File : Makhluk Tanah #14

1.6K 263 25
                                    

Pria berkulit putih dan berambut panjang berwarna gelap itu mendekati kami, wajahnya khas orang timur-tengah yang berhidung mancung lengkap dengan brewok tipis. Dia mengenakan kemeja putih polos yang lengannya digulung dan bercelana longgar, membawa sebuah pedang panjang melengkung yang ujungnya meneteskan darah hijau.

"Kinanti, kau tidak apa-apa?" kata pria itu, mata gelapnya mengisyaratkan kekhawatiran.

"Aku baik-baik saja," jawab Kinanti. "Ku kira aku tak akan bertemu denganmu lagi."

Ada apa ini? Kenapa Kinanti mengenalnya? Pria itu sepertinya teman Kinanti dan entah bagaimana dia bisa ada disini. Akan ada banyak pertanyaan untuk mereka nanti.

Pria asing itu menghampiri lalu membebaskan kami, melepas semua ikatan dan membantu kami berdiri. Terlihat senyumnya mengembang saat menatap Kinanti.

"Terima kasih," kataku sambil menyalaminya setelah berdiri. "Aku Yodha dan ini Bimo."

"Lagash. Aku teman Kinanti," jawabnya.

Bimo pun bersalaman dengannya, meski begitu ekspresi wajah Bimo terlihat tidak terlalu senang padahal dia sudah bebas. Yah, mungkin saja dia cemburu karena ada pria lain yang akrab dengan Kinanti.

"Bagaimana kau bisa kemari?" tanyaku.

"Nanti saja ceritanya sambil jalan, sekarang kita harus pergi dari sini," jawab Lagash.

Kami mengambil semua barang-barang kami yang tergeletak di tanah, yang tadi telah 'diobrak-abrik' oleh goblin-goblin bodoh tadi. Bimo mengambil ketapelnya, Kinanti memungut parang dan benda lainnya ke dalam tas. Akupun mengambil milikku sendiri tentunya dan dengan cepat menyimpannya.

Lagash membawa kami keluar dari tempat itu, menembus kegelapan hingga keluar dari sebuah lorong. Tempat ini sungguh susah untuk dijelaskan. Kami berada di sebuah lubang seperti sumur raksasa dan di dinding tempat ini terdapat jalan dengan anak-anak tangga lebar yang menempel pada dinding membentuk sebuah ulir seperti sekrup dari atas sana hingga ke bawah. Di setiap dinding terdapat banyak obor dan lorong-lorong yang merupakan pintu menuju sebuah ruangan atau tempat lain --entahlah--- dan barusan aku disekap di salah satu ruangan tersebut.

"Ayo kita ke atas!" Lagash berseru pada kami.

"Tunggu!" seruku. "Aku tidak akan pergi dari sini tanpa mendapatkan kembali benda yang telah dibawa oleh Redcap."

"Benar, tapi kita tidak tahu sekarang dia ada dimana," kata Kinanti.

"Mungkin saja dia di atas, Yod," kata Bimo ikut bersuara. "Bukankah dia akan melihat isi buku itu?"

Benar juga, perlu cahaya bulan untuk membaca pesan tersembunyi di dalam buku catatan itu.

"Tenang, akupun ingin bertemu mereka," kata Lagash. "Kita akan pergi dari sini setelah mendapatkan benda yang kau inginkan."

"Kau juga ada urusan dengan mereka?" tanyaku pada Lagash.

"Ya."

Lagash mulai menaiki anak tangga yang memutar ini dan kami mengikutinya. Aku menarik lengan Kinanti agar berhenti sebentar.

"Kau sebelumnya pernah kemari dengannya, kan?" tanyaku pada Kinanti.

"Tidak sampai ke sini, hanya sampai rumah tua saja dan iya -benar, Lagash yang membawaku."

"Lalu kau bilang mengetahui sesuatu tentang ayahku, apa itu darinya juga?"

"Ya, Luk."

"Apa itu?"

"Nanti aku akan cerita semuanya, sekarang bisakah kalian berdua tidak berhenti terlalu lama?" Lagash tiba-tiba berhenti dan berkata pada kami. Bimo yang sedang berjalan di belakangnya terlihat kaget dan berhenti mendadak.

Detektif MitologiWhere stories live. Discover now