File : Puteri Duyung #9

4.2K 471 62
                                    

"Junior, kau tidak apa-apa?" Nick menyentuh pundakku, "maafkan aku, Junior, kau boleh marah padaku."

"Tidak, Nick, aku tidak apa-apa meski kau berbohong tentang mereka. Dulu kau bilang padaku mereka telah meninggal, akupun percaya karena mereka tidak pernah kembali."

Dulu Nick mengatakan padaku bahwa ayah dan ibuku meninggal karena kecelakaan, kendaraan yang mereka tumpangi masuk ke jurang saat mereka menuju ke suatu tempat.

Malam sebelumnya, ibu berpamitan padaku, dia bersama ayah akan pergi ke pedesaan di Wales. Aku tinggal di rumah bersama beberapa asisten rumah tangga di Glasgow, Skotlandia. Esoknya, Nick datang ke rumah dan mencari ayah, aku ingat dia cepat sekali, begitu tahu ayah tidak di rumah, dia langsung pergi, belakangan jika aku ingat, dia pasti telah mengetahui tempat tujuan ayah dan ibuku.

Selang beberapa hari, Nick pulang ke rumahku tanpa mereka, dan seperti yang aku bilang tadi, Nick mengarang cerita. Lalu kami pindah ke Jawa, ke rumah lama ayah dan tempat kelahiranku. Hingga banyak cerita sampai kami berpisah dan Nick tinggal di Kalimantan. Sekarang aku paham, dia bermaksud agar aku berhenti berharap, tapi ada yang mengganjal dalam pikiranku.

"Benar kau tidak marah, Junior? Lalu apa yang membuatmu terkejut seperti itu? Apa karena Echidna? Ya, aku sendiri pun terkejut."

"Salah satunya itu, Nick." aku memungut kembali kaleng sup buah yang jatuh tadi, tapi ternyata isinya sudah kosong tertumpah.
"Aku tahu alasanmu mengarang cerita kecelakaan, agar aku tidak bertanya apa yang sedang mereka selidiki, dan sekarang, itu mengejutkanku. Lalu, pernyataanmu, kau bilang mungkin mereka masih hidup."

"Saya mungkin tahu, di jawa, orang yang diculik atau dijadikan tumbal untuk Nyi Blorong sebenarnya masih hidup, tapi tubuhnya diganti dengan yang lain." tiba-tiba Albert ikut berceloteh tentang apa yang dia pahami sendiri.

"Kapten, anda terlalu sering menonton film kolosal." hanya Bimo yang menanggapi celoteh Albert.

"Kau betul, Junior. Aku paham sifatmu, jika aku cerita yang sebenarnya pasti kau akan bertanya makhluk apa yang bisa membuat Yodha, ayahmu yang hebat itu lenyap, lalu sepanjang hidup, kau akan mengejarnya."

Seperti yang sudah ku bilang, Nick biasa memanggil ayahku Yodha, seperti nama panggilanku saat ini.

"Aku tahu Echidna adalah makhluk paling mengerikan, Nick, yang membuatku terkejut, ayahku pernah menghadapinya dan itulah sebab kenapa dia menghilang."

"Akan aku ceritakan detailnya, Junior."

...

"Mungkin beberapa hari kedepan aku akan ke Wales, Nicky." Yodha berbicara tanpa menatapku, dia membolak-balik halaman buku di tangannya tanpa membacanya.

"Kau mendapat laporan dari sana?" aku suka sekali duduk di ruang baca Yodha, selain nyaman, Julia, istrinya selalu menyuguhkan teh dan kue kering yang enak untukku.

"Aku punya kenalan di sana, dia bilang ada suatu tempat di dekat sebuah desa, penduduknya memiliki adat yang aneh."

"Aneh bagaimana?"

"Setahun sekali, mereka mengorbankan ternak mereka pada sesuatu, dan diyakini itu adalah makhluk pelindung mereka."

"Lalu?" aku mendengarkan Yodha berbicara sambil memakan kue manis dan meminum teh tawar segar dari Julia, ini sangat menarik.

"Temanku bilang, sebenarnya bukan ternak, mereka menutupinya, tapi mereka mengorbankan manusia."

"Ehhmm! Makhluk macam apa yang seperti itu, Yodha?" tiba-tiba kunyahan kue terasa menyangkut di tenggorokanku, aku segera mengambil cangkir teh dan meminum isinya.

Detektif MitologiWhere stories live. Discover now