~ Jimin's Problem ~

4.7K 446 5
                                    


.

Author pov.

Hari ini hari Minggu. Jungkook hanya duduk diam dirumah. Tak ada yang bisa ia lakukan. Rumah terasa sepi. Bukan terasa, tapi memang seperti ini setiap harinya. Seokjin sudah pergi keperusahaan pagi tadi. Sedangkan Jimin, sejak kemarin Jungkook tak melihat hyungnya yang kedua itu berada dirumah. Jungkook hanya berpikir, mungkin Jimin tengah sibuk dengan tugas kuliahnya.

Cklek!

Jungkook menoleh ketika pintu rumahnya terbuka. Jimin berjalan masuk dengan keadaan kacau. Bajunya berantakan. Jungkook berdiri dan hendak menghampiri Jimin. Tapi langkahnya terhenti ketika Jungkook melihat badan Jimin gemetar. Jimin menangis? Itulah yang dilihat Jungkook saat ini.

"Hyung.." Jungkook mencoba memanggil Jimin dengan lembut agar tidak membuat siempunya marah. Meski Jungkook sering melakukannya dengan lembut, tapi tanggapan Jimin selalu kasar.

Jimin tak menggubris. Kini Jungkook bisa melihat Jimin menitikkan air matanya. Jungkook berjalan mendekat kearah Jimin dengan hati-hati.

"Hyung, neo gwenchana?"

"Aku.. kacau. Pergi dari rumahku! Semua yang kau ucapkan adalah bualan! Pergi kau, Daerin sialan!"

Jungkook terkejut ketika Jimin merancau tak jelas. Dan satu kenyataan yang membuat Jungkook tau rancauan Jimin. Bau alkohol yang menyengat keluar dari mulut Jimin. Jimin mabuk dan ini membuat Jungkook kembali teringat kejadian yang lalu. Jungkook berjalan mundur selangkah untuk menjaga jarak dari Jimin.

"Aku kacau.. hiks.."

Jungkook menghentikan langkah ketika mendengar isakan Jimin. Ia tak tega melihat Jimin menangis. Ini sebuah kejadian langka begi Jungkook. Apa Jimin hyung punya masalah yang besar? Batin Jungkook.

"Aku sudah menghamili Daerin.. hiks.. aku.. aku.. hiks.. hiks.."

Perkataan Jimin seperti sebuah kilat yang menyambar Jungkook disiang hari. Jungkook tak percaya dengan apa yang baru dikatakan oleh Jimin.

.

.

Jungkook pov.

"Menghamili? Daerin nuna?"

Apa ini efek mabuk dari Jimin hyung? Hingga membuatnya merancau tak jelas seperti ini.

"Jimin hyung apa yang kau bicarakan?"

"Aku.. hiks.. menghamili Daerin.. hiks.. hikss."

Aku menghela nafas rendah. Apa yang sebenarnya dikatakan oleh Jimin hyung? Kenapa ia merancau tak jelas seperti itu? Aku melihat sebuah amplop dengan stempel rumah sakit terselip di tas Jimin hyung. Aku mengambilnya dengan pelan-pelan. Aku membukanya dan mulai membaca isinya. Mataku membulat ketika membaca isinya.

Surat itu adalah hasil pemeriksaan Daerin nuna dirumah sakit. Dan hasilnya adalah positif. Daerin nuna hamil. Aku mengeleng tak percaya dengan surat itu. Aku paham siapa Daerin nuna. Dia adalah yeoja yang menyukai Jimin hyung. Tapi, sayangnya Daerin nuna hanya mengejar harta dari keluarga kami.

Aku sangat tak menyukai sikap Daerin nuna yang material. Dia selalu meminta ini meminta itu pada Jimin hyung. Dan aku tau bagaimana perasaan Jimin hyung. Ia pasti merasa tertekan dan tersiksa dengan Daerin nuna. Hingga Jimin hyung memutuskan Daerin nuna. Daerin nuna tak terima dengan itu dan tak ingin memutuskan hubungannya dengan Jimin hyung.

Aku merasa ada yang tak beres dengan surat rumah sakit ini. Apa benar Daerin nuna hamil? Jika benar hamil, apa itu anak Jimin hyung? Banyak pertanyaan yang membuat kepalaku berdenyut. Aku memijatnya pelan dan mencoba terlihat biasa saja didepan Jimin hyung. Aku mengantar Jimin hyung kekamarnya. Mungkin membiarkan Jimin hyung sendiri, akan membuatnya tenang.

.

.

Aku duduk disofa dengan memegang ponsel dan amplop itu. Sepertinya aku harus mencari tau kebenaran dari surat ini. Aku tak ingin melihat Jimin hyung selalu pulang dalam keadaan mabuk. Itu membuatku sangat mencemaskannya.

Aku mengeser layar ponselku dan mencari nomor telpon Mingyu. Aku menyentuh tombol dial.

"Mingyu-ya, bisa kita bertemu di cafe biasanya. Ada yang ingin aku katakan padamu. Aku tunggu disana."

Pip!

Aku memutuskan sepihak dan aku beranjak meraih jaketku dan berjalan pergi. Tak butuh waktu lama aku menuju ke cafe dimana aku biasa duduk santai dengan Mingyu. Aku duduk didekat jendela, dimana tempat biasa yang kami tempati saat di cafe tersebut.

Tak lama aku melihat Mingyu masuk dan berjalan kearahku. Aku membenarkan posisi dudukku. Aku bisa melihat wajah Mingyu yang kesal. Dan aku tau setelah ini, ia pasti akan menyemburku.

"Ya! Kenapa kau memutuskan sepihak! Aku bahkan belum berkata apapun!" Benarkan yang aku katakan.

"Mianhae, Mingyu-ya. Aku tau kau akan banyak bicara jika aku membiarkanmu menjawabnya. Aku tak bisa menjelaskannya lewat telpon."

Nada bicaraku menjadi agak sedih. Jungkook yang tadinya kesal menjadi cemas. Aku bisa melihat guratan cemas diwajahnya.

"Kau tau Daerin nuna?"

"Eoh, nuna penggila harta yang mengejar-ngejar Jimin hyung, kan?"

"Dia hamil."

"Lalu, apa hubungannya?"

"Daerin nuna hamil dengan Jimin hyung."

"Mwo?! Itu tidak mungkin!"

"Aku juga berpikir seperti itu. Ini surat yang aku ambil dari Jimin hyung tadi." Aku menyerahkan amplop itu pada Mingyu. Mingyu merebutnya dan melihat isinya dengan tergesa-gesa.

"Itu hasil pemeriksaan Daerin nuna. Tapi, aku merasa ada yang aneh dengan surat itu. Aku yakin Jimin hyung tak melakukan hal itu dengan Daerin nuna."

"Bagaimana kau yakin dengan itu? Kau kan tidak tau bagaimana Jimin hyung diluar sana."

"Aku kenal bagaimana Jimin hyung, Mingyu-ya. Dia tak mungkin melakukan hal itu dengan yeoja yang penggila harta seperti Daerin nuna. Jimin hyung tak mungkin melakukannya. Kecuali, Daerin nuna membuat Jimin hyung seperti melakukannya."

"Mworago?"

"Kau tau kan, bagaimana Daerin nuna? Dia tak mungkin mengorbankan harga dirinya hanya untuk mendapatkan Jimin hyung."

Ting!

"Eoseo osipsio, agassi. Deureo osipsio!"

Aku menoleh ketika seorang pelayan menyambut pelanggan datang. Mataku membulat ketika melihat pelanggan yang datang. Pelanggan itu datang dengan seorang namja. Aku mengenal pelanggan itu.

"Daerin nuna?"

.

TBC

oke, rei up lgi. mngkin rei bklan up lgi entar. krna apa? krna rei gk mau readernim ngebaca pendek banget. so, rei bklan up lgi.

oh ya, kmaren waktu rei triple up. itu sbenarnya rei mau up ampek chap ini. cma, rei pkir2 lgi. klo rei up ampek chap ini, jdinya gk triple chap dong. so, rei udhin aja ampek chp yg kmaren.

oke, see you next chap.

Salam Reika Ryu.

Last Day For Me [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora