia kenapa-kenapa."

"Takut gue kenapa-kenapa maksudnya?" Jimin smirk, namun Naya masih menemukan raut wajah cemas di sana.

"Gue takut Seulgi dan lo kenapa-kenapa."

Ada sedikit rasa tenang saat Naya mengucapkan kalimat itu. Perasaan Jimin menghangat, karena sikap Naya yang mau menyampingkan ketakutanya.

"Kalo takut, peluk gue aja ya hehe."

"Iya, iya. Cepetan dodol, lewat mana? nanti Seulginya keburu kenapa-kenapa." Naya menarik-narik Jimin, tidak sabaran

"Bukan lewat situ, lewat sini Nayaquh." Ia balas menarik Naya ke jalan yang benar.

Selama menyusuri jalan setapak bermodalkan senter ponsel, Keduanya terus meneriaki nama Seulgi. Dan selama itu juga, Naya menguatkan genggamanya pada tangan Jimin.

"Masih jauh Jim?" Tanya Naya.

"Masih. Kita baru jalan lima langkah Nay."

"Lo yakin dia kesini?" Tanya Naya, ia takjub jika Seulgi benar-benar berani ke dalam hutan sendirian.

"Hooh. Gue sama dia dulu sering ke sana." Oke, sekarang bukan waktunya untuk cemburu Nay.

"Tapi dulu kok." Sambung Jimin, saat ia mendapati Naya tidak membalas.

"Sekarang juga ga apa-apa." Sudah di bilang ini bukan waktunya untuk cemburu.

"Naya jealous ya."

"Engga."

"Jangan bohong, nanti gue cium nih."

Baru saja Naya ingin meneriaki Jimin mesum dan memukulinya secara bertubi-tubi. Suara benturan cukup keras, membuat Naya maupun Jimin terdiam untuk sesaat.

Yang ada di pikiran mereka adalah jangan-jangan itu Seul...

Keduanya langsung berlari, menuju asal suara. Benar, Seulgi ada di rumah pohon. Terkapar di atas tanah.

"Seulgi..." Dengan gedebak-gedebuk, Jimin menghampirinya. Dalam hati, ia terus berdoa agar Seulgi tidak kenapa-kenapa.

Seperkian detik kemudian, Jimin panik melihat ada darah di kepala Seulgi. Begitu juga dengan Naya yang tidak bisa bicara apapun.

Struggle;Pjm✔Where stories live. Discover now