Chapter XI.B

23 7 0
                                    

-Dilly Prawira-

[Aku kesulitan kalau berbicara dengan perempuan.]

Sebuah pesan dari Sea muncul dan mengganggu ketenangan malam yang kuisi dengan membaca buku. Aku segera membalas pesannya,

[Penyakitmu masih aktif, ya? Aku kira setelah lulus kau bisa menjadi laki-laki normal tanpa takut perempuan. Apa perempuan yang kau maksud saat ini adalah Sraylira?]

[Ya. Satu-satunya penulis perempuan yang aku hadapi adalah Sraylira Melati. Kalau ada cowok lain aku bisa berbicara lancar, tapi kalau hanya aku sendirian dan bersamanya aku jadi gugup dan susah untuk bicara.]

[Ehm, kalau begitu jangan sendirian bertemu dengannya. Ajak saja seseorang yang membuatmu santai dan bisa menghidupkan pertemuan kalian.]

[Mungkin aku akan coba saranmu. Aku menawari penulisku untuk menjadi ilustrator cover Firasat Ailee. Jika dia bersedia, aku akan bersamanya bertemu Sraylira.]

[Lingkungan kerjamu semuanya laki-laki, ya?]

[Bisa dibilang begitu. Pimpinan redaksi laki-laki, editor laki-laki dan penulisnya laki-laki, Populasi perempuan di penerbit Lusius sangat minim. Kudengar pimpinan redaksi pernah trauma dengan perempuan sehingga ia membatasi jumlah perempuan. Tes masuk untuk bekerja di sana pun super ketat untuk perempuan sehingga kemungkinan lolos berkisar 0,0001%.]

[Penulis kalian banyak laki-laki karena genre yang diterbitkan bergaya laki-laki, kan? Makanya masyarakat apalagi calon penulis perempuan takut mengirim naskah ke kalian.]

[Mungkin seperti itu ya. Oh ya, terima kasih sarannya.]

[Oh ya, Erika mengadakan acara kumpul-kumpul untuk pengakraban antara penulis dan editor. Ya, sebenarnya ini hanya kedok, Erika hanya ingin senang-senang dan pamer nyanyian ke bawahannya. Maklumlah, Erika itu penyanyi wanna be. Karena kau adalah editor, sahabat baikku, dan mantan bawahan Erika, sebaiknya kau bergabung.]

[Sudah lama sekali aku tidak mendengar nama Erika. Jujur saja, membaca namanya membuatku bergidik dan teringat hal ini hal itu ha ha (kau tahu apa maksudku). Kapan kalian akan mengadakan acara itu? Sraylira juga akan ikut, kah? Dia bekerja sebagai asisten editor di tempatmu, kan?]

[Oh, aku lupa kalau kau punya kenangan buruk bersama Erika [LOL]. Rencananya hari minggu ini sekitar pukul satu. Sraylira sepertinya ikut, sebenarnya aku belum memberi kabar padanya. Dan kau benar, Sraylira menjadi asisten editor.]

[Baiklah. Aku akan menghubungi Sraylira. Terima kasih atas undangan dan sarannya.]

[Yo.]

****

"Kau sudah mengundang Sea ke pesta minggu ini, kan?" Erika membuka pintu kamarku, tangan kanannya memegang sebuah pisau dan tangan kirinya memegang wortel. Pemandangan mengerikan itu membuatku merasa ada dalam film-film psikopat dimana Erika adalah psikopat dan aku adalah calon korbannya.

"Ya. Ehm, memangnya kenapa Sea diundang juga? Dia kan beda penerbit sekarang," tanyaku penasaran. Aku tidak berpikir ada hubungan khusus antara Erika dan Sea, karena ketika bertemu Sea terlihat sangat ketakutan. Selain penyakit takut wanita, Erika yang nge-bos menambah parah kelainan Sea. Bila kuingat, waktu kecil Sea selalu dijadikan pesuruh oleh Erika yang membuat Sea selalu bertanya apakah Erika ada di rumah jika dia mau main ke rumah. Sejak saat itu aku dan Sea kalau ingin bermain selalu diam-diam jangan sampai Erika tahu di mana kami berada, lalu waktu berlalu dan akhirnya Sea masuk asrama yang menyebabkan kami berpisah. Syukurlah ketika kuliah kami satu kelas kembali, dan hari-hari tersiksanya Sea kembali ketika Erika tahu Sea menjadi teman sekelasku di kuliah. Erika bela-belain ke kampus hanya untuk bertemu Sea –membangkitkan rasa takut di dalam hati Sea-. Jika memang ada hubungan khusus di antara mereka, aku tak ingin itu terjadi. Erika terlalu menakutkan bagi Sea.

Dunia Kepenulisan I (The Writing World)Where stories live. Discover now