Bab 11- Pulangnya Bram

5.1K 169 1
                                    

20.45 pukul yang di tunjukkan jam weker di nakas samping ranjangku. Entah kenapa tiba-tiba mataku terasa berat sekali malam ini. Biasanya aku bisa tidur lewat dari jam 12 malam, tapi kali ini mataku tidak bisa berkompromi padahal aku ingin menonton film korea terbaru yang ada Lee Min Ho nya—efek berteman dengan Manda.

Jadi ku putuskan untuk menundanya dulu dan melanjutkannya malam besok. Saat aku baru saja berbaring, sayup-sayup aku mendengar suara bel berbunyi karena kesunyian yang tercipta di rumah kelewatan besar ini. Dengan berat hati, aku melangkah turun dan membuka pintu masuk utama itu.

"Loh, Kak Ario. Kak Bramnya kenapa? Masuk Kak," kataku bingung sambil memberi akses untuk mereka masuk.

Kak Ario mengangguk dan melangkah masuk dengan membopong tubuh besar Bram. Aku berinisiatif untuk membantu Kak Ario dengan mengambil tangan kiri Bram dan meletakkannya di pundakku.

"Bawa ke kamar aja, Kak." Ario mengangguk.

Sesampai di kamar, Ario membaringkan Bram di kasur, sedangkan aku melepaskan sepatu yang di kenanya dan menyelimuti lelaki yang berbau alkohol itu.

"Dia kebanyakan minum. Biarin dia tidur dulu." Aku mengangguk. "Ya sudah, Kakak pulang dulu ya, Al." Aku lagi mengangguk sambil mengikuti langkah Ario yang berjalan ke luar kamar.

"Kak Ario hati-hati ya, udah malam." sapa penutup pertemuan malam ini.

Kak Ario mengangguk dan tersenyum. "Jagain suamimu, Al. Jangan biarkan dia tidak pulang lagi." Kak Ario menepuk lembut puncak kepalaku. Aku tersenyum menanggapinya.

Setelah Kak Ario menghilang di tikungan tangga. Aku berbalik ingin kembali masuk ke kamar dan saat itu aku merasa ada yang menarik baju bagian bawah. Aku menunduk dan melihat mata pelangi yang berbinar indah di sana. Lea tersenyum dengan tangan kiri memeluk boneka teddy bear miliknya.

Aku menghela napas. Sesak. Pengap. "Apa?" tanyaku ketus.

Entahlah. Rasanya setiap bertemu dengan anak itu, mood ku pasti berubah jelek dan anehnya, dia selalu tersenyum dengan mata pelangi milikinya.

"Mommy, itu Daddy ya?" tanya Lea berbicara khas anak seumurnya.

Aku mengangguk malas dan hendak melangkah kembali namun tangan mungil itu menggenggam tanganku lembut.

"Mommy, Lea ndak bica bobok. Lea bobok baleng Mommy ya," pintanya dengan mata yang tampak memohon serta mata layu menahan kantuk.

Sejujurnya melihat anak kecil seperti itu, lucu. Akantetapi, aku tidak bisa menerimanya jjika itu anak kecil yang sekarang memanggilku dengan sebutan ‘mommy’ itu.

Aku menghela napas. Apa lagi ini!
Aku melirik keadaan sekitar dan tidak menemui keberadaan Hana sama sekali yang membuatku mendengus.

"Lea sekarang kamu bobok bareng Mbak Hana saja!" ujarku setelah memanggil pengasuhnya itu. 

Aku ingin malam ini berakhir di sini tanpa di perlu pura-pura tersenyum pada gadis kecil yang selalui mengangguku.

Mata pelangi itu berubah sendu dan menunduk. "Iya, Mommy." katanya mengangguk dan berbalik memeluk Hana yang menatapnya dengan senyum.

Ketika aku berbalik setelah menutup kembali pintu kamar. Aku terlonjak kaget melihat Bram yang berdiri di hadapanku dengan senyuman. Senyum yang membuatku tidak merasa nyaman sedikitpun. Senyum yang sama seperti malam itu.

My Husband a Widower (Completed) Where stories live. Discover now