~ Not for Now. ~

4.6K 385 0
                                    

.

Author pov.

Seokjin, Jimin dan Jungkook dalam perjalanan kembali kerumah sakit. Jarak rumah sakit dengan tempat yang dikunjungi mereka memang cukup jauh. Jungkook duduk memandang keluar jendela. Jungkook diam tak berbicara sama sekali. Seokjin sedikit cemas dan sesekali melihat keadaan Jungkook dari kaca spion.

"Jungkook-ah, neo gwenchana?"

Jungkook melihat Seokjin dari spion dan tersenyum. "Gwenchana, hyung. Hanya, aku lapar."

"Geurae. Kita pergi ke cafe sebentar."

Seokjin menghentikan mobilnya didepan sebuah cafe yang tak jauh dari sana. Seokjin, Jimin dan Jungkook masuk kedalam cafe untuk membeli makanan. Tak lama kemudian, makanan yang dipesan datang. Seokjin dan Jimin mulai menyantap makanan mereka. Sedangkan Jungkook hanya menundukkan kepala dan terus memainkan makanannya. Seokjin yang melihat tingkah Jungkook, menghentikan makannya.

"Jungkook-ah, waeyo? Katanya kau lapar. Mogo."

Jungkook tak menjawab. Ia terus menundukkan kepalanya. Seokjin dan Jimin menjadi sedikit aneh dengan tingkah Jungkook.

"Jungkook-ah.." panggil Jimin.

Jungkook masih menunduk. Bahkan lebih dalam lagi. Seokjin dan Jimin menghentikan makan mereka. Dan mulai cemas dengan Jungkook.

"Jungkook.."

Jungkook mengangkat kepalanya perlahan-lahan. Menatap kedua hyungnya dengan tatapan yang lemah. Seokjin dan Jimin terkejut ketika melihat wajah Jungkook pucat dan. Hidung Jungkook mengeluarkan darah.

"Jungkook-ah! Neo gwenchana?!" Seokjin mulai panik. Begitu juga dengan Jimin. Jungkook tak menjawab. Ia hanya menatap dua hyungnya dengan tatapan lemah.

"Kita harus kembali kerumah sakit! Bertahanlah Jungkook!" Seokjin dan Jimin membantu Jungkook berdiri dan membawanya kemobil.

Seokjin segera menjalankan mobilnya. Didalam mobil Jungkook duduk dengan lemah. Darah dari hidung Jungkook juga tak kunjung berhenti mengalir, hingga membasahi baju yang dikenakan Jungkook. Jimin sesekali melihat kebelakang untuk memastikan keadaan Jungkook. Seokjin semakin memacu mobilnya dengan cepat agar dapat segera sampai dirumah sakit.

.

.

Seokjin dan Jimin duduk didepan kamar Jungkook dengan cemas. Jungkook tengah ditangani oleh Kim euisa didalam. Tak lama, Saein dan Mingyu datang kesana. Seokjin melihat ada seorang yeoja yang ikut bersama dengan Mingyu dan Saein.

"Bagaimana keadaan Jungkook, Seokjin hyung?" Mingyu bertanya dengan nada cemas yang sangat kentara disuaranya.

"Dia masih ditangani oleh Kim euisa. Ini semua salahku."

"Mwo?"

"Andai saja aku tak mengajak Jungkook keluar untuk melihat sakura, mungkin Jungkook tak akan berakhir seperti ini." Seokjin tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Begitu juga Jimin. Ketika melihat Jungkook yang terduduk lemah dimobil, Jimin sudah menangis. Ia tak bisa melihat Jungkook yang lemah seperti itu.

"Seokjin hyung, jangan salahkan dirimu. Setidaknya kau sudah mewujudkan keinginan Jungkook." Mingyu mencoba menenangkan Seokjin. "Aku tau Jungkook sangat ingin melakukan hanami bersama kalian. Aku tak bisa melakukan apapun ketika aku tau sikap kalian yang seberanya pada Jungkook."

Cklek!

Kim euisa keluar dari kamar Jungkook. Seokjin dan Jimin berdiri dari duduknya. Mingyu juga ikut menghadap Kim euisa.

"Bagaimana keadaan Jungkook, Kim euisa?"

"Keadaannya sangat lemah. Jantungnya sudah rusak, ini mungkin dikarenakan Jungkook-ssi terlalu lelah ketika beraktifitas diluar."

"Apa Jungkook dapat sembuh, euisa?"

"Itu.. saya belum bisa memastikan. Saya permisi."

Kim euisa berjalan pergi. Seokjin dan Jimin kembali meneteskan air matanya. Begitu juga dengan Saein yang sedari tadi diam, kini ia meneteskan air matanya karena mendengar keadaan doryeon-nimnya yang mulai memburuk.

.

.

Jungkook perlahan membuka matanya. Ruangan dengan nuansa putih menyambutnya. Jungkook tau dirinya sudah berasa dirumah sakit. Kepalanya terasa sedikit pusing. Terakhir yang ia ingat, ia duduk dicafe makan bersama dua hyungnya. Setelah itu rasa sakit dikepalanya tiba-tiba mendera. Badannya terasa lemah. Dan Jungkook yakin hidungnya tengah mimisan hebat saat itu. Lalu, ia tak ingat setelahnya.

Cklek!

Jungkook menoleh ke arah pintu yang terbuka. Jungkook melihat sosok yang dikenalnya masuk kedalam kamarnya. Seokjin, Jimin, Mingyu, Saein dan.. Jungkook terpaku sejenak pada sesosok yeoja yang masuk kedalam kamarnya. Woon Hyeora.

Perasaan rindu dihati Jungkook tak bisa dibendung lagi ketika melihat yeoja yang dicintainya. Ingin rasanya Jungkook memeluk erat yeoja yang selama ini tak pernah ia temui. Tapi, Jungkook hanya bisa terbaring lemah diranjang rumah sakit. Ia terlalu lemah untuk berdiri dan memeluk Hyeora.

"Bagaimana keadaanmu, Jungkook-ah?"

Mingyu menatap sahabatnya yang terbaring tak berdaya di atas ranjang. Wajah pucat. Mata sayu. Adalah keadaan Jungkook saat ini. Ingin rasanya Mingyu menangis melihat keadaan sahabatnya yang begitu mengenaskan. Tapi, ia tak mungkin melakukannya. Ia tak ingin membuat Jungkook sedih ketika melihatnya menangis.

"Gwenchana."

"Apa tidak ada kata lain selain 'gwenchana' huh?! Apa hanya 'gwenchana' yang bisa kau ucapkan untuk menggambarkan keadaanmu huh?!" Seokjin terlihat sangat marah pada Jungkook ketika Jungkook mengatakan 'Gwenchana'. Jimin dan Mingyu mencoba menenangkan Seokjin. Jungkook hanya bisa tersenyum tipis melihat kemarahan hyungnya yang paling tua itu.

"Jungkook-ah?"

Jungkook mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Suara seorang yeoja yang terdengar lembut dan hangat ditelinganya. Jungkook begitu merindukan yeoja itu.

"Kenapa kau menyembunyikan semua ini dariku? Kenapa kau tak menceritakannya dari awal, kalau kau memiliki penyakit yang parah? Kenapa harus Jungkook yang mengatakannya padaku? Waeyo? Waeyo, Jungkook-ah?" butiran air mata menetes membasahi pipi putih Hyeora. Ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya lagi. Perasaannya saat ini sangat bercampur aduk antara rindu, kesal, sedih. Semua itu menjadi satu.

"Mianhae, Hyeora. Aku tak ingin membuatmu mencemaskanku. Aku tak ingin membuat dirimu memiliki beban karena diriku."

"Aku akan sangat mencemaskanmu jika aku tak tau keadaanmu yang sebenarnya! Aku akan merasa terbebani jika kau selalu menutupinya! Aku kecewa denganmu, Jungkook-ah!"

Greb!

Jungkook terkejut ketika Hyeora memeluknya dengan erat. Jungkook mendengar isakan Hyeora dengan jelas ketika Hyeora memeluk dirinya dengan begitu erat.

"Aku kecewa padamu, Jungkook-ah.. hiks.. hiks.. nan bugoshippo.. jeongmal bugoshippo.. hiks.."

Jungkook membalas pelukan Hyeora. Jungkook membiarkan dirinya menikmati pelukan hangat dari Hyeora. Pelukan untuk melepas rindu antar keduanya.

"Nado bugoshippo, Hyeora-ya."

Hyeora melepas pelukannya pada Jungkook. Hyeora menatap Jungkook dengan matanya yang terus mengeluarkan air mata. Tangan Jungkook mengusap dengan lembut pipi Hyeora. Menghilangkan air mata yang terus mengalir dan membasahinya.

.

TBC    

Last Day For Me [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora