Chapter VII.B

28 6 0
                                    

-Dilly Prawira-

"Dilly. Coba bacakan sinopsis singkat Firasat Ailee yang kamu ajukan di rapat redaksi," pinta Erika, sang pimpinan redaksi. Saat ini kami tengah mengadakan rapat redaksi untuk membahas naskah baru yang akan dipertimbangkan penerbitannya.

Aku segera berdiri dan mengenggam print out Firasat Ailee serta lembar review yang berisi pendapat beberapa editor termasuk Dilly mengenai suatu naskah juga pertimbangan mengapa suatu naskah harus diterbitkan.

"Firasat Ailee menceritakan soal Ailee, gadis keturunan keluarga Tristan yang dikucilkan oleh teman-teman dan masyarakat. Di Masyarakat sekitarnya, keluarga Tristan diyakini sebagai keluarga sesat yang menggunakan ilmu hitam. Ailee adalah seorang gadis yang memiliki firasat kuat, terutama soal kematian seseorang. Jika ia bermimpi giginya patah, maka beberapa saat kemudian akan ada orang-orang yang meninggal."

"Bisa kau jelaskan mengapa kita harus mempertimbangkan Firasat Ailee?" tanya Erika. Meski kertas review para editor terhampar di depannya, dia tetap saja ingin mendengar penjelasan langsung dari editor, ada juga kemungkinan dia tidak membaca kertas review atau dia hanya ingin merepotkan Dilly seperti biasa.

"Pertama. Genre yang diangkat oleh Firasat Ailee bukan roman biasa, tapi roman yang dipadupadankan dengan misteri. Naskah ini mengangkat isu mengenai hubungan mimpi patah gigi dengan kematian seseorang," jelasku sembari memerhatikan semua peserta rapat. Beberapa dari mereka sibuk membaca hasil review dan naskah Firasat Ailee, sementara sisanya mendengarkan orasiku. "Kedua. Ini naskah pertama yang membuatku menjalankan tugas sebagai editor."

Cherry tersedak mendengarkanku. Dalam hati dia pasti sedang menertawakan apa yang kukatakan barusan. Aku melirik Erika. Erika hanya tersenyum kecut mendengarku.

"Naskah ini belum sesuai dengan naskah fiksi yang kita cari," komentar White, kepala editor bagian fiksi.

"Ceritanya mungkin menarik. Tapi, masih banyak naskah yang lebih berpotensi untuk laku di pangsa pasar dibandingkan cerita seperti ini," lanjut Yoe, wakil kepala editor bagian fiksi.

"Kita tidak bisa bertaruh dengan naskah yang 10 persen pun tidak akan laku terjual ini. Ini terlalu beresiko," timpal Joe, salah satu editor fiksi.

Aku menundukkan kepala dan tanganku bergetar. Sebagaimanapun aku menyukainya, tidak ada orang yang akan mengerti mengapa aku menyukainya. Tidak ada orang selain aku kah yang menyukainya? Aku melihat bayangan Sraylira dalam mataku. Reaksi juteknya terbayang. Jika aku mengatakan kalau naskahnya ditolak apa yang akan ia katakan padaku? Apa ia akan menangis?

"Oke. Firasat Ailee ditolak," seru Erika. Aku memejamkan mataku menahan emosi. Bagaimanapun aku tak bisa memaksakan idealisku di sini. Ini perusahaan yang meriset pasar. Memang benar kalau cerita yang kutawarkan ke perusahaan akan menyebabkan perusahaan susah. Tak ada jaminan berhasil bahkan sepuluh persen.

"Nah, bacakan sinopsis naskah selanjutnya Dilly. Kau membawa dua naskah, kan?" Erika menatapku serius. Dia mungkin mengerti bahwa aku sekarang tengah melawan kekecewaan. "Silahkan dibaca."

Aku membaca sinopsis naskah milik Anis yang berjudul Together When. Setelah aku selesai membacakannya, para peserta rapat terlihat ceria. "Ini dia! Naskah ini bagus. Roman yang bagus!" seru Yoe.

"Ya benar, pasar suka roman seperti itu. Oke aku setuju ini diterbitkan," tukas Joe cepat. "Remaja saat ini yang sedang galau akan cinta tak tersampaikan pasti suka," lanjut Joe sembari mengetukkan pena ke meja.

Dunia Kepenulisan I (The Writing World)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang