~ I Want to Tell You, Hyung. ~

4.8K 448 5
                                    

.

Author pov.

Sekolah terlihat sepi. Saat ini sudah hampir jam tiga sore, sekolah sudah usai dua jam yang lalu. Jungkook masih tergeletak dibelakang sekolah. Ditempat yang sama dimana Taehyung habis-habisan menghajarnya. Jungkook perlahan-lahan membuka matanya. Jungkook mencoba membenarkan duduknya.

"Ah, apa aku tertidur disini?"

Jungkook melihat jam tangannya. Matanya membulat ketika melihat jam tangannya menunjukkan hampir jam tiga.

"Selama itukah aku tertidur disini? Aish, pasti Mingyu mengira aku bolos sekolah."

Jungkook mengambil ponselnya dan melihatnya. Banyak sekali panggilan tak terjawab dari Mingyu. Jungkook hanya menghela nafas, ia lalu mengirim Mingyu pesan.

To: Kim Mingyu.

Mianhae, Mingyu-ya, aku tak menjawab panggilanmu."

Jungkook menyandarkan kepalanya di dinding setelah mengirim pesan itu pada Jungkook. Matanya menatap langit biru yang terlihat dari sela-sela daun pohon beringin yang cukup rindang.

Drrt! Ddrttt!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Jungkook. Jungkook melihat pesan yang ternyata balasan dari Mingyu.

From: Kim Mingyu.

Ya! Kau ini selalu membuatku cemas! Lalu, kenapa kau tidak masuk sekolah? Aku mencarimu dimana-mana tapi tak ada. Aku datang kerumahmu, tapi kata Kang ahjumma kau belum pulang. Neo eodiya?

Jungkook menghela nafas rendah ketika Mingyu menanyakannya. Apa ia harus menjawabnya? Tapi, Jungkook tak ingin membohongi Mingyu lagi. Ia tak ingin membuat Mingyu kecewa.

To: Kim Mingyu.

Aku ada dibelakang gedung sekolah. Tadi pagi Taehyung membawaku kebelakang sekolah. Tapi, aku tak apa. Nan gwenchana.

Jungkook memutuskan untuk berkata jujur pada Mingyu. Jungkook kembali meletakkan ponselnya. Dan kembali pesan masuk keponsel yang tak lain balasan dari Mingyu lagi.

From: Kim Mingyu.

Neo jinjja gwenchanayo? Aku harap kau tak berbohong kepadaku.-_-

Jungkook tersenyum ketika membaca balasan yang diterimanya. Mingyu memang selalu serius dan konyol dalam waktu bersamaan. Jungkook kembali menarikan jarinya diatas keyboard diponselnya untuk menulis balasan.

To: Kim Mingyu.

Ne, nan gwenchana. ^^

Jungkook kembali meletakkan ponselnya. Ia mencoba mengambil nafas dalam-dalam. Kepalanya kembali berdenyut. Jungkook hanya bisa menutup matanya dan merilekskan dirinya agar kepalanya tak kembali berdenyut.

Drrttt! Ddrttt! Drrrrtttt!

Bukan pesan balasan dari Mingyu, tapi panggilan dari Saein. Jungkook mengernyitkan dahi. Kenapa Saein menghubunginya? Tanpa pikir panjang Jungkook menggeser layar ponselnya.

"Yeoboseo, ada apa Kang ahjumma?"

"Yeoboseo doryeon-nim. Saya ingin memberitau jika Jimin doryeon-nim sudah sadar. Sekarang Seokjin doryeon-nim berada dirumah sakit."

"Geuraeyo? Ah, syukurlah. Aku akan kesana, ahjumma."

"Ye, doryeon-nim."

Pip!

Perasaan Jungkook senang ketika mendengar Jimin telah sadar. Jungkook berdiri dan mengambil tasnya. Ia segera bergegas untuk keluar dari sekolah dan menuju kerumah sakit.

.

.

Jungkook pov.

Aku sampai dirumah sakit beberapa menit yang lalu. Tapi, aku masih berdiri didepan pintu kamar Jimin hyung. Aku ragu untuk masuk kedalam. Entah kenapa bayangan Jimin hyung yang bertingkah dingin padaku selalu menghantui. Dan aku takut jika Jimin hyung tak ingin aku berada disana.

Aku menggelengkan kepalaku. Aku membuang semua prasangka burukku pada Jimin hyung. Tanganku meraih knop pintu dan memutarnya. Aku melihat Kang ahjumma dan Seokjin hyung disana. Jimin hyung tengah terduduk diranjang dengan menatap dingin kearahku.

"Bagaimana keadaanmu Jimin hyung?"

Jimin hyung tak menggubris. Ia hanya mengalihkan pandangannya kearah lain. Aku hanya bisa diam setelah itu. Aku kembali teringat dengan pertemuan tak sengaja antara aku dan Daerin nuna. Ingin aku membicarakannya pada Jimin hyung. Tapi, apa Jimin hyung akan percaya? Ah, setidaknya aku harus mencobanya.

"Jimin hyung, aku ingin memberitaumu sesuatu. Ini mengenai Daerin nuna."

Jimin hyung seketika menoleh kearahku dan menatapku tajam. Nyaliku sempat menciut tapi aku harus memberitau kebenarannya pada Jimin hyung.

"Daerin nun-"

"Geumanhae! Aku tak ingin mendengar nama yeoja itu lagi!"

"Tapi hyung, aku harus memberitaumu sesuatu tentang Daer-"

"Geumanhae, Park Jungkook!"

Aku terkejut ketika Seokjin hyung berteriak padaku. Aku hanya bisa menundukkan kepala ketika hyung tertuaku itu mulai marah.

"Apa kau tak tau keadaan Jimin saat ini huh?! Bisa-bisanya kau membahas tentang itu!"

"Mianhae, hyung."

Seokjin hyung benar, keadaan Jimin hyung baru sadar. Dan bagaimana bisanya aku mengatakan hal itu sekarang? Aish, aku memang bodoh. Aku hanya bisa diam setelah itu. Aku merasa tak nyaman dikamar Jimin hyung. Aku memutuskan untuk keluar kamar.

.

.

Aku duduk dibangku taman rumah sakit. Menatap kosong kedepan. Pikiranku melayang entah kemana. Aku seperti adik yang bodoh yang berbicara tanpa melihat keadaan. Aku merasa menjadi adik yang tak berguna.

Puk!

Aku terkejut ketika sebuah tepukan ringan melayang dibahuku. Aku menoleh dan mendapati Mingyu berdiri didekatku.

"Mingyu-ya, apa yang kau lakukan disini?"

"Seharusnya aku yang tanya. Kenapa kau disini? Bukankah, Jimin hyung sudah sadar. Kau seharusnya menjenguknya, bukan duduk disini." Mingyu duduk disampingku. Aku hanya menghela nafas.

"Aku sudah menjenguknya. Aku hanya ingin mencari udara segar disini."

"Jungkook-ah, neo gwenchana? Neo appoyo?"

"Aniya. Wae?"

"Kau.. mimisan."

.

TBC    

Last Day For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang