File : Puteri Duyung #12

3.4K 444 45
                                    

Sosok tadi semakin jelas terlihat saat aku mulai mendekati mereka, dua orang pria besar sebesar tubuhku, keduanya memiliki brewok yang sama tebalnya dengan mantel yang mereka kenakan.

"Halo, Tuan-tuan? Anda melihat seorang pria kurus tinggi berkacamata lewat sini?"

Mereka diam saja dan hanya menatapku saat aku bertanya.

"Dia dikejar Ort... emm maksudku anjing hutan dan mungkin lari kesini."

Mereka tetap diam tidak menjawab tapi mendekat padaku.

"Hey, maaf, apa kalian bisu atau tuli?" aku mulai mundur perlahan, saat salah satu dari mereka mengulurkan tangan untuk meraihku.

Satu lagi dari mereka muncul dari balik kabut dan tiba-tiba menerjang, aku menendangnya hingga dia terjengkang. Pakaiannya sama dengan dua temannya, tapi tubuhnya tidak sebesar mereka.

"Woo, kalian main keroyokan, ya." aku mengangkat tanganku bersiap bertarung dengan mereka bertiga, "sini maju!"

Seorang dari mereka yang dari tadi diam, mengeluarkan sebuah kapak kecil dari balik mantelnya, begitu juga temannya yang lain.

"Sial!" aku berlari ke arah hutan dan dikejar oleh mereka, kalau duel tangan kosong meski dikeroyok masih berani aku hadapi, tapi dengan banyak lawan yang bersenjata, aku tak mau gegabah.

Aku berlari menembus kabut di dalam hutan dan berbelok-belok melalui pohon-pohon untuk menyesatkan mereka, meski dengan begitu, mungkin aku sendiri yang akan tersesat.

Sekejap aku menoleh ke belakang sambil terus berlari. Mereka tidak terlihat di belakangku karena kabut, tapi aku mendengar derap kaki dan kelebatan mantel mereka yang berlari memburuku. Aku merasa seperti seekor rusa besar yang sedang diburu kawanan serigala yang tidak kalah besar.

Aku berhenti sebentar, napasku terengah-engah, aku menoleh ke belakang dan mendengarkan dengan seksama, tidak terdengar lagi suara mereka. Siapa mereka? Kenapa mengejar dan memburuku? Pakaian mereka terlalu modern untuk suku kanibal.

Aku memandang sekeliling, kabut masih menghalangiku untuk melihat, bahkan matahari rasanya sudah condong ke barat.

"Kabut tebal dan hari mulai gelap, ditambah aku sedang diburu sekawanan orang gila, sempurna sekali."

Saat aku bingung memutuskan untuk berjalan ke arah mana, tiba-tiba salah satu dari mereka muncul dari kabut berlari ke arahku, mengayunkan kapaknya.

"Wow!"

Aku berhasil menghindari serangannya tepat waktu, ayunan kapaknya melewatiku dan segera kupukul wajahnya dari samping. Dia yang hampir jatuh tersungkur, masih bisa membungkuk dan ku tendang pantatnya hingga dia benar-benar tersungkur ke tanah bersalju.

"Makan itu! Ayo sini!" aku mengepalkan tinjuku dan meloncat-loncat seperti seorang petinju, melihat lawanku yang baru saja ku knock out.

"Woooh!"

Tiba-tiba dua temannya ikut muncul dari balik kabut dengan berlari. Aku menghentikan aksi ku sebagai petinju dan berganti aksi sebagai pelari.

Aku kembali berlari serampangan di antara pohon-pohon. Lututku mulai sakit, ini karena aku terjatuh tadi saat aku berlari menghindari Orthros.

Kurasakan nyeri semakin menjadi di lutut dan membuat lariku semakin perlahan. Aku berhenti dan menyandarkan tubuhku di pohon oak besar, mengintip ke belakang dan ku dengar mereka semakin dekat.

Aku memutuskan tetap bersandar di pohon dan jika mereka kesini, aku akan bertarung saja. Tiba-tiba sebuah tangan mendekap tubuhku dari belakang dan sebelah tangan lagi menutup mulutku, menarik tubuhku masuk ke dalam pohon tempat aku bersandar.

Detektif MitologiWhere stories live. Discover now