Matsuri

3.4K 430 42
                                    

Menengok kearah depan-kanan-kiri-dan belakang, disini sangat sangat ramai. Kamu melangkah pelan sedikit terseret akibat pegangan yang erat ke lengan seseorang lelaki didepanmu. Dia bahkan tidak mempedulikanmu.

"Nee-chan! Aku ingin takoyaki!" Ujar lelaki yang berada beberapa langkah didepanmu agak berteriak mengingat banyaknya manusia yang tak kalah berisik disini. Kamu belum melepas pegangan. Agak bahaya jika kamu dan adikmu terpisah ditempat seperti ini.

Kamu menggerutu pelan sambil mendekati stand ramai, dengan adikmu mengekorimu dari belakang. Kamu membuka tas tangan, dan memberikan satu lembar uang kertas pada adikmu. Yang langsung saja diterima dan segera memasuki kerumunan di stand.

Menunggu adikmu membuat kaki kaki mu terasa pegal. Kamu manoleh kanan-kiri, berharap melihat kursi kosong yang bisa diduduki, yah walaupun itu takkan mungkin mengingat betapa banyaknya manusia ditempat ini. Perayaan matsuri memang membuat orang-orang tertarik, padahal menurutmu ini biasa-biasa saja.

"Kau cantik malam ini." Kamu memekik kaget merasakan sebuah tangan yang melingkari lehermu. Apalagi ucapan tak sopan itu. Kamu akan menyebutnya tak sopan, karena kamu tahu siapa pelakunya. Kamu terdiam saja. Malas meladeni.

"Nee-chan —, oyy lepaskan! Dasar cabul!" Pekikan adikmu membuatmu segera menengok kearah datangnya. Ditangannya, dia memegang satu porsi bulatan  berasap yang membuatmu meneguk ludah.

"Apa?! Kau sebut aku cabul? Dasar tak sopan!" Aku tak peduli dengan perdebatan dua lelaki dihadapanmu. Kamu mengambil seporsi takoyaki dari tangan adikmu lalu memandang takoyaki dengan mata berbinar.

"Kau yang lebih tak memiliki etika! Lepaskan nee-chan ku! Kami ingin pergi!" Air liurmu hampir saja menetes, kamu segera menusuk bulatan berbumbu itu, lalu memasukkan kemulutmu setelah meniupnya pelan karena masih panas.

"Cih, kau sangat menyebalkan, otoutou." Kamu mengunyah pelan lalu menelannya.

"Oy, KusoOikawa. Apa yang kau lakukan disini, BAKA!" Suara Iwaizumi-san terdengar dekat. Menusuk bulatan takoyaki lalu meniupnya pelan.

PLETAK

"Itte yo, Iwa-chan!" Jitakan mendarat mulus dikepala Oikawa yang disusul oleh ringisan pelan. Kamu mengunyah dan menelan takoyaki dimulutmu pelan-pelan.

"Arigatou, Hajime-niisan." Kamu menusuk takoyaki lagi. Adikmu sepertinya sangat senang atas perlakuan Iwaizumi pada Oikawa tadi. Kamu mengunyah takoyaki dimulutmu pelan sambil sesekali menutup mata merasakan rasa nikmat dari bulatan yang ada dimulutmu.

"Kau menyebut Iwa-chan niisan, aku itu kakakmu!" Bukan cuma tiga atau empat kali kamu mendengarkan protes Oikawa tentang panggilan niisan pada adikmu. Sungguh kekanakan. Kamu menelan pelan, lalu menusuk bulatan takoyaki terakhir, dan segera memasukannya ke mulutmu.

"Cih.". Decihan Oikawa terdengar. Mungkin karena merasa diacuhkan. Tapi selanjutnya, kapten voli Aoba Johsai ini menyeringai lalu mendekatkan mulutnya pada telingamu.

"Kau sangat cantik dengan yukata itu, (y/n)-chan. Berbeda dengan adikmu itu. Dia tidak ada manis-manisnya. Aku kasihan padamu." Kamu mendesah, satu porsi takoyaki ditanganmu sudah habis. Kamu merasa haus sekarang.

"Aku tak ingin disebut manis olehmu, Toru! Dan lepaskan nee-chanku, Aho!" Kamu memang tak benar-benar peduli terhadap ocehan yang benar-benar tak penting antara sepupu dan adikmu. Yang kamu pedulikan adalah cara untuk membasahi kerongkonganmu sekarang.

"Cepat, KusoKawa!" Teriakan Iwaizumi terdengar.

"Ahaha. Jaa nee, (y/n)-chan. Padahal aku ingin menjagamu dari si raja diktaktor itu." Lengan yang sedari tadi melingkar di lehermu terlepas. Kamu terdiam sedikit merona, mengerti siapa seseorang yang Oikawa maksud. Lalu langkah dan teriakan seperti 'Tunggu aku, Iwa-chan' tendengar menjauh. Kamu menunduk sambil berbisik.

All about Kageyama & You [KageyamaxReader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang