Chapter IX.B

25 7 0
                                    

-Dilly Prawira-

Rasanya jenuh ketika membaca naskah yang bertumpuk di meja tapi tak satu pun menarik hati. Mungkin keegoisanku harus dikurangi. Jika tidak, tak ada naskah yang lolos dari tanganku.

Aku benar-benar kalah cepat dari Cherry. Dia menemukan berlian di antara tumpukan naskah sementara aku hanya menemukan kerikil. Bagi orang lain mungkin berlian, tapi bagiku bukan. Aku terlalu terobsesi dengan genre gelap dan menutup sebelah mata pada genre selain itu. Penerbit tempatku bekerja juga begitu, menutup mata dengan genre lain selain romansa. Terkadang orang-orang hanya melihat apa yang disukai dan menyampingkan yang tidak disukai.

Berapa kali pun aku protes dan memaksa Erika untuk memperbolehkan genre lain bergabung, dia selalu menolak. Satu-satunya yang tidak ditolak hanyalah Ketika Dua Angsa Bermain. Itu pun hanya melihat pangsa pasar. Sang penulisnya adalah penulis terkenal yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis muda berbakat terbaik untuk kesekian kalinya di Bali minggu lalu.

"Draft Ketika Dua Angsa Bermain akan segera dikirim ke percetakan. Kuharap penjualannya bagus sehingga aku bisa mendapat bonus," seru Cherry sembari memakan roti kering dengan lahap. Kebiasaannya adalah makan ketika memilah-milah naskah, beruntungnya dia tidak gemuk meski mengemil beberapa kali sehari. Aku menoleh padanya. Remah-remah rotinya jatuh ke naskah yang baru saja dibukanya. Kasihan naskah itu.

"Kadang aku lupa kalau kau adalah editor Dilly. Apa kau tak tertarik dengan bonus akhir tahun bagi editor yang mendapatkan berlian dan penjualan pilihannya bagus?" tanya Cherry. Aku hanya menggelengkan kepala. "Standarisasi dan selera tiap editor berbeda. Aku menemukan berlian tapi bagi Erika itu bukan berlian."

"Sraylira Melati? Jika dibandingkan dengan Tery, bagaimana menurutmu? Satu-satunya saingan Sraylira Melati sepertinya adalah Tery. Mereka menulis genre yang sama meski berbeda."

"Sraylira belum bisa dibandingkan dengan Tery. Tapi, jika Sraylira menjadikan Tery sebagai pemacu, mungkin nanti mereka bisa dibandingkan."

"Tery itu cantik loh, masih muda pula. Jika kau menyukai karyanya, mungkin akan aku perkenalkan. Bagaimanapun aku adalah editornya."

Aku memberikan Cherry sebuah senyum kecil. Ya, aku tahu Tery itu cantik dan muda dari biografinya di internet. Dia termasuk salah satu penulis yang hobi tampil di depan umum entah itu untuk konferensi pers, pelatihan menulis, atau sebagai bintang tamu dalam berbagai acara kepenulisan. Beberapa hari ini juga heboh diberitakan, Tery sang penulis muda berbakat terbaik Indonesia akan mengangkat tiga novelnya ke dalam versi bioskop dan dia akan menjadi penulis naskah serta ikut serta beradu akting.

Kemudian, dia juga menjadi bintang iklan untuk sebuah sampoo karena rambutnya yang hitam berkilau. Benar-benar penulis yang multitalenta. Dan dalam seminggu. Aku sudah membaca habis semua karyanya yang diterbitkan. Ada tujuh buah novel misteri yang telah diterbitkan dalam dua tahun terakhir dan semuanya menggiurkan. Semuanya memuaskanku. Usianya ketika debut di dunia novel misteri adalah 15 tahun dan saat itu dia sudah dijuluki Putri Misteri. Karya pertamanya memenangkan penghargaan. Kemudian enam karya lainnya juga bergilir memenangkan predikat karya fiksi terbaik.

Dua dari tujuh novelnya telah difilmkan dan tahun ini sampai tahun depan bakal ada tiga lagi yang akan difilmkan. Jika ditotal, ada lima dari tujuh novelnya yang diangkat ke layar lebar. Dia lagi dibuat versi dramanya. Dan kabarnya Tery mengawasi drama itu sendiri agar tidak melenceng dari naskah asli.

Kemudian baru-baru ini Tery bilang ingin berkolaborasi dengan seorang penulis komik Indonesia. Mereka akan membuat komik misteri. Kabar yang sangat menggembirakan bagi aku, yang baru saja mendeklarasikan diri sebagai fansnya.

Dunia Kepenulisan I (The Writing World)Where stories live. Discover now