Bab 13- Pendekatan

4.7K 190 3
                                    

Jam dinding di ruang keluarga masih menujukkan pukul 9.45, tapi terik matahari di luar sana mampu membakar kulit siapa saja yang berkeliaran di alam terbuka. Hari ini aku memang tidak memiliki aktifitas apapun, selain duduk diam di dalam rumah.

Aku membuka lembaran demi lembaran majalah fashion di pangkuanku, mataku sesekali melirik ke televisi yang menampilkan salah satu acara talk show yang terkenal di tanah air.

"Mommy kita jalan yuk, Mom." Suara kecil itu menginterupsi ku untuk menoleh.

Di sampingku kini duduk gadis yang memakai bando lucu yang membuatnya terlihat semakin imut.

"Aku nggak bisa!" lalu kembali membaca majalah.

Lea memandangku kecewa. Detik berikutnya tersenyum dan berkata,"Mom ayuk! Cekalang hali minggu. Kita jalan-jalan yuk, Mom!" rengeknya sambil menggoyangkan tanganku.

Aku menyentak tanganku yang membuatnya tersentak kaget. Melihatnya yang menatapku nanar, aku merasa bersalah. Entah kenapa ucapan Briel kemarin berputar-putar di kepalaku. Perlahan-lahan kalimat itu menyentuh hatiku yang sebelumnya bimbang.

Setelah beberapa detik terdiam dengan keyakinan yang sedikit, aku berkata, "Baiklah. Kita ke Taman terdekat saja."

Hitungan detik, aku melihat mata pelangi itu bersinar terang dengan senyum yang melengkung lebar. Oh Tuhan, apa semudah itu membuatnya bahagia? Perlahan senyumku ikut merekah.

"Asyik!! Lea main baleng Mommy." serunya melompat kesenangan.

Aku terkekeh kecil. Dia gadis kecil yang cerdas. Kecendrungan anak-anak seusianya banyak yang belum bisa mengerti tentang keadaan. Tapi Lea... dia mengerti itu semua. Mengerti akan aku yang tidak menyukainya. Mengerti tentang apa yang terjadi di keluarganya.

Lea menarik tanganku dan mengajaku pergi-sebelumnya aku menyambar tas yang berada di sampingku. Di luar telah menunggu Pak Suman dan Hana. Mereka tersenyum hangat menyambut kami. Pak Suman membukakan pintu mobil belakang dan mempersilahkan kami masuk setelah itu menutup kembali pintunya kemudian memutari mobil lalu membuka pintu bagian pengemudi. Mobil itu melaju dengan kecepatan rata-rata. Membawa kami ke Taman kompleks perumahan.

Tiba di sana, mataku di sambut dengan anak-anak yang saling melempar tawa dengan keluarganya. Seketika mataku beralih pada Lea yang berdiri di sampingku dengan tangan memegang boneka.

Mata itu... hatiku terasa nyeri melihatnya. Mata pelangi yang tanpa aku sadari, aku menyukainya kini berkaca-kaca memandang keluarga kecil di depan sana.

Tes.

Air mataku menitik jatuh. Perlahan tanganku gerakkan untuk menggenggam tangan mungilnya. Dia mendongak dan tersenyum manis. Aku membalas senyumnya tulus.

"Yuk, ke sana!" Dia mengangguk dan berjalan di sampingku.

Tangan mungil itu tiba-tiba menarikku ke sebuah ayunan yang kosong. Aku mengangguk mengerti lalu mendudukinya di ayunan itu dan mendorongnya lambat.

"Lea pegangan yang kuat ya! Aku mau ayun kamu kencang," kataku yang mulai menerimanya.

Apa salahnyakan aku mencoba menerimanya? Aku sekarang tahu, semua yang aku lakukan sebelumnya hanya sia-sia. Sekarang aku telah berpikir dewasa. Lea hanya gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Yang membutuhkan seorang ibu dalam pertumbuhannya.

My Husband a Widower (Completed) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz