It is Beautiful : 18

3.8K 281 202
                                    

Sesampainya di halaman istana, di mana aku dan Gabriel telah dihadapkan oleh banyak bunga-bunga mawar putih yang tumbuh cantik dan harum menghiasi sisi bangunan istana yang juga berwarna putih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesampainya di halaman istana, di mana aku dan Gabriel telah dihadapkan oleh banyak bunga-bunga mawar putih yang tumbuh cantik dan harum menghiasi sisi bangunan istana yang juga berwarna putih. Indah sekali.

Aku berjongkok mendekat pada tunbuhan cantik itu dan menghirup mereka. Wanginya semerbak. Pikiranku menjadi lebih rileks karena mencium aromanya. Mereka tampak sehat dan segar, itu karena Gabriel rajin mengurus mereka semua.

"Queen, ini gembormu." Gabriel menyodorkan sebuah ceret besar yang biasa digunakan untuk menyiram tanaman. Aku segera berdiri dan menerima gembor itu.

"Terima kasih. Woah, berat!" seruku menerima gembor darinya dan ketika aku mengangkatnya, beban yang ada pada gembor itu sedikit berat. Gabriel tertawa.

"Itu karena aku telah mengisinya dengan sumber kehidupan!" jawab Gabriel seraya memamerkan gembornya yang juga sudah diisi oleh air. Giliranku yang tertawa mendengarnya tampak bersemangat.

"Kalau begitu, mari kita berikan mereka sumber kehidupan! Hahaha!" tawaku karena terdengar lucu mendengar Gabriel menamakan airnya adalah sumber kehidupan.

Gabriel tersenyum lebar padaku kemudian menoleh kepada bunga-bunga mawar putih yang ada di bawah. Dia pun mulai lebih dulu menyiram. Ketika dia asyik menyiram, wajahnya begitu menggambarkan ketenangan. Senyum dan sorot matanya hangat dia berikan kepada semua mawar yang tersiram. Tidak lama kemudian, dia mengangkat gembornya berhenti menyiram. Kepalanya menoleh ke arahku.

"Queen, kau sama sekali belum memberikan mereka sumber kehidupan. Kenapa kau diam saja memandangku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?"

Pertanyaan Gabriel sontak mengejutkanku dari lamunanku karena terlalu lama memperhatikannya. Astaga, aku tidak sadar. Ini karena cahaya ketenangan dari wajah Gabriel membuatku telah mengabaikan dunia untuk sementara.

"Mungkin memang ada sesuatu, tapi aku tidak bisa memberitahumu," jawabku sengaja untuk membuatnya penasaran. Gabriel terlihat gelisah.

"M-memangnya ada apa dengan wajahku? Jangan seperti itu, Queen. Beritahu, ada apa di wajahku? Katakan," tanya Gabriel seraya melangkah maju agar dia ingin aku menunjukkan sesuatu yang dia gelisahkan pada wajahnya. Lantas aku tak dapat menahan tawa.

Karena gemas melihat wajahnya yang gelisah, aku menyentuh ujung hidung mancungnya itu dengan jari telunjukku, membuat Gabriel terdiam sesaat menatap terkejut padaku, "Tidak ada apa-apa, kok! Jangan dimasukkan ke dalam hati, ya!"

Gabriel satu kali melangkah mundur padaku. Dia cepat-cepat memalingkan wajah, bersembunyi dari pandanganku. Tanpa mengatakan apa pun, dia kembali melanjutkan siramannya dengan agak lebih cepat. Aku terkikik melihat reaksinya. Menyenangkan sekali melihatnya bisa membuatnya malu padaku. Rona merah pada wajahnya masih bisa terlihat manis mengekspresikan rasa malu. Dengan rasa puas, aku pun mulai ikut menyiram.

"Gabriel," panggilku untuk memecahkan kesunyian. Dan rasanya aku masih ingin tertawa karena mengingat sikapnya saat sedang malu.

"A-apa?" sahut Gabriel terdengar gelagapan. Dia tidak menoleh ke arahku dan sedikit menundukkan kepala.

It is BeautifulWhere stories live. Discover now