a cat

4.3K 622 51
                                    

Saat itu, sore hari di hari libur. Sambil mengulum lolipop. Kamu baru saja membeli beberapa keperluan dapur di konbini terdekat, dan melihat seseorang yang kamu kenali sedang berjongkok membelakangimu.

Kamu terdiam sebentar di tepi jalan untuk meneliti. Orang itu menggunakan jaket hitam kebanggaan klub voli Karasuno serta celana panjang hitam, tak lupa tas berwarna gelap yang disampirkan. Wah, bahkan di hari libur dia mengikuti latihan.

Kamu mendekatinya. Setelah kamu melihat objek yang diperhatikan orang itu, kamu berhenti melangkah. Tersenyum namun dengan wajah agak bosan.

"Kucing ya, kau suka dia?" Orang yang sedari tadi memunggungimu tersentak kaget. Wah, rupanya makhluk kecil itu benar-benar telah menyita fokusnya. Perasaanmu mendadak kesal dengan kenyataan itu. Orang itu menoleh kearahmu.

"Ah, (y/n)-san. Nande koko ni?" Tanya orang itu masih dengan wajah gugup. Entah kenapa.

"Aku baru pulang belanja. Nee, Kageyama-san kau menyukai makhluk itu?" Kamu terpaksa mengulangi pertanyaanmu tadi dengan jengkel. Apa dia begitu menyukai kucing?

"A—ah. Be-betsu ni." Jawabnya sambil membuang muka dengan wajah merona. Wah, tsundere ternyata. Aku tersenyum dengan wajah jengkel.

'Lalu kenapa kau rela berjongkok yang aku yakin sudah lebih dari tiga puluh menit sambil memelototi isi kardus bekas jeruk di depanmu dengan wajah gemas terhadap sesuatu?' Ingin sekali kamu melontarkan isi hati, tapi kamu hanya menghela napas. Dan tersenyum.

"Ambil saja. Dia tak punya pemilik." Ucapmu sambil menarik tangkai lolipop di mulutmu dan memutar-mutarnya lalu memasukannya lagi kemulutmu. Tak memberi perhatian terhadapnya dan kucing yang sedari tadi dipelototinya, membuat Kageyama merasa aneh. Tapi tak ingin dipikirkan, Kageyama memilih untuk mencari solusi dari percekcokan batinnya.

"(y/n)-san, kau ingin memungutnya?" Tanya Kageyama hati-hati.

"Tidak. Aku tak menyukainya. Bukankah Kageyama-san yang ingin memungutnya?" Tanyamu seraya mendekati orang yang masih setia berjongkok.

"Wah, sepertinya dia betina." Ucapmu pelan sambil melihat isi kardus yang didalamnya terdapat seekor kucing belang kira-kira masih berumur empat atau lima bulan yang tertidur pulas. Setelah itu kamu menjauh sedikit. Dan berjongkok agak jauh dengan Kageyama. Kamu tak ingin berlama-lama berdekatan dengan kucing, karena—

"(y/n)-san alergi kucing?" Tanya orang di sampingmu. Kamu menjawabnya dengan anggukan.

Hening. Kamu memperhatikan raut wajah seseorang disampingmu. Kageyama nampak bingung memikirkan sesuatu.

"Kenapa? Kau tak bisa memungutnya karena orang tua-mu tak memberi izin?" Tanyamu. Bukan sok tahu, tapi hanya menebak-nebak saja.

"Bukan begitu. Mereka tak menyukaiku." Tutur Kageyama sambil tersenyum masam.

"Mereka? Maksudmu kucing?"

"Mereka selalu mencakarku. Dan aku tak ingin memaksa mereka." Masih dengan ekspresi masam.

'Apa yang membuat Kageyama dibenci oleh kucing? Wajahnya? Tidak, tidak. Menurutku dia cukup tampan.' Sadar akan pemikiran absurd tadi, kamu segera menggelengkan kepala dengan wajah merah sambil menggerutu, seperti 'apa yang kau pikirkan?' dan 'itu tak ada hubungannya, baka!'. Namun kamu berpikir,

'Bukankah orang yang seperti Kageyama-san jarang, maksudku, maksudku, orang yang rela untuk membuang keinginan agar tidak menyakiti sesuatu yang disukai itu sangat luar biasa, dan juga pengertian.' Pikiranmu tentu sangat dramatis.

"Kau sangat perhatian ya, Kageyama-san." Kamu mengucapkannya tanpa sadar. Sontak saja membuat wajah kalian berdua memanas. Menyadari situasi yang mendadak canggung, kamu mencoba kabur dengan cara apapun.

"A—ah, Ano.. Aku harus pulang, maaf tak bisa membantumu." Ujarmu dengan wajah masih merah dan dengan terburu-buru.

"Mau ku antar?" Tentu Kageyama adalah lelaki gentle, walau kadang kurang peka.

"Ti—tidak usah. Aku yakin kau masih ingin memelototi isi kardus didepan mu. Bye bye." Jawabmu seraya berjalan cepat menjauhi area Kageyama yang sedang mematung dengan posisi jongkok berhadapan dengan kardus jeruk. Tak lupa warna merah di wajah yang mulai menjalar ke telinga.

Tapi kemudian Hero kita menyadari sesuatu, siapa yang harus dimintai tolong untuk merawat si manis?

Si manis? Si manis yang mana?
Kalau si manis yang baru saja pergi meninggalkannya, Kageyama masih sanggup untuk merawatnya. Bahkan sampai kapanpun, EH?

Wajah Kageyama semakin merona karena memikirkan hal yang iya iya, eh.

Tak apalah, yang penting Kageyama senang.

————————————————

Part kali ini fin dengan gajenya. Gomen, seharian ini otak saya sudah buntu.

Semoga reader-san tak bosan dengan fanfiksi absurd ini.
= ̄ω ̄=

Thanks for read and vote ..

All about Kageyama & You [KageyamaxReader]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora