~ Bitter Reality ~

5.3K 539 9
                                    


.

Author pov.

Di ruang UKS, Jungkook dan Mingyu hanya diam. Dua namja itu saling di selimuti oleh kebisuan. Jungkook sudah sadar beberapa menit yang lalu. Ia bahkan terkejut ketika melihat Mingyu duduk disamping ranjangnya. Beberapa menit berlalu dengan kesunyian. Tanpa ada yang membuka suara sama sekali.

"Gomawo, Mingyu-ya."

Jungkook akhirnya bersuara. Ia tak bisa jika harus saling bisu dihadapan Mingyu. Ia ingin berbicara dengan Mingyu. Mengutarakan semua yang ada didalam pikirannya. Mingyu hanya diam, tak menanggapi perkataan Jungkook.

"Aku tau, kau masih marah denganku. Tapi,"

Jungkook tak melanjutkan perkataannya. Ia mengulurkan sebuah amplop putih dengan stempel rumah sakit dipojok kanan atas. Mingyu hanya menatap amplop itu.

"Kau akan menemukan jawabannya didalam amplop ini."

Mingyu mengambil dan membukanya. Membacanya secara perlahan. Mata Mingyu membulat, ia menatap Jungkook tak percaya.

"L-leukimia?

Jungkook hanya menundukkan kepalanya. "Lebih tepatnya, leukimia dan jantung lemah."

"Kenapa kau tak memberitauku sebelumnya? Aku pasti tak berburuk sangka denganmu!"

"Aku tak ingin membuatmu mencemaskanku! Aku sudah banyak membuatmu cemas. Aku tak ingin membuat hidupmu tak tenang hanya karena keadaanku." Jungkook mengeluarkan semua yang ada didalam otaknya.

"Jungkook-ah.." Mingyu melunak ketika mendengar penjelasan Jungkook. "Hidupku semakin tak tenang jika aku tak mengetahui keadaanmu yang sebenarnya. Aku selalu memikirkan itu."

"Mianhae, Mingyu-ya."

"Aniya. Aku yang harus minta maaf. Mian, sudah membuatmu tak nyaman dengan perlakuanku hari ini."

Mingyu tersenyum. Jungkook tersenyum melihat Mingyu kembali tersenyum. Dua namja itu berpelukan. Mereka saling tertawa satu sama lain. Persahabatan mereka kembali seperti sedia kala. Jungkook senang ketika melihat Mingyu sudah kembali seperti semula.

.

.

Author pov.

Sekolah sudah usai. Jungkook dan Mingyu berjalan beriringan. Mereka sesekali tertawa karena lelucon yang di keluarkan oleh Mingyu. Mingyu terdiam sejenak. Ia menatap Jungkook dengan lekat.

"Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Jungkook-ah.. apa.. Seokjin hyung dan Jimin hyung tau dengan keadaanmu?"

Pertanyaan Mingyu membuat Jungkook menghentikan langkahnya. Ia menunduk dan menghela nafas pelan. Jungkook menggeleng.

"Ani. Aku belum memberitau mereka. Mingyu-ya, aku mohon jangan beritau Seokjin hyung dan Jimin hyung. Aku tak ingin mengganggu mereka. Aku mohon."

Mingyu melihat wajah Jungkook yang memelas dihadapannya. Ia sebenarnya tak tau dengan pasti bagaimana keadaan keluarga Jungkook. Yang ia tau, Jungkook selalu bilang jika dua hyungnya itu sibuk masing-masing. Dan sesekali mereka menghabiskan waktu bersama untuk berkumpul dan bersenang-senang. Entah itu benar atau tidak, Mingyu merasa senang mendengar Jungkook tersenyum senang ketika membicarakan dua hyungnya itu.

"Geurae. Aku tak akan memberitau mereka."

"Gomawo, Mingyu-ya."

Mingyu tersenyum. Jungkook menatap Mingyu tak percaya. Jungkook tau Mingyu pasti akan menolak jika dirinya berterima kasih, tapi sekarang Mingyu menerimanya? Entah harus memberi respon aneh atau senang pada Mingyu, Jungkook bingung. Ia hanya tersenyum melihat Mingyu tersenyum.

.

.

Jungkook pov.

Aku menjatuhkan diri disofa. Badanku terasa sangat lelah. Aku menatap langit-langit rumah. Aku memijat kepalaku yang tiba-tiba berdenyut. Kepalaku tiba-tiba pusing. Pandanganku mulai berputar.

"Astaga kenapa aku ini? Kenapa kepalaku pusing sekali?"

Tes!

Tangaku terasa basah. Ada yang menetes ditanganku. Aku melihat dan terkejut ketika melihat cairan merah ditanganku. Tanganku menyentuh hidungku.

"Ah, darah? Aku mimisan?"

Aku menangkup hidungku dan berlari kekamar mandi. Aku membersihkan darah yang keluar dari hidungku. Setelah membersihkan mimisanku, aku mendongak agar hidungku tak kembali mimisan.

Aku berjalan keluar dari kamar mandi. Langkahku terhenti, tiba-tiba kepalaku kembali pusing. Aku mencoba menahannya. Aku kembali melangkahkan kakiku.

"Akhh~!"

Aku terduduk dilantai. Kepalaku sangat sakit, aku tak bisa menahannya lagi. Aku merasa ada yang aneh dengan hidungku. Aku menyentuhnya. Aku kembali terkejut.

"Darah? Aku mimisan lagi?"

Pandanganku berputar. Aku tak kuat lagi menahan sakit ini. Badanku lemas dan.. gelap.

.

.

Author pov.

Brugh!

Saein terkejut ketika mendengar suara benda jatuh. Saein berjalan menuju dapur untuk melihat apa yang terjatuh. Mata Saein membulat ketika mendapati tuan mudanya jatuh tak sadarkan diri dengan hidung mengeluarkan darah.

"Doryeon-nim! Jungkook doryeon-nim! Ireonayo! Doryeon-nim!"

Saein segera menghubungi ambulans. Seokjin dan Jimin sedang tak berada dirumah saat ini. Saein hendak menghubungi Seokjin dan Jimin, tapi diurungkannya. Melihat keadaan Jungkook lebih gawat dan harus segera diselamatkan.

Tak beberapa lama, ambulans datang. Para petugas medis segera masuk dengan membawa tandu. Saein terlihat cemas ketika melihat taun mudanya dibawa dengan tandu dan masuk kedalam ambulans. Saein ikut masuk kedalam ambulans. Ambulans dijalankan membelah jalanan Seoul yang ramai. Suara sirine mengaung dijalanan Seoul.

.

TBC


annyeong, rei up.

oke, hri gk bisa curhat. krena rei bner-bner pusing banget. ngerjain ujian aja nahannya minta ampun. nih, udh dri selamen pusingnya rei.

so, vomentjuseo. mian klo ada ksalahn.

Salam Reika Ryu.

Last Day For Me [END]Where stories live. Discover now