~ The Secret is Open ~

4.9K 503 3
                                    


.

Author pov.

Hari ini, Jungkook sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Jungkook turun dan duduk disofa, mengenakan sepatunya.

"Annyeong, Mingyu-ya.."

Suara Mingyu menyapa indra pendengaran Jungkook. Jungkook menoleh dan mendapati Mingyu berjalan kearahnya.

"Oh, kau datang."

"Ne. Kajja, kita berangkat bersama. Oh, sebelum itu aku ingin kekamar mandi dulu."

"Aish, palliwa."

Mingyu nyengir dan berlari kekamar mandi. Jungkook hanya menggeleng dan kembali memakai sepatunya.

Seokjin keluar dari kamarnya dan melihat Jungkook tengah bersiap kesekolah. Seokjin berjalan menuju dapur tanpa memperdulikan keberadan Jungkook. Jungkook melihat Seokjin berjalan kearah dapur.

"Seokjin hyung, apa kau hari ini tidak ke perusahaan?"

"Bukan urusanmu aku pergi keperusahaan atau tidak."

Jungkook seketika langsung bungkam. Ia tak berkata lebih jauh lagi. Jawaban dari Seokjin sudah membuatnya jelas dan paham. 'Bukan urusanmu' ya, Jungkook paham makna kalimat itu.

Sepeninggalan Seokjin, Jungkook menatap pintu kamar Jimin. Mulai tadi malam, ia tak melihat Jimin keluar dari kamarnya. Setelah kejadian Jimin membanting gelas itu, Jimin tak keluar kamar meski hanya untuk makan malam.

Jungkook merapikan sebentar seragamannya. Mingyu sudah kembali dari kamar mandi. Mereka segera berangkat bersama kesekolah.

.

.

Mingyu pov.

Aku tengah duduk di perpustakaan bersama dengan Jungkook. Sekarang masih jam pelajaran. Pelajaran sejarah tepatnya. Dan, karena Lee ssaem yang mengajar tengah sakit, semua diberi tugas untuk mencari sejarah era joseon di perpustakaan. Dan disinilah sekarang, duduk diperpustakaan bersama dengan tumpukan buku.

Aku menoleh kearah Jungkook yang masih fokus membaca buku. Mungkin selama lima hari ia tak masuk sekolah membuat Jungkook harus belajar ekstra agar tidak ketinggalan pelajaran. Ah, aku menjadi sedikit iri dengan Jungkook. Ia sangat pintar dan pandai dalam menggendalikan kondisi. Aku menggeser tempat dudukku sedikit mendekat ke Jungkook. Jungkook masih tetap fokus dengan bukunya.

"Jungkook-ah.."

Aku mencoba memanggil Jungkook. Meski tak terdengar seperti panggilan, lebih tepatnya bisikan. Jungkook menoleh dengan ekspresi wajah yang mengartikan 'ada apa?'

"Aku ingin berbicara sesuatu denganmu. Tapi," aku menjeda dan menoleh kesekeliling untuk memastikan keadaan aman. Jungkook ikut menoleh dengan bingung. "Jangan disini. Kita harus pergi sekarang."

"Nanti saja ketika jam istirahat. Sekarang masih pelajaran sejarah dan kita harus mengerjakan tugas."

"Aish! Lagi pula aku sudah menyelesaikan tugasnya setengah jam yang lalu. Malahan kau sudah menyelesaikannya sejam lebih awal dariku. Kajja!"

Aku menarik tangan Jungkook dan membawanya pergi dari sana dengan membawa buku tugas sejarah. Aku meletakkan bukuku dan buku Jungkook dimeja miss Alexa, penjaga perpustakaan dan segera melangkah keluar dari rungan yang mengerikan itu. Ah, sejujurnya aku tak terlalu suka berada diperpustakaan yang penuh akan buku.

"Chakamman, Mingyu-ssi, Jungkook-ssi."

Aku menghentikan langkahku ketika suara miss Alexa mengudara. Aku dan Jungkook berbalik dan aku mencoba memasang wajah biasa saja, meski sebenarnya aku sudah malas.

"Kalian menyelesaikannya dengan cepat. Kamsahamnida."

Aku menghela nafas pelan. Ternyata miss Alexa hanya ingin mengatakan terima kasih. Ah, membuang waktuku saja. Aku tersenyum lalu melangkah dengan menarik tangan Jungkook.

.

.

Aku berdiri di atap gedung sekolah dengan Jungkook. Jungkook menatap langit biru disana dengan santainya, sedangkan aku tengah mengamati wajahnya mencoba mencari tau seberapa beban yang ditanggung oleh Jungkook selama ini.

"Jungkook-ah, aku ingin bertanya sesuatu?"

"Tanya apa? Kelihatannya serius sekali."

"Sebenarnya, bagaimana hubunganmu dengan Seokjin dan Jimin hyung?"

Aku bisa menangkap ekspresi terkejut dan bingung yang menjadi satu diwajah Jungkook.

"Gwenchana."

Jungkook menjawab dengan tersenyum? Ah, senyum palsu. Dibalik senyum itu tersirat banyak sekali rasa sedih. Aku tau itu.

"Aku mohon Jungkook-ah, jangan berbohong padaku. Aku mohon, jangan lagi. Dan aku melihat perlakuan Seokjin hyung padamu tadi pagi."

Aku mencoba membuat Jungkook berterus terang padaku. Aku tak ingin mendengar perkataan bohong keluar lagi dari muluti sahabatku ini. Aku ingin dia berbagi perasaannya denganku.

"Sebenarnya, hubunganku dengan Seokjin dan Jimin hyung sedikit renggang. Mereka selalu menganggap aku tak pernah ada. Aku tak tau apa yang membuat mereka seperti itu. Tapi, meskipun begitu aku tetap menyayangi mereka. Hanya mereka keluarga yang aku punya saat ini."

Diam. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Ternyata semua yang diceritakan oleh Jungkook mengenai kedua hyungnya selama ini adalah kebohongan. Tapi, kenapa ia merahasiakan perlakuan dua hyungnya itu? Aku tak pernah mengira jika Jungkook sangat menyayangi dua hyungnya itu meski perlakuannya buruk.

"Akkhhh!"

Suara pekikan membuatku terbangun dari lamunanku. Aku terkejut ketika melihat Jungkook meringis kesakitan dengan memegang dadanya.

"Jungkook-ah! Neo waeyo?"

"Nan.. akkhh! Gwenchana.. akkkhhh!"

Aku merangkul Jungkook mencoba menolongnya. Tapi, Jungkook terus meringis kesakitan hingga membuatku takut untuk membawanya ke UKS. Aku mencoba melawan rasa takutku. Aku memapah Jungkook dan membawanya turun dari atap gedung sekolah.

.

TBC


annyeong, rei blik up lagi. oke, hri ini rei double up. tanya kenapa? ya.. gk papa sih. rei pngen aja, double up. ktnya kan kepndekan so, rei double up aja biar gk kpendekan (mski jtohnya juga msih pdek. hehe)

so, enjoy your reading.

Salam Reika Ryu

Last Day For Me [END]Where stories live. Discover now