Bab 18- Pesta Bak Mawar Berduri

4.6K 194 6
                                    

Setelah menutup pintu aku melangkah sambil bersenandung kecil melewati ruang keluarga tanpa sadar dengan kehadiran seseoang di sana.

"Udah gue bilang, pulang sekolah langsung pulang!"

Langkahku seketika terhenti lalu menoleh ke sumber suara, di sana ada Bram yang duduk menatap majalah di tangannya. Aku menelan ludah susah payah. Aku baru saja ketahuan selingkuh di depan matanya.

"Kamu tuli? Ngapain pergi pacaran?" Dia menutup dan menghempaskan majalah ke atas meja lalu berdiri. "Baru semalam kamu menyerahkan diri ke saya dan siangnya jalan sama cowok lain?"

Deg!

Aku meringis di tempat. Sehina itukah aku? Pertanyaan itu menohok hatiku. Sakit. Pasti. Tanpa di minta air mata menggenang di kelopak mata. Ya, salah ku juga kenapa mau-maunya menerima ajakan Kalvin untuk pergi ke taman, namun aku menerimanya karena ingin menghilangkan rasa kecewa yang di berikan Bram padaku semalam.

Bayangan kejadian semalam teringat jelas di kepala. Dimana dia pulang dari Singapur dengan keadaan kacau dan bercinta denganku yang dimatanya seoalah-olah aku adalah Salma. Hati istri siapa yang tidak sakit ketika orang yang di cintainya malah berulang kali merapalkan nama lain saat bersamanya?

"Jawab!"

Suara bentakan itu refleks membuatku menutup mata. Alhasil, airmata yang menggenang tadi mengalir.

"A... aku,"

Belum sempat menjawab, Bram langsung berlalu pergi ke kamar. Aku terdiam menatap punggung yang mulai menjauh kemudian berlari mengejar. Saat aku memasuki kamar, aku tidak menemuinya di sana. Mungkin...

Mataku beralih ke pintu ruang kerja yang tertutup rapat. Hatiku mengatakan dia ada di sana. Dengan perlahan aku melangkah mendekat. Tepat di depan pintu aku terdiam mematung. Tiba-tiba saja tanganku yang terangkat memegang knop pintu terasa kelu.

Aku diam menatap pintu itu. Tak lama benda itu terbuka dan menampakkan Bram yang menatapku datar. Seperti menusuk. Lagi. Air mataku jatuh. Bram mendorong bahuku kemudian melewatiku sedangkan mataku mengikuti gerakannya.

"Ganti pakaian kamu dengan gaun itu."

Katanya tanpa berbalik sambil mengendik dagu ke tempat tidur. Aku mengikuti arah tunjuknya. Di sana ada dress hitam. Aku kembali melirik Bram yang berjalan ke kamar mandi dan menghela napas kemudian perlahan melangkah ke tempat tidur. Aku meraih gaun itu dan membawanya ke depan cermin meja rias.

***

Malamnya aku dan Bram datang menghadiri acara yang diadakan oleh perusahaan. Dengan rasa gugup, aku melangkah keluar dari dalam mobil. Bram berjalan di sampingku. Dia terlihat sangat beribawa dan tampan.

Tiba-tiba langkah kami berhenti saat dua orang pria berjas hitam rapi menghampiri dan bersalaman dengan Bram. Mereka berbincang-bincang tentang topik pembicaraan yang tidak aku mengerti. Aku memilih mengedarkan pandanganku ke sekitar.

Seketika mataku menemukan keberadaan Kak Ario dan tiga orang yang tidak aku kenal. Eh, bukan, sepertinya pria yang berdiri di hadapan Ario, aku pernah melihatnya. Tapi, di mana?

Aku mengerjap saat melihat Bram berjalan di depanku. Segitu lamakah aku berkutik dengan pikiranku, sehingga kepergiannya tidak aku ketahui? Dengan langkah cepat, aku menghampirinya.

My Husband a Widower (Completed) Where stories live. Discover now