It is Beautiful : 51

266 34 6
                                    

Cerita Indra setelah ia melaksanakan tugasnya membawa banyak kejutan kepadaku. Terutama mengenai Gabriel yang lebih agresif kepada Indra yang belum menjelaskan semuanya kepada mereka. Aku pikir yang lebih emosi adalah Joe.

Aku tahu mereka semua pasti marah kepada Ken karena sudah menculikku. Mereka mengkhawatirkan keadaanku. Aku juga ingin pulang, tapi misiku sekarang juga berkaitan dengan pengalamanku belajar sihir.

Aku memiliki alasan untuk berada di sini. Jadi terpaksa mereka harus menunggu dulu. Aku harap dengan penjelasan Indra akan membuat mereka mengerti dan membantuku dari jauh.

"Hahaha, begitu," tawaku mendengar cerita Indra. Kini Indra sedang mengepang rambut panjangku. Aku yang menyuruhnya karena kurang bisa mengepang rambut. "Kalau soal pertanyaan Gabriel, aku akan menjawabnya sendiri nanti."

Indra tersenyum. "Sepertinya Anda juga menyukai Pangeran," tebak Indra asal.

"Hah?! Bukan begitu, tahu!" balasku kesal sambil memukul tangannya.

"Hihihi! Bercanda, Master." Indra makin tersenyum. "Akhirnya, Anda jadi lebih banyak punya teman yang baik."

Aku meliriknya dari arah pantulan cermin rias di depanku. Senyumanku kembali menggurat halus.

"Ya, meski ini sangat sulit, namun ada untungnya juga aku menerima misi yang bisa melayangkan nyawaku kapan saja," balasku santai.

Aku jadi teringat ketika aku hampir mati karena kekuatan sihir dari partner sihir Aster, yaitu Khronos. Itu benar-benar pengalaman pertamaku merasakan rasa sakit yang luar biasa. Seakan nyawa perlahan-lahan dicabut dan akan membawaku ke dunia akhir. Tapi berkat harapan mereka, aku bisa bangkit. Obat Ades menyelamatkanku. Lalu kekuatanku terasa jauh lebih kuat. Apakah misi ini diberikan untuk memperkuat sihirku disaat bertarung?

"Hm?" Aku membuyarkan pikiranku begitu melihat Indra sudah berdiri di depanku. Ia berlutut di depanku, kemudian tersenyum.

"Saya bisa merasakan perasaan Anda, karena Anda juga bagian dari saya. Dan juga alasan saya diciptakan," ujar Indra kepadaku. "Saya akan terus berada di samping Anda. Apapun yang terjadi."

Aku tertegun mendengar ucapannya yang tulus, kemudian membalas senyumannya dengan mantap.

"Terima kasih, Indra. Kau sudah bekerja keras hari ini. Aku akan memanggilmu lagi nanti."

Indra meletakkan tangan kanannya di dada sebelah kanannya, memberikan hormat kepadaku. Kemudian perlahan ia menghilang oleh cahaya hijau dari lingkaran sihir.

"Mungkin dalam sulap memang diperlukan sihir agar menjadi nyata. Sihir di kota ini terasa lemah. Tapi ini cukup untuk sebuah pertunjukan sulap," kataku sambil mengepalkan tangan dengan yakin.

Sebelumnya aku sudah berlatih sulap dengan Ken. Pertama dia menunjukkan sulap yang biasa dimainkan olehnya. Seperti menerbangkan banyak kupu-kupu, membuat kupu-kupu raksasa, terbang dengan kupu-kupu, minum secangkir teh di atas kupu-kupu, dan semuanya mengaitkan kupu-kupu.

Hahh ... Tak habis pikir ternyata kekuatan sihir kupu-kupunya membuat diriku bosan dengan sulapnya. Sihirku mungkin juga tidak akan terlalu membantu, tapi aku memiliki ide yang cukup bagus untuk menambahkan sulapnya.

Aku pergi ke jendela kamar. Sayangnya ini hanya jendela biasa, bukan seperti di istana Avalous yang memiliki balkon di setiap kamar. Yah setidaknya aku bisa membukanya dan melihat langit malam saat ini.

Tok tok tok!

"Siapa?" tanyaku mendengar suara pintu kamarku diketuk.

"Apa aku harus menyebutkan namaku dulu?" tanya orang itu balik. Ah, ternyata si maniak kupu-kupu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It is BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang