It is Beautiful : 4

4.3K 387 93
                                    

Genta.

"Oh, maafkan aku, Pangeran Genta yang terhormat. Aku tidak bisa pergi dari sini dulu sebelum tujuanku tercapai," kataku dan sialnya pedang ini semakin di dekatkan ke leherku. Apa dia berani memenggal kepala seorang gadis di istananya?

"Apa tujuanmu berada di istana ini? Jawab!" tanya Genta dengan lantang. "Kalau kau tidak mau mengatakan yang sebenarnya, jangan harap kepalamu bisa selamat."

Pangeran kejam, dia benar-benar mau memenggal kepalaku! Aku tidak dapat bergerak karena pedangnya mengekang kebebasanku. Aku memang ingin menjelaskan alasanku berada di sini. Tidak ada yang perlu aku sembunyikan kepada Genta termasuk yang lain. Tapi, menjelaskan semuanya sambil dihadapkan sebuah pedang bukanlah sesuatu yang bagus.

"Aku bisa jelaskan tujuanku padamu. Tapi, bisakah pedangmu diturunkan saja? Kenapa kau begitu marah sekali padaku? Apa aku sudah melakukan kesalahan?"

Genta mendecih. Dia pun menurunkan pedangnya dan menyimpannya di dalam sarung pedang. Aku menatap mata hijaunya. Dia melotot padaku.

"Apa aku bisa percaya padamu?" tanya Genta dingin.

"Bisa. Buktinya, kau menyimpan pedangmu kembali. Itu artinya, kau percaya padaku. Tenang, aku bukan orang yang suka memberi harapan palsu. Aku akan jelaskan semua alasanku berada di istana kalian. Poin yang paling penting dariku di sini adalah, aku bukanlah penyihir jahat," jawabku.

Genta menatapku tajam. Tiba-tiba dia menarik tanganku untuk mengikutinya pergi ke suatu tempat. Dia meraih tanganku dengan kasar. Sepertinya pangeran hijau ini sulit untuk diajak berbaikan dengan saudara-saudaranya, terlebih parah kalau ingin berteman baik denganku. Bagaimana cara aku mengubah pangeran yang berwatak buruk menjadi baik? Ini akan sulit.

Kami berhenti di depan sebuah pintu. Genta membuka pintu itu dan mendorongku kasar masuk ke dalam sana. Dia juga ikut masuk ke dalam dan langsung menutup pintunya dengan keras. Di dalam sini, aku bisa menebak kalau ini adalah kamarnya.

"Hei! Aku tahu kau itu tidak suka padaku! Tapi, setidaknya bersikap lembutlah kepada seorang gadis!" protesku.

Genta tidak mempedulikan perkataanku. Dia melesat duduk dan menyilangkan kaki di tepi kasurnya sambil menatapku dengan tatapan tidak suka.

"Kau baru tahu kalau aku suka kasar kepada orang lain? Tentu saja, karena kau baru mengenal seorang Genta yang banyak diidam-idamkan oleh semua gadis yang terpesona padaku. Dan mereka itu seperti boneka yang dapat dimainkan sesuka hati," kata Genta membuatku berpikir kalau dia itu tidak hanya kejam kepadaku, melainkan kepada semua gadis yang pernah dia temui.

"Tapi sepertinya, kau hanya membuka topengmu itu padaku saja. Dan mereka tidak tahu kalau seorang Genta yang sebenarnya adalah seperti ini, mengesalkan," balasku yang membuat Genta kembali melototkan matanya padaku.

"Kaulah yang mengesalkan! Kenapa kau terlihat sama sekali tidak takut padaku? Saat aku mengarahkan pedangku sampai aku dengan kasar menyeretmu ke sini, kenapa wajahmu tetap tidak mengekspresikan dirimu sedang ketakutan? Apa kau pandai membuat segala ekspresi menjadi tidak sama dengan perasaanmu yang aslinya?"

"Kau juga sama. Waktu itu, senyumanmu hampir saja menipuku. Aku mengira kau adalah pangeran yang baik. Namun kenyataannya, kau adalah pangeran jahat yang gagal menyamar menjadi pangeran baik seperti yang diharapkan semua putri kerajaan maupun gadis jelata," balasku, "oh! Tunggu. Itu tidak sama. Kau menipu, tapi aku tidak menipu. Ekspresiku dan rasa keberanianku ini bukanlah kepalsuan. Ini sungguhan."

Kedua tangan Genta mencengkeram seprai kasur sambil menatap benci padaku yang tengah memberinya senyuman terbaik untuk seorang pangeran Genta.

"Jelaskan sekarang, untuk apa gerangan kau ada di sini, di istana ini, di Avalous!" suruh Genta padaku untuk menjelaskan alasanku.

It is BeautifulWhere stories live. Discover now