~ Lie is Open ~

5.2K 462 28
                                    


.

Author pov.

Jungkook terkejut ketika melihat pelanggan yang masuk adalah Daerin. Daerin datang bersama dengan seorang namja. Mingyu mengikuti pandangan Jungkook dan ikut terkejut ketika melihat Daerin datang dengan seorang namja.

"Mingyu-ya, bukankah sekarang waktunya kita mencari tau kebenarannya?"

"Keundae, apa akan berhasil?"

"Jika belum dicoba kita tak akan tau hasilnya."

Mingyu menatap Jungkook. Jungkook mengangguk dengan pasti. Mingyu ikut mengangguk. Demi Jimin, Jungkook rela melakukan ini. Ia tak ingin membuat Jimin lebih kacau. Cukup sampai disini saja.

Jungkook dan Mingyu mengenakan masker dan berpindah tempat lebih mendekat dengan meja Daerin dan namja itu. Jungkook duduk dibelakang Daerin sehingga Daerin tak mengetahuinya.

"Bagaimana dengan rencanamu, sayang?"

"Aish, jangan mengatakan hal itu ditempat umum!"

"Wae? Lagi pula disini tak ada Jimin kan? Tak akan ada yang tau, sayang."

"Aish, kau ini selalu saja. Aku berhasil membohonginya."

"Geuraeyo?"

"Ne. Jimin yang bodoh itu akhirnya percaya dengan apa yang aku katakan. Ah, dia memang bodoh. Sebentar lagi, mau tak mau Jimin akan menikahiku untuk mempertanggungjawabkan kehamilanku yang sebenarnya bohongan. Ah, aku sudah tak sabar ingin menikmati harta itu secepatnya. Setelah aku mendapatkan semua harta itu, maka akan aku tendang dua saudaranya itu beserta dirinya."

Tangan Jungkook mengepal ketika mendengar penuturan Daerin. Ia ingin sekali mengenyahkan yeoja itu sekarang juga. Tapi, tindakannya berhenti ketika tangan Mingyu menggengam tangan Jungkook. Mingyu menggeleng mendakan belum saatnya Jungkook bertindak. Aku hanya bisa menghela nafas rendah.

"Dan jangan lupakan aku, sayang. Kita akan hidup bahagia bukan?"

"Tentu saja sayang. Aku akan selalu berada disisi Min Yoongi."

Seperti sebuah palu menghantam tepat didada Jungkook. Namja yang bersama dengan Daerin adalah. Min Yoongi. Jungkook mengenal Yoongi. Dia teman dekat Jimin. Jungkook tak mengira jika teman dekat hyungnya seperti ini.

Drrttt! Drttt! Ddrrrrrttt!!

Jungkook merogoh saku jaketnya. Ponselnya berdering. Jungkook menatap layar ponselnya. Tertera nama Saein disana. Jungkook menggeser layar ponselnya dan mendekatkan ditelinganya.

"Yeoboseo, doryeon-nim."

"Ada apa ahjumma?"

"Jimin doryeon-nim, doryeon-nim. Dia mengamuk."

"Mwo?! Aku akan segera pulang."

Pip!

Jungkook memasukkan kembali ponselnya dan berdiri beranjak dari sana. Mingyu ikut berdiri dan menyusul Jungkook yang sudah keluar dari cafe.

.

.

Jungkook pov.

Brak!

Aku membuka pintu dengan kasar. Aku mencoba mengatur nafasku yang sudah tak karuan. Padahal jarak rumah dan cafe dimana aku berada tak terlalu jauh, tapi aku sudah kehabisan banyak tenaga.

"Doryeon-nim!"

Saein berlari menghampiriku. Aku bisa melihat dengan jelas raut wajah Saein yang terlihat cemas.

"Eotteohkae?"

"Jimin doryeon-nim semakin mengamuk, doryeon-nim. Dia berada didalam kamarnya sekarang."

Tanpa berpikir panjang lagi, aku berjalan menuju kekamar Jimin hyung. Aku memutar knop pintu dan terkejut ketika melihat keadaan kamar Jimin hyung yang berantakan. Aku melihat Jimin hyung tengah duduk jongkok di sudut kamarnya.

"Jimin hyung.."

Jimin mendongak dan bertemu tatap denganku. Aku menatapnya dengan penuh keprihatinan. Ingin rasanya aku memeluknya dan membuatnya tenang, tapi itu sepertinya tak berarti.

"Jimin hyung, kau bisa mendengarku?"

"Pergi kau dari sini, Daerin! Aku tak ingin melihatmu lagi! Pergi!"

Jimin hyung melempar apapun yang ada didekatnya kearahku. Aku hanya bisa diam melihat amukan Jimin hyung itu. Air mataku menetes ketika melihat keadaan Jimin hyung yang melebihi kata kacau dan berantakan.

Aku melihat Jimin hyung berhenti melempariku, ia lalu duduk dan mulai memainkan jemarinya dilantai. Sesekali Jimin hyung menatap ke langit-langit kamarnya, seperti membayangkan sesuatu. Lalu, tawa Jimin hyung yang lantang membuatku terkejut. Aku menatap Jimin hyung yang masih duduk jongkok itu.

Apa yang terjadi padamu, hyung? Apa kau sudah gila? 

Hanya pertanyaan itu yang terngiyang dipikiranku. Jimin hyung.. gila? Itu yang tak bisa aku terima dalam nalarku. Sebegitu tertekankah Jimin hyung dengan tingkah Daerin nuna? Aku tak akan memaafkan Daerin nuna dan Yoongi hyung yang telah membuat Jimin hyung seperti ini.

"Kang ahjumma, cepat hubungi ambulans."

"Ye, doryeon-nim."

"Mingyu-ya, bisa kau bantu aku membawa Jimin hyung keluar dari kamarnya?"

"N-ne."

Mingyu berjalan mendekat kearahku dan Jimin hyung. Aku memegang lengan kanan Jimin hyung. Baru kali ini aku memegang Jimin hyung dan baru kali ini aku berada dekat dengan Jimin hyung. Mingyu membantuku dengan memegang lengan kiri Jimin hyung.

"Jimin hyung, kajja."

Jimin hyung tak menggubris. Aku mengangguk kearah Mingyu. Mingyu mengangguk paham. Aku dan Mingyu membantu Jimin hyung berdiri dan membawanya keluar dari kamarnya. Tak lama ambulans datang. Jimin hyung segera dibawa oleh para medis.

.

TBC

oke, chimit chimit udah mlai gila./andwaee.. nan hyungie../ so, rei up nya udh ampek sni aja dlu ya... bsok rei lanjut lagi. bye-bye.

Salam Reika Ryu.

Last Day For Me [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu