Makan Siang

8.7K 1K 58
                                    

Bel berbunyi menandakan istirahat makan siang di Karasuno High School. Kamu mengangkat kepala (h/c) mu sembari menguap dan mengucek matamu. Mata pelajaran yang baru dilalui tadi membuatmu mengantuk dan tanpa sadar membuatmu tertidur dengan mudah. Dan untung saja, si guru tidak mendapatimu saat tertidur pulas. Menengok ke sebelah kanan mu. Kamu tahu, bahwa bukan kamu saja yang merasa bosan dengan pelajaran Sejarah tadi.

Kamu menguap lagi. Kemudian merasakan tepukan keras dari arah belakang. Oh, Hibiki. Kamu menoleh cepat.

"Aku makan siang diluar ya, (y/n) -chan." Ucap Hibiki lembut. Kemudian kamu membalas ucapannya sembari tersenyum jahil.

"Bersama Masato dari kelas sebelah? Okay tentu saja, nikmati waktumu ya, Hibiki."

Orang yang digoda oleh mu hanya bersemu dan segera meninggalkan kelas, ketika sudah terlihat lelaki dengan haya rambut cepak di dekat pintu kelas.

Sepeninggalnya Hibiki, kamu terdiam. Lalu menguap lagi. Melanjutkan tidur bukan lah pilihan buruk. Tapi, berhubung perutmu sudah berbunyi minta diisi, kamu terpaksa dan dengan ogah-ogahan membuka bekal yang telah ibumu siapkan tadi pagi.

Membuka kain yang melapisi bento didepanmu. Nasi, sosis goreng, dan telur gulung, serta sayuran didalamnya. Tapi ada yang aneh. Kenapa ibu meletakan sumpitnya dua pasang?. Kamu mengendikan bahu.

Menoleh sebentar ke samping kanan, tempat si maniak tertidur. Entah kenapa kamu selalu menyebutnya maniak, kebiasaan. Dia masih tertidur.

'Apa dia tidak lapar?'

Tepat setelah kamu menyerukan pertanyaan dalam hatimu, suara nyaring lain seakan menjawab pertanyaanmu. Ya, suara perut Kageyama.

Kau hampir tertawa, jika saja si maniak tidak segera bangun dan memaki mengenai perutnya yang minta diisi.

"Hey, ma— eu, maksudku Kageyama-san. Jika kau lapar, jangan menahannya." Ucapmu hampir dengan tawa, jadi hampir terdengar seperti ejekan.

Kageyama hanya melirikmu sebagai jawaban. Wajahnya yang memang tak bersahabat, menjadi lebih menyeramkan. Kamu gugup. Apa kamu mengganggunya?

"A—ano.. apa aku telah mengganggu mu, Kageyama-san?" Tanyamu takut-takut. Kamu aneh dengan sikapmu, kenapa orang cuek sepertimu jadi seperti ini dihadapan seorang maniak voli?.

Mendengar pertanyaanmu, entah kenapa manik blueberry nya agak sedikit melebar. Dan menjawab cepat.

"Tidak."

Kamu mengangguk sebagai balasan. Matamu kembali menoleh kearah bento yang sudah terbuka dihadapanmu. Kamu mempunyai ide.

"Kageyama-san. Mau makan bersamaku? Kebetulan aku membawa dua pasang sumpit." Tawarmu.

Menoleh ke arahnya untuk melihat reaksinya, entah kenapa wajah Kageyama agak bersemu, apa kamu salah lihat.

Respon yang dikeluarkannya agak lama. Namun tiba-tiba terdengar suara deritan kursi yang di geser. Saat aku menoleh, si maniak sudah ada dihadapanmu. Kamu senang dengan reaksi Kageyama.

Setelah Kageyama duduk nyaman di hadapanmu, kamu segera memberikan sumpit ke tangan Kageyama dan tidak sengaja bersentuhan. Wajahmu terasa menghangat sebentar.

"Apa benar ini tidak apa-apa?" Tanyanya sebelum mencomot telur gulung yang tertata dalam kotak bento.

"Tentu saja tidak apa-apa. Aku kan yang mempersilahkanmu." Jawabmu enteng, menghiraukan warna merah muda yang sempat menempel di pipimu.

Mendengar responmu, Kageyama mengangguk.

Kalian makan dalam diam. Tidak ada momen diman kalian mencomot makanan yang sama seperti di dorama atau bahkan shoujo manga.

Entah kenapa, kalian terlihat seperti saling mengerti satu sama lain. Bahkan ketika telur gulung terakhir, kamu yang akan mencomotnya namun kemudian berhenti karena Kageyama juga akan mengambil dengan sumpitnya. Kamu segera mempersilahkan Kageyama untuk mengambilnya. Si maniak itu memang sempat terdiam sejenak, tapi kemudian segera mengambil telur gulung yang tersisa itu.

"Terimakasih atas makanannya." Ucap kalian berbarengan.

"Te—terimakasih. (f/n)." Ucap si maniak itu dengan wajah di palingkan kearah lain, dengan wajah bersemu.
Kini kamu tidak salah lihat lagi. Memang sudah jelas itu semu merah.

'Dia manis.' Ucapmu dalam hati. Lalu segera menggelengkan kepala, mengusir segala pikiran-pikiran anehnya.

"Ya, sama-sama." Ucapmu tak lama kemudian.

"Ka—kapan-kapan, aku akan menraktirmu makan siang." Ucapan Kageyama membuatmu terdiam, kaget. Sadar akan kesungguhan Kageyama, kamu mengiyakan dengan tersenyum manis.

Tak menyadari bahwa lelaki didepanmu mencoba mati-matian untuk menutupi rona merah dipipinya.

————————————————

Yosh, part 2 update!! :-)

Thanks for reading ..

All about Kageyama & You [KageyamaxReader]Where stories live. Discover now