Chapter I.B

156 14 0
                                    

-Dilly Prawira-

"Ini dia!"

"Apa? Kau membaca sebuah naskah yang menarik?"

Aku menoleh pada Cherry yang duduk di sebelahku. Aku menggelengkan kepala, "Bukan naskah utuh. Aku membaca sebuah bab di sebuah blog. Bab pertama novel ini membuat aku jatuh cinta! Inilah naskah yang aku cari," jelasku.

Cherry mendekatkan kursinya ke arahku. Aku menunjuk ke sebuah monitor."Tentang apa? Romansa?" tanya Cherry.

"Ya, tapi tidak. Sepertinya roman hanya bumbu cerita saja. Tema utamanya misteri dengan unsur gore."

"Gore?"

"Ya! Kebrutalan, adegan pembunuhan, darah di mana-mana, mutilasi. Huwaaah cerita ini cerita surga untukku! Akhirnya ada calon novelis yang tertarik pada genre ini!"

Cherry menatap ngeri bercampur jijik padaku, "Aku tak tahu kalau seleramu mengerikan. Jadi ini alasanmu selama menjadi editor dalam tiga bulan ini kau tak mengajukan satu naskah pun untuk dipertimbangkan penerbitannya?"

Aku menggangguk cepat. Mataku berbinar-binar menatap tulisan di layar monitor, "Aku harus bertemu dengannya! Aku harus mengikatnya menjadi novelisku!"

"Kau seperti seorang psikopat. Tak perlu menggunakan kata 'mengikat'. Jika kata itu keluar darimu rasanya itu bukan konotasi, itu denotasi." Cherry menggeser kembali tempat duduknya ke posisi semula. Ia kembali membaca naskah-naskah yang bertumpuk di meja kerjanya. Naskah-naskah itu adalah naskah-naskah yang sudah diterima dalam waktu seminggu ini, kalau dihitung sekitar empat puluh naskah fiksi dan baru beberapa saja yang Cherry baca, itu pun hanya bab awal dan sinopsis keseluruhannya. Begitu juga di mejaku, dua puluh naskah fiksi yang sudah kutandai silang semua karena tak sesuai dengan senseku. Biasanya, Cherry akan membaca bagianku juga karena dia tak percaya dengan senseku sehingga pekerjaannya jadi semakin menumpuk, salahnya sendiri juga kenapa dia tak percaya padaku?

Cherry menyodorkan beberapa naskah dan melihat ke arahku seperti hendak menerkam, "Pada rapat redaksi selanjutnya, setidaknya kau mengajukan satu naskah untuk dipertimbangkan penerbitannya. Jika tidak, editor lain akan berpikir kau tak becus kerja."

Aku hanya mengangguk malas. Dunia penerbitan yang aku idam-idamkan ternyata tidak seperti pikiran liarku. Sebagai editor, di sini aku diharuskan memilih naskah yang berpotensi, berkualitas, dan sesuai visi misi perusahaan untuk diterbitkan. Oke, aku menerima dan membaca naskah-naskah yang bertumpuk di meja kerja. Aku memilah-milah sesuai sense-ku sebagai pembaca sekaligus editor. Ya, aku melakukan pekerjaanku.

Sudah tiga bulan masa kerjaku di sini. Di antara ratusan naskah yang aku seleksi, tak satu pun menarik atau setidaknya membuatku berpikir, "Ini naskah yang aku cari!" Kebanyakan naskah hanya berisi roman-roman picisan. Tak ada sesuatu yang wah dalam cerita roman-roman tersebut.

Meski penerbit di mana aku bekerja memang fokus pada novel genre romansa untuk fiksi, tapi aku berpikir bahwa genre romansa tidaklah harus selalu 'penuh romansa'. Kita butuh sesuatu yang segar. Genre romansa bisa dijadikan sub genre.

Sense-ku mungkin kurang dalam genre romansa. Penyebabnya adalah bahan bacaanku. Novel, komik, atau buku yang aku baca dan koleksi hampir semua bernuansa gelap. Entah itu horror, thriller, misteri, sampai suspense. Aku suka dengan cerita psikopat juga. Dan di genre seperti itu, jarang ada kisah romansa yang huwaaah atau mungkin aku belum membaca yang seperti itu.

Aku ingat sebuah light novel dan anime Jepang yang aku favoritkan beberapa tahun lalu, 'Another'. Ketika itu aku berpikir betapa kerennya cerita Another. Sayangnya romansanya tidak penuh, kurang digali.

Ada juga komik psikologi pembunuhan seperti Judge, Doubt, atau Ibitsu. Sang pengarang benar-benar membuatku tercengang. Itu pertama kalinya aku membaca genre seperti itu dan aku menyukainya.

Dangaronpa, Corpse Party, Higurashi no naku koro ni, dsb adalah rentetan anime yang aku tonton selanjutnya. Aku benar-benar terhipnotis oleh cerita-cerita seperti itu.

Ah.

Aku menarik napas panjang.

Sudah kutunggu naskah yang membuatku bersemangat. Naskah yang sesuai sense-ku. Dan aku yakin naskah yang aku pilih ini akan berhasil –setidaknya aku pasti akan menggemarinya-.

"Girl's Play."

Begitu judul yang tertera di halaman pertama naskah. Penulisnya bernama SMel. Kemungkinan itu nama penanya. Yap! Aku harus mendapatkan identitas SMel! Aku menari-narikan jari jemari di atas keyboard, melakukan pencarian di kotak om google. Mengetikkan kata SMel. Dan yosh!

"Ketemu! Kau akan menjadi milikku." Cherry langsung melirikku dengan pandangan mata yang aneh.

"Kau akan menjadi milikku, Sraylira Melati!" aku tersenyum penuh kemenangan. "Semoga penulis itu baik-baik saja berurusan denganmu," timpal Cherry.

Dunia Kepenulisan I (The Writing World)Where stories live. Discover now