Handsome Lord & The Scar Lady - Part 12

15.3K 1.7K 47
                                    

Sebuah surat datang ke hadapan Harrington. Di amplop putih itu tertulis nama seorang wanita yang cukup rapi. Wanita yang belakangan ini dikunjunginya, Miss Lavinia Laven. Hart tidak menyangka balasan untuknya datang begitu cepat.

Hart langsung merobek perekat di amplop itu tanpa alat bantu dan dia langsung membacanya. Harrington tersenyum membaca beberapa baris pertama.

Kepada,
Lord Harrington.

Aku sudah memikirkan tawaran yang telah Anda ajukan kemarin.

Dan surat ini merupakan jawaban saya.

Saya, Lavinia Laven, bersedia dan menyetujui untuk menikah dengan Anda, Earl of Harrington.

Tapi, saya pun memiliki beberapa syarat:

Pertama, saya hanya akan memberikan mas kawin sebesar lima persen dari kekayaan yang saya miliki.

Kedua, pernikahan harus dilaksanakan secara tertutup. Hanya Anda, saya dan saksi yang hadir di sana. Anda bisa mengundang satu orang kerabat Anda. Saya tidak mengharapkan banyak orang hadir di acara itu.

Ketiga, sumpah setia pernikahan suami-istri harus sesuai dengan yang saya inginkan.

Keempat, setelah kita menjadi suami-istri, kekayaan yang saya miliki sepenuhnya berada di dalam pengawasan dan kendali saya. Saya, Lavinia Laven akan sepenuhnya memiliki hak atas harta dan properti warisan saya, yang juga tertera dengan sangat jelas di surat warisan yang ditulis oleh ayahku. Pengacara saya, Mr. Hoggard akan mengunjungi Anda dan mengurusnya lebih lanjut.

Kelima, tak boleh ada satu pun orang yang memandangiku di saat itu, hal ini termasuk diri Anda. Aku tak suka ditatap oleh siapa pun.

Kelima syarat di atas adalah syarat yang saya berikan kepada Anda. Apabila Anda sudah bersedia dan menyetujui segalanya. Saya akan menyerahkan hari dan waktu pernikahan kepada Anda sepenuhnya.

Dengan penuh hormat,
Lavinia Laven.

Harrington memandang tak percaya isi surat itu. "Syarat? Gadis itu memberikanku syarat?"

Hart melihat kembali syarat pertama, dia tidak akan mendapatkan mas kawin yang berlimpah. Hanya lima persen? Tapi mengingat kekayaan Keluarga Laven yang lebih dari cukup. Lima persen dari kekayaan Lavinia, untuk Hart saat ini rasanya cukup. Dia bisa mengatasinya nanti setelah wanita itu menjadi istrinya.

Hart menatap tulisan di syarat kedua, pernikahan tertutup? Tanpa ada tamu undangan? Untuk yang ini, Hart sangat setuju, dia tak perlu repot-repot mengatur acara itu. Dan lagi, dia tak ingin wanita-wanita yang sering didatanginya berkunjung dan melihatnya menikah, Hart lebih suka mengunjungi mereka setelah dia menikah.

Gerakkan mata Harrington kembali turun sebaris. Sumpah pernikahan? Hal itu bukan yang penting untuknya. Gadis itu dapat mengucapkan apa pun yang dia mau. Harrington langsung melewati syarat ketiga begitu saja, lalu beralih ke nomor empat.

Syarat keempatlah yang paling tidak sukai. Kekayaan Keluarga Laven tidak jatuh begitu saja ke tangannya setelah dia menikahi Lavinia Laven. Harrington membaca bagian tersebut hingga tiga kali. Dia benar-benar benci tulisan di syarat keempat itu.

Wanita itu tidak bisa melakukan hal seperti ini. Apa gadis itu tidak tahu? Hukum di Inggris berdasarkan kepada gagasan bahwa perempuan yang telah menikah akan sepenuhnya diurus suami. Oleh karena itu, kekayaan istri akan disahkan menjadi atas suaminya. Jika seorang wanita bekerja setelah menikah, penghasilannya pun milik suaminya .

Perempuan kelas menengah dan atas harus tetap bergantung pada seorang pria. Karena itu, Miss Lavinia Laven tidak bisa melakukan hal ini padanya. Pertama, karena Lavinia adalah seorang perempuan. Dan kedua, wanita itu akan menjadi Countess of Harrington, istrinya.

Harrington meremas kuat kertas rapuh itu dan melemparnya, "Berani-beraninya dia memberiku sampah seperti itu." Hart pun dengan kesal melangkah keluar dari ruangannya.

***

"Katakan dari mana kau tadi, Yosephine?" tanya Britania kepada pelayan muda itu.

"Aku baru saja dari kediaman Lord Harrington," jawab pelayan itu merasa sedikit cemas.

"Untuk apa?" Bri memandang tajam gadis itu. "Apa yang kau lakukan di sana?"

"Mi-Miss Lavinia memintaku untuk mengantar sesuatu ke sana."

"Lavi?" Britania tahu ada yang tidak beres. "Dan, apa itu?"

"Sebuah surat, Miss," jawab pelayan itu lagi.

Ya, benar. Perasaan tak enak yang dirasakan Britanie sejak kemarin semakin tidak enak. Kakaknya telah melakukan sesuatu. Dan yang dikhawatirkannya telah terjadi. Sebuah surat. Seandainya saja tadi dia berada di rumah, dia bisa menghentikan Yosephine untuk mengantar surat itu.

Britanie menatap ke arah lantai dua—dia dan Yosephine tak terlalu jauh berdiri dari anak tangga. 'Sekarang, apa lagi yang kau rencanakan, Lavi?' batinnya.

***

Lavinia duduk sambil mengelus kucing hitam di pangkuannya. "Shadow ... sebentar lagi aku akan menikah. Kita akan memiliki anggota keluarga baru." Lavinia tersenyum manis menatap kucingnya. "Kau harus baik kepadanya, karena orang itu akan menjadi suamiku." 

Lavinia kemudian menoleh ke kanan dan menyadari sesuatu di atas meja. "Ah, ya ... aku belum menulis janji pernikahan yang harus kami baca."

Perempuan itu lalu menurunkan kucing hitam itu dari pangkuannya. Shadow pun bergerak pincang menuju bola-bola lilitan benang wol dan bermain di sana.

Lavinia lalu bergerak ke meja tulisnya, dan dia mulai menulis. "Aku akan mengirimkannya ke Lord Harrington setelah ini selesai."

***

Carnarvon mengelus kuda baru yang ditungganginya. Carn tidak menyesal telah membelinya. Kuda yang ditungganginya sekarang adalah kuda yang waktu itu dijinakkannya saat menolong Miss Britanie Laven. Carnarvon langsung membeli kuda tersebut saat pelayan kepercayaannya mencarinya tergesa-gesa, karena mendengar kuda yang menyebabkan kekacauan di St. James Street waktu lalu ingin dibunuh oleh pemiliknya. Carnarvon langsung mencari pemilik tersebut dan membelinya dengan harga yang cukup tinggi.

"Godolphin, rasanya hari ini sudah cukup. Mari kita kembali," ujar Carn kepada kuda berwarna cokelat gelap tersebut.

Carnarvon lalu memacu kudanya ke arah istal. Dan di sana dia sudah melihat sahabatnya menunggu dirinya, Earl of Harrington.

"Ada apa sobat?" tanya Carn dari atas kuda.

"Aku hanya ingin santai sejenak," jawab Hart seenaknya dengan bersandar di dinding kayu istal.

Carn menatap sahabatnya itu lebih lama. "Baiklah ... bawa Apollo keluar, kau boleh menungganginya khusus di hari ini."

Harrington langsung tersenyum semringah mendengar itu. "Benarkah?"

"Ya," ujar Carn. "Bawalah dia keluar, sebelum aku berubah pikiran."

Apollo adalah salah satu kuda pacu kesayangan Carnarvon. Dia tak pernah membiarkan orang lain menaiki kuda tersebut. Tapi hari ini, dia berbaik hati kepada Harrington, sahabatnya itu.

Saat Earl of Harrington mencarinya, itu artinya sahabatnya itu sedang punya banyak pikiran—walau Hart tidak mengatakan masalah-masalahnya kepada Carn dan menutupinya, tapi Carn selalu tahu. 

Mereka sudah berteman selama bertahun-tahun.

***

Handsome Lord & The Scar Lady [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang