Handsome Lord & The Scar Lady - Part 4

24.4K 2.5K 60
                                    

Harrington sedikit terbatuk saat mencium udara busuk di sekitarnya. Dia tak sadar sudah sepagi ini, saat dia dibawa Carn ke rumah pria itu karena mabuk. Carn memintanya untuk menginap, tapi dia tidak ingin. Karena itu, dia beranjak pulang. Sepertinya sudah jam dua pagi, dan dia tidak melihat satu pun orang yang berada di jalanan itu. Walaupun terlihat, Hart yakin dia tak bisa melihat orang tersebut, karena kabut benar-benar menghalau matanya.

Hart kembali terbatuk. Menurutnya, setelah pemerintahan Ratu Victoria, London benar-benar berubah menjadi kota berkembang yang cukup drastis. Bidang Industri dan teknologi benar-benar berkembang di zaman ini, membuat kota London dipenuhi lebih banyak manusia dan pendatang—banyak orang-orang desa datang untuk bekerja di pabrik. Perkembangan teknologi dan industri benar-benar mengubah gaya hidup bangsa mereka. Dulu, negara mereka lebih fokus di bidang pertanian; mengolah tanah dan perternakkan, tapi sekarang, semua sudah tergeser dengan kehidupan pabrik.

Harrington kembali mendengus kecil saat mencium bau-bau tersebut. London memang memiliki bau seperti itu; kombinasi antara limbah-limbah pabrik, pembakaran batu bara dan badan-badan orang yang tidak pernah mandi, tak lupa pula kotoran-kotoran dari kereta kuda yang menyebar. Bau kota London benar-benar menyengat.

Harrington teringat saat salah satu anggota kerajaan yang pernah membatalkan perjalanan air mereka, karena bau-nya limbah yang mengalir di sungai Thames.

Saat mengenang hal tersebut, perhatian Hart teralihkan pada sebuah sosok yang terlihat di depannya. 

Seorang wanita.

Hart dapat kembali mencium bau yang berbeda saat itu. 

Bau mengerikan London rasanya bercampur dengan bau bangkai. 

Harrington menyadari perempuan itu baru saja keluar dari Pemakaman Greenwood. Pantas saja, pemakaman di kota itu memang memiliki bau yang tak enak, mengingat penduduk London yang membludak, dan tanah pemakaman yang terbatas. Kadang-kadang Harrington merasa, apa mayat-mayat itu disusun bertumpuk dan dikubur bersama-sama.

Harrington kembali mengamati sosok itu. Sedang apa wanita itu di tempat tersebut. Dan, di jam seperti ini?

Harrington pertama menyangka, mungkin dia sedang melihat hantu. Tapi kaki gadis itu menginjak tanah. Hart bukanlah pria yang takut hantu. Dia malah tak percaya sama sekali dengan makhluk tersebut—karena dia belum pernah melihat mereka. Harrington mengamati wanita itu sekali lagi. Wanita itu memakai gaun berbahan berwarna hitam. Semua yang dikenakan wanita itu berwarna hitam, dari topi, gaun, hingga sarung tangannya. Sepertinya, yang dikenakan wanita itu adalah pakaian berkabung.

Harrington tidak dapat melihat jelas wajah wanita itu, bukan saja karena kabut, tapi wanita itu juga menutupi wajahnya dengan topi hitam yang memiliki cadar berjaring, yang menutupi dahi hingga mata wanita tersebut. Hart hanya dapat melihat hidung sedikit mancung dan bibir merah muda wanita bertopi itu.

Seorang wanita bergaun hitam di jam dua pagi, yang baru saja keluar dari sebuah pemakaman?

Hal itu, membuat rasa penasaran Hart meninggi. Dia melangkah cepat mengikuti wanita tersebut dengan senyuman kecilnya. "Selamat pagi, Miss."

Harrington dapat melihat wanita itu berhenti melangkah karena terkejut dengan sapaannya. Wanita itu tidak menoleh menatapnya saat membalas kata-katanya—Hart dapat melihat wanita itu yang terus menunduk di bawah topinya, "Selamat pagi juga untukmu, Sir."  

"Di pagi buta seperti ini, kenapa Anda berjalan sendirian? Apa Anda tidak takut sesuatu bisa saja terjadi?" kata Hart yang mencoba membuka pembicaraan. Harrington mencoba melangkah pelan hingga ke sisi wanita itu.

"Kurasa, tidak akan terjadi hal seperti apa pun kepadaku, Sir," jawab wanita itu tetap menunduk.

"Tapi, tetap kusarankan, lebih baik berhati-hati untuk saat-saat seperti ini. Seorang wanita muda yang berjalan seorang diri di pagi-pagi buta. Menurutku, Anda akan bisa menjadi korban yang cukup mudah. 

"Apa Anda tidak tahu kasus yang sedang sangat diperbincangkan saat ini? Tentang pembunuhan berantai yang terjadi belakangan ini?" Harrington dapat melihat jelas wanita itu sekarang, yang berdiri diam di sampingnya. "Kudengar, tenggorokan para korban dipotong, dan isi perut mereka dikeluarkan. Dan semua korban adalah seorang wanita. Apa kau tidak takut mengalami seperti itu?" 

"Kurasa ... tidak, karena kudengar pembunuhan itu terjadi di Whitechapel, di kawasan miskin East End dan para korban kebanyakan adalah seorang tunasusila. Dan karena aku tidak berjalan di kawasan tersebut di pagi ini, kurasa aku tidak akan mengalami hal seperti itu," jawab wanita bertopi itu lagi. 

Hart benar-benar penasaran dengan wajah wanita tersebut, wanita itu tidak sedikit pun menggerakkan wajahnya. Ingin rasanya dia membuka topi tersebut dan melihat wajah yang disembunyikan itu. Tapi Hart menahan dirinya. Wanita itu akan lebih takut kepada dirinya dibanding pembunuh berantai apabila dia melakukan hal tersebut.

"Aku akan mengantarmu hingga ke depan rumah." Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Hart.

"Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Sir. Saya tidak ingin merepotkan Anda. Dan rasanya, saat ini, saya hanya ingin berjalan seorang diri. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan diri saya." Wanita bertopi hitam itu langsung menolak ajakannya.

"Hari begitu gelap dan kabut terlihat penuh saat ini. Apa kau tidak takut?" tanya Hart lagi.

"Hari gelap dan kabut tebal ... membantuku bergerak lebih leluasa," ucap wanita itu.

"Bagaimana kalau kau bertemu pembunuh itu di jalan ini? Mungkin saja dia sudah mencari korban lain  di lokasi lain," kata Hart yang tidak dapat menangkap arti jawaban wanita tersebut.

"Mungkin itu sudah takdirku," ujar wanita tersebut, lalu melanjutkan, "Apabila aku bertemu dengannya, mungkin ... aku akan bertanya kepadanya. Kenapa dia melakukan hal tersebut? Dan kurasa, aku akan memberikan nyawaku apabila jawabannya dapat kuterima."

Hart mengenyit mendengar jawaban itu. Wanita yang cukup aneh.

Jawaban tersebut benar-benar membuat rasa penasaran Hart semakin tinggi. Dia tidak peduli. Rasa penasarannya tak dapat ditahannya lagi. Dengan secepat kilat dia menyentuh topi itu dan menariknya ke atas. Rambut kecil cokelat bergelombang di sisi pipi wanita itu jatuh dengan indah. Hart dapat merasakan wanita itu yang terkejut dan terpaku sebentar saat topi itu terbuka. Dengan telunjuk dan ibu jari miliknya, Hart menggerakkan dagu wanita itu, bergeser pelan ke arahnya.

Sebuah mata penuh keterkejutan terlihat di wajah kecil itu. Dan dalam sekejap, jari Harrington pun terlepas dari dagu indah itu. Hart juga sama terkejutnya dengan pemilik mata berwarna merah kecokelatan tersebut. Seorang wanita yang diharapkannya cantik tersembunyi di dalam topi itu, tapi bukan itu yang didapatkannya. Wanita di depannya seharusnya cantik apabila tidak ada hal itu di wajahnya. Di wajah wanita itu, terdapat segores bekas luka cukup dalam yang memiring ke samping, dari dahi hingga melewati tulang hidung dan berhenti sebelum mencapai mata kanan wanita tersebut.

Benda itu seharusnya tak berada di sana.

Wanita itu langsung memalingkan wajahnya dalam sekejap, lalu mengangkat kedua tangannya menutup bekas luka mengerikan itu. Dan tanpa mengatakan apa pun, wanita itu langsung berlari meninggalkannya yang masih merasakan keterkejutan tersebut. 

***

Handsome Lord & The Scar Lady [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang