Chapter XII.B

31 6 0
                                    

-Dilly Prawira-

"Apa kau tahu cara membuat cerita yang baik?"

"Ya. Karakter yang kuat, plot yang teratur dan memiliki klimaks..."

"Plot yang teratur?"

"Apa aku salah?"

"Kata-katamu dan tulisan yang ada di naskah-naskahmu sama sekali tidak sejalan." Aku meletakkan naskah-naskah film dan sinetron yang dibawakan oleh Shera ke meja. Shera memasang tampang manyun melihat reaksiku.

"Aku tak habis pikir ada penulis naskah yang 'buruk' sepertimu. Apa kau hanya berorientasi uang dalam menulis naskah?" Shera diam dan memegang cangkir kopi susu yang kuhidangkan ketika ia datang kemari. Sebenarnya aku malas sekali berurusan dengan nona yang setali tiga uang dengan Erika, tapi... Erika mengancam memotong gajiku jika aku tak membantu Shera. Sial!

Shera meneguk kopi susu dengan gaya putri bangsawan, dia menatapku sendu dan menyunggingkan senyum terpaksa. "Sebenarnya aku tak mau menjadi penulis naskah yang dijuluki penulis orientasi uang. Tapi, produser PH tempatku bernaung selalu memaksa. Dan satu-satunya yang bisa kulakukan untuk menyambung hidup adalah menulis naskah."

"Begitu. Kemudian idealismu hilang karena uang?"

"Bisa kau sebut begitu. Setiap kali aku ingin mengakhiri cerita dengan caraku sendiri, aku pasti disuruh memperpanjang dan memperpanjang lagi. Kemudian nilai naskah per episode dinaikkan, hal itu membuatku tergiur dan akhirnya aku menjual idealisku..."

Oke, jadi beginilah yang terjadi di balik layar sebuah sinetron berkepanjangan yang membahas sampai tujuh turunan.

"Naskah film juga begitu, kah? Apakah bayaran naskahmu semakin tinggi selama ada adegan begitu begitu?"

Shera menggangguk sedih. "Aku menulis naskah film 17+ jadi wajar jika ada yang begitu begitu."

"Kemudian, mengapa kau datang ke sini? Mau aku jadi ghost writer-mu?"

"Ya! Aku membaca karya-karyamu terdahulu dan kupikir caramu menulis sangat indah. Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu menulis untukku?"

Benar-benar deh. Caranya memaksakan kehendak sama seperti Erika. Dan aku benci hal itu.

Aku harus menemukan sesuatu untuk menjegal langkahnya. Ya, sesuatu. "Untuk menulis suatu novel. Salah satu komponen pentingnya adalah plot atau kerangka cerita. Aku ingin kau menulis outline -kerangka dari awal hingga akhir. Per bab. Jika kerangkamu bagus dan berbobot, aku akan memikirkan tawaranmu."

"Berapa bab?"

"Tergantung. Yang jelas tiap bab memiliki tujuannya sendiri-sendiri. Tiap karakter juga harus bersinkronisasi dengan cerita. Aku tak terima revisi jadi pastikan aku langsung meng-acc ketika kau menyerahkan kerangka padaku. Besok."

Apa kau mendengar suara petir di siang hari bolong ini? Untuk telinga normal sih tidak, tapi tidak dengan Shera. Wajahnya terlihat pucat seperti habis mendengar petir yang sangat besar hingga memekakkan telinga.

"Sampai jumpa besok," aku berdiri dan membungkukkan badan sebentar sebelum pergi meninggalkan ruang temu editor dan penulis. Apa aku sudah cukup keren dalam menjegalnya? Aku harap iya.

****

Ini pertama kali aku melihat gadis kecil itu senyum-senyum saat melihat layar handphone. Persis seperti seorang gadis yang mendapat pesan dari gebetan atau kekasih. Dan itu, benar-benar membuatku sakit perut. Rasanya lambung diaduk-aduk dengan putaran 360 derajat per detik.

Dunia Kepenulisan I (The Writing World)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن