It is Beautiful : 46

703 59 0
                                    

Aku merebahkan diriku di atas kasur. Kali ini bukanlah kasur yang ada di istana, melainkan di salah satu penginapan di kota Apolous. Baru saja sudah sampai, tapi tubuhku sudah merasa lelah. Ini semua gara-gara perdebatan panjang keempat pangeran Avalous tadi.

Karena mereka tidak ada yang mau mengalah atau pun ingin menyelesaikan perdebatan, aku tidak tahan lagi dan memutuskan untuk tidur sendirian tanpa ditemani. Aku sudah kesal dengan mereka semua. Aku langsung masuk ke dalam penginapan begitu aku berhasil lepas dari gendongan Genta. Begitu mereka menyusul, aku tidak membalas semua yang dikatakan oleh mereka.

Aku menghela napas. "Kenapa mereka harus melakukan itu? Membuatku kesal saja," gumamku seraya menutup kedua mataku.

Kami sudah menemukan penginapan. Selanjutnya yang akan kami lakukan adalah menjadi bagian di dalam kota ini. Kami akan menyamar menjadi penduduk kota agar perlahan-lahan kami bisa masuk ke dalam istana Apolous dengan mudah.

Aku bangun dari kasur, berjalan ke arah cermin dan melihat bayangan diriku di depan sana. Sempat aku terpikirkan memanggil Indra untuk menemaniku di sini. Tapi sebaiknya tidak sekarang. Aku akan memanggil Indra jika aku sedang dalam kesulitan saja. Untuk sekarang seperti itu dulu.

Aku membagi rambutku menjadi dua. Kemudian salah satunya kukepang begitu juga yang satunya. Rambutku memang tetap terlihat panjang meski sudah diikat dua begini. Mungkin penampilan seperti ini cocok untuk keadaanku sekarang. Aku tersenyum di depan cermin.

Kupikir sekarang aku sudah lama berada di luar. Kira-kira berapa bulan, ya? Satu bulan? Dua bulan? Entahlah aku sudah tidak menghitungnya lagi. Aku mulai merindukan Ibu dan Ayahku. Kuharap mereka baik-baik saja. Aku juga merindukan kota tempatku tinggal, yaitu kota Famagisa.

Di saat nanti aku harus pulang, apa yang harus aku katakan kepada mereka nanti? Ah, mungkin itu adalah sebuah perpisahan yang berat. Seharusnya aku tidak perlu berlama-lama kesal kepada mereka. Aku harus memanfaatkan waktu yang ada untuk selalu bersama mereka.

Setelah ini sudah selesai, kami akan kembali dan pasti mereka akan tetap menjalankan hidup mereka sebagai seorang pangeran. Mereka adalah penerus kerajaan dan pasti suatu saat akan menggantikan kedua orang tuanya memimpin kerajaan.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Aku tidak akan mengecewakan mereka."

Aku berjalan ke arah pintu kamar berniat keluar untuk menemui para pangeran. Begitu aku membuka pintu, aku terkejut melihat mereka berempat berdiri di depan pintu kamarku. Aku menatap mereka dengan bingung.

"Kalian sedang apa di depan pintu kamarku?" tanyaku bingung.

"Beauty, kami minta maaf atas kesalahan kami tadi di luar. Seharusnya kami tidak membuatmu marah," ucap Ades meminta maaf.

Aku melihat Genta, Gabriel, dan Joe yang menunduk tidak berani menatap ke arahku. Kulihat Ades juga sama. Dia menunduk setelah mengatakan kata maaf dan tidak berani menatap. Aku tersenyum manis kepada mereka.

"Kalian ini kenapa? Sebegitu bersalahnya kah kepadaku sampai tidak bisa menatapku lama-lama?" tanyaku kemudian terkekeh pelan yang membuat mereka perlahan mengangkat kepala mereka dan menatapku.

"Jadi ... apa kami dimaafkan?" tanya Genta kepadaku. "Kami tidak akan mengulanginya lagi."

Aku kembali tertawa. "Untuk apa aku marah dengan kalian? Kalian kan biasanya memang seperti itu," ucapku masih menampakkan senyumanku. "Aku senang kalian sangat suka berteman denganku. Kalian berempat adalah orang terpenting dalam hidupku sekarang."

Mereka terdiam mendengarkan apa yang barusan aku katakan. Tunggu, apa tadi aku salah bicara? Apa kata-kataku terlalu aneh untuk mereka?

"Hiks ... Kak Sica," isak kecil dari Joe membuatku terkejut. Joe berjalan mendekatiku dengan air mata yang berlinang jatuh membasahi pipinya. "Tetaplah bersama kami, ya."

It is BeautifulWhere stories live. Discover now